Salam X-Kars
Dalam hal mencari siapa sejatinya tokoh jawa yang bernama Semar? tokoh
yang kental dalam dunia perwayangan ini sangat berpengaruh sekali dalam
budaya jawa, siapa yang tidak kenal sosok yang bernama Semar, jangan
mengaku orang jawa kalau tidak mengenal beliau. Anggapan Semar dijaman
sekarang hanyalah mitos atau cerita dongeng masalalu, mitiologi suku
jawa yang sudah tertanam dari leluhur dan turun temurun hingga saat ini.
Sebagian masyarakat di luar jawa mengetahui tokoh semar hanya dongeng
cerita perwayangan saja, bumbu pemanis atau pelengkap cerita perwayangan
jawa. Sebagian orang jawa menyimpulkan bahwa ia sangat percaya dengan
keberadaan Semar, dan beberapa golongan sepiritual yang mengaku penganut
kejawen mengatakan bahwa dapat merasakan kehadiran Semar di saat mereka
bermeditasi. dengan rasa keingin tahuan saya dan ketertarikan tentang
tokoh semar yang termansyur ini maka saya mencari keberbagai sumber,
dari sumber yang saya dapat, saya kira sudah sangat cukup untuk
menghapus rasa penasaran saya terhadap tokoh legendaris kuno tersebut,
untuk itu mari kita baca dan simak penjabarannya sebagai berikut: *radar
besuki*
Terdapat beberapa versi tentang kelahiran atau asal-usul
Semar. Namun semuanya menyebut tokoh ini sebagai penjelmaan dewa. Dalam
naskah Serat Kanda dikisahkan, penguasa kahyangan bernama Sanghyang
Nurrasa memiliki dua orang putra bernama Sanghyang Tunggal dan Sanghyang
Wenang. Karena Sanghyang Tunggal berwajah jelek, maka takhta kahyangan
pun diwariskan kepada Sanghyang Wenang. Dari Sanghyang Wenang kemudian
diwariskan kepada putranya yeng bernama Batara Guru. Sanghyang Tunggal
kemudian menjadi pengasuh para kesatria keturunan Batara Guru, dengan
nama Semar. Dalam naskah Paramayoga dikisahkan, Sanghyang Tunggal adalah
anak dari Sanghyang Wenang. Sanghyang Tunggal kemudian menikah dengan
Dewi Rakti, seorang putri raja jin kepiting bernama Sanghyang Yuyut.
Dari perkawinan itu lahir sebutir mustika berwujud telur yang kemudian
berubah menjadi dua orang pria. Keduanya masing-masing diberi nama
Ismaya untuk yang berkulit hitam, dan Manikmaya untuk yang berkulit
putih. Ismaya merasa rendah diri sehingga membuat Sanghyang Tunggal
kurang berkenan. Takhta kahyangan pun diwariskan kepada Manikmaya, yang
kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Ismaya hanya diberi
kedudukan sebagai penguasa alam Sunyaruri, atau tempat tinggal golongan
makhluk halus. *radar besuki*
Putra sulung Ismaya yang bernama
Batara Wungkuham memiliki anak berbadan bulat bernama Janggan
Smarasanta, atau disingkat Semar. Ia menjadi pengasuh keturunan Batara
Guru yang bernama Resi Manumanasa dan berlanjut sampai ke anak-cucunya.
Dalam keadaan istimewa, Ismaya dapat merasuki Semar sehingga Semar pun
menjadi sosok yang sangat ditakuti, bahkan oleh para dewa sekalipun.
Jadi menurut versi ini, Semar adalah cucu dari Ismaya. Dalam naskah
Purwakanda dikisahkan, Sanghyang Tunggal memiliki empat orang putra
bernama Batara Puguh, Batara Punggung, Batara Manan, dan Batara Samba.
Suatu hari terdengar kabar bahwa takhta kahyangan akan diwariskan kepada
Samba. Hal ini membuat ketiga kakaknya merasa iri. Samba pun diculik
dan disiksa hendak dibunuh. Namun perbuatan tersebut diketahui oleh ayah
mereka. Sanghyang Tunggal pun mengutuk ketiga putranya tersebut menjadi
buruk rupa. Puguh berganti nama menjadi Togog sedangkan Punggung
menjadi Semar. Keduanya diturunkan ke dunia sebagai pengasuh keturunan
Samba, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Manan mendapat
pengampunan karena dirinya hanya ikut-ikutan saja. Manan kemudian
bergelar Batara Narada dan diangkat sebagai penasihat Batara Guru.
Dalam naskah Purwacarita dikisahkan, Sanghyang Tunggal menikah dengan
Dewi Rekatawati putra Sanghyang Rekatatama. Dari perkawinan itu lahir
sebutir telur yang bercahaya. Sanghyang Tunggal dengan perasaan kesal
membanting telur itu sehingga pecah menjadi tiga bagian, yaitu cangkang,
putih, dan kuning telur. Ketiganya masing- masing menjelma menjadi
laki-laki. Yang berasal dari cangkang diberi nama Antaga, yang berasal
dari putih telur diberi nama Ismaya, sedangkan yang berasal dari
kuningnya diberi nama Manikmaya. Pada suatu hari Antaga dan Ismaya
berselisih karena masing-masing ingin menjadi pewaris.....(asambung)