Sabtu, 19 November 2016

Nasi GORENG dan Ikan BAKAR" Komunikasi estetik Jokowi -Prabowo

Salam X-Kars
Opini - Rabi
Dua kali pertemuan antara Jokowi dan Prabowo terjadi di tengah 
mencuatnya kasus dugaan penistaan agama yang menjerat Gubernur non 
aktif DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok, yaitu di kediaman 
Prabowo di Hambalang dan di Istana Negara yang ditutup dengan 
menggelar Konferensi Pers ( KONPERS ). 

Yang menarik dalam dua kali KONPERS itu adalah tentang menu makan 
bersama mereka. Di Hambalang keduanya mengatakan "nasi goreng" sebagai 
menu santap siang, dan dengan kompak mereka memberi tahukan bahwa 
"ikan bakar" menjadi sajian makan bersama di Istana kepada para awak 
media yang meliput. 

Menjadi janggal ketika "nasi goreng" dan "ikan bakar" terlontar 
berulang kali dari seorang kepala negara dan pimpinan partai politik 
di tengah memanasnya suhu politik di negeri ini. apalagi itu diucapkan 
dalam acara formal seorang presiden yang diliput dan disiarkan 
langsung oleh beberapa media dalam dan luar negeri. 

"Kurang kerjaan banget Jokowi dan Prabowo ngomongin nasi goreng dan 
ikan bakar, padahal negara lagi rame gini. Apa jangan - jangan mereka 
udah pada gak tau gimana caranya selesaikan masalah ini ya?" tanya 
seorang pemuda kepada temannya di warung kopi seberang kali. 
Ungkapan semacam itu mudah kita temui ditengah kebebasan berpendapat 
di negara yang mulai berdemokrasi ini. 

Tak menutup kemungkinan hal serupa juga terjadi pada masyarakat dunia 
menyikapi fenomena nasi goreng dan ikan bakar yang terlontar dari 
kedua tokoh negara kita. Mengingat tujuan dari pertemuan keduanya 
adalah dalam rangka mengatasi dampak negatif yang bisa saja terjdi 
akibat kasus yang berbau sara ini juga sudah menjadi sorotan dunia 
internasional. 
Meski ada juga dari beberapa kelompok masyarakat menganggap isi dari 
komunikasi kedua tokoh itu sebagai pesan kepada segenap anak bangsa 
untuk senantiasa bersama - sama mejaga asset negara dan bertekad 
menjadikan musuh bersama siapapun yg akan memecah belah NKRI. Anggapan 
itu tentu sulit dipungkiri oleh siapapun. Termasuk oleh mereka yang 
selama ini menjadi lawan politik Jokowi. Karena apa yang dikemukakan 
ke publik adalah percakapan antara dua tokoh yg pernah bertarung dalam 
PILPRES 2014 lalu. 

Akan sangat menarik ketika fenomena di atas dikaitkan dengan kultur 
budaya Jawa di mana Jokowi lahir dan dibesarkan. Sang Presiden tentu 
banyak menyerap ajaran jawa tentang metode dalam berkomunikasi. 
Apa yang menarik dan dimana benang merahnya?. "Nasi Goreng" dan "Ikan 
Bakar" menjadi simbol atau fokus pesan yang ingin mereka sampaikan 
kepada seseorang atau kelompok tertentu yang menurut mereka sedang 
"menggoreng" dan "membakar" konflik yang terjadi di negeri ini tanpa 
diketahui pihak lain terutama pemimpin dan publik di negara - negara 
lain. Bisa juga di simpulkan bahwa aksi goreng - goreng dan bakar - 
bakar itu sudah diketahui (dimakan) dan telah menyiapkan solusi 
penyelesaiannya. 

Siapakah orang yang dimaksud sebagai penggoreng dan pembakar kasus 
penistaan agama yang sedang bergulir bak bola di lapangan dan telah 
menetapkan Ahok sebagai tersangka? Tentu yang paling tau persis adalah 
Jokowi dan Prabowo. Karena merekalah yang menyampaikan itu ke publik 
melalui media. 

Kita hanya bisa menduga - duga sambil mengamati perkembangan yang 
terjadi dari tayangan media yang ada dengan tetap mengandalkan akal 
dan hati nurani untuk menyeleksi setiap informasi agar tak mudah 
terprovokasi atau digoreng dan dibakar oleh oknum yang juga telah 
terprovokasi dan tak mengerti apa sebenarnya yang terjadi. (rabi/Bim@WarkopJihAliBesuki-201116 )