Minggu, 25 September 2016

Detektor

Salam X-Kars
Antisipasi Longsor, BPBD Jatim Pasang 64 Alat Deteksi Dini


Radar Besuki
Mengatisipasi bencana tanah longsor di Jawa Timur, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim, memasang 64 ekstensometer (alat pendeteksi dini) dan papan peringatan di titik-titik yang rawan longsor.
Kepala Pelaksana BPBD Jatim Sudarmawan mengatakan kepada SP, Kamis (22/9), pemasangan alat ini dilakukan secara bertahap sejak 2012 lalu hingga sekarang. “Total alat yang dipasang menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebanyak 47 ekstensometer, sisanya bantuan dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana),” kata Sudarmawan.


Ekstensometer merupakan perangkat elektronika yang berfungsi mengukur parameter pergeseran tanah. Sensor ini menggunakan potensiometer multiturn sebagai komponen utama disertai dengan rangakaian penguat dan pengkondisi sinyal. Alat ini diciptakan oleh peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Sistem kerja alat ini akan mendeteksi pergerakan tanah, curah hujan dan sudut kemiringan permukaan tanah. Jika tiga indikator ditangkap ekstensometer, maka otomatis membunyikan alarm dengan sirine yang telah dipasang. Dengan adanya alat ini lebih memberikan rasa aman pada masyarakat. Sebab sebelum longsor terjadi, masyarakat sudah bisa mengantisipasinya.


Menurut Sudarmawan, ke-64 ekstensometer ini, telah dipasang di 22 dari 38 kabupaten/kota di Jatim. Di antaranya di Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten Pacitan masing-masing empat ekstensometer. Kemudian Kabupaten Bondowoso, Kediri, Lumajang, Ponorogo, Pasuruan Tulungagung dan Kota Batu, masing-masing tiga ekstensometer.
Dengan terjadinya bencana banjir dan longsor di Garut Jawa Barat yang menelan belasan korban jiwa, dikatakan, masyarakat Jatim untuk waspada. Sebab bencana longsor tidak mengenal musim. Bisa terjadi di musim kemarau atau musim penghujan.
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksikan Indeks ENSO sudah mengarah pada kondisi La Nina lemah dan diprediksi bertahan hingga awal 2017. Bersamaan dengan La Nina terjadi fenomena Dipole Mode negatif sejak Mei 2016. Kondisi ini diprediksi bertahan hingga November 2016. Anomali suhu muka laut yang hangat di sekitar perairan Indonesia berkontribusi menambah tingginya curah hujan di Sumatera dan Jawa bagian Barat.
Hal inilah yang menyebabkan hujan berintensitas tinggi sering terjadi di sebagian wilayah Indonesia. Akibatnya banjir dan longsor meningkat. Selama periode 2016 ini, telah terjadi 1.569 kejadian bencana di Indonesia, di mana 265 orang tewas, 310 orang luka-luka, 2,1 juta jiwa menderita dan mengungsi, dan 23.048 rumah rusak. Dari total kejadian bencana tersebut, banjir dan longsor adalah yang paling dominan.


Banjir adalah jenis bencana yang paling banyak kejadiannya selama 2016, yaitu 554 kejadian dan menimbulkan 72 orang tewas, 93 orang luka-luka, dan 1,9 juta jiwa menderita dan mengungsi. Namun longsor adalah jenis bencana paling mematikan. Dari 349 kejadian longsor selama 2016, longsor menyebabkan 130 orang tewas, 63 orang luka dan 18.728 jiwa mengungsi dan menderita. (rabi)