Kalapas, Mohammad Hanafi, SH, MH.
Lapas Klas II B
Mohammad Hanafi, SH, M.Hum adalah putra kelahiran Madura yang rela mengabdi dalam tugasnya di Bondowoso. Kehidupan saben harinya bukan hanya disibukkan kewajiban menjalankan tugas, melainkan mencoba membenahi etika moral masyarakat Bonsowoso. Dengan segenap kemampuannya, dia ikut andil dalam mewujudkan Bondowoso lebih baik. Sehingga tidak heran jika banyak kalangan menyebutnya sebagai pengasuh Pondok Pesantren (ponpes) At Taubah temor alon -alon.
Ungkapan itu bukanlah berlebihan, dalam kurun waktu tak begitu lama diberi kepercayaan memimpin Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas II B Bondowoso, belum pernah ada konflik kelompok atau golongan didalam lapas yang memicu terjadinya ricuh, anarkis, serta perbuatan yang merugikan banyak pihak. Kondisi warga binaan aman, tentram meski didera segepuk persoalan dalam lingkup kelurganya masing -masing. Hal ini didasari oleh sikap seluruh pegawai lapas yang menjunjung tnggi Hak Azazi Manusia (HAM) dan budaya musyawaroh dalam mencari solusi.
Pendekatan, preventif, pre entif, pershuasif dan komunikasi berkelanjutan, adalah pola pembinaan yang selama ini dilakukan. Upaya masyarakat agar jauhi Narkoba, lapas lebih awal dan mengawalinya dengan disiplin sipir, pegawai bahkan pimpinan bebas narkoba. Nara pidana (Napi) kasus narkoba yang masuk didalamnya, disadarkan lalu bertaubat dengan tak mengulangi pebutannya. Terbukti, dari sejumlah giat sidak baik dari kepolisian maupun Tim Gabungan, Lapas Klas II B Bondowoso, benar - benar ZERO Narkoba. Sisi kesehatan warga binaan juga selalu dalam perhatian Kalapas yang dikenal murah senyum ini.
Dibalik itu semua, rupanya niat dan kelakuan seorang kepala penjara ini tidak selalu berbuah manis. Ada pihak yang dengan sengaja berupaya membuatnya tidak lagi di Bondowoso. Terlepas ada unsur politik atau niat jahat terselubung, M Hanafi menerimanya dengan lapang dada. Dengan senyuman khas orang Madura, ia selalu berharap adanya pemimpin yang pro rakyat, jujur demi rakyat, bukan malah membodohi rakyat. Bondowoso sangatlah kecil ketimbang kabupaten lainnya, namun potensi kejahatan cukup tinggi yang diprediksikan akibat ulah pemimpin yang berkhianat. Untuk itu, kerap gerbrakan dilakukan demi perubahan kota tape sesuai harapan.
Dari perjalanan bak gelombang lautan, pasang surut, sukses yang http://www.radarbesuki.com tertunda, peran lapas sudah nampak dilihat mata. Siraman rohani bagi warga binaan, budaya saling menghormati, rupanya jadi tambahan bekal warga binaan ketika kembali pada masyarakat. Mereka selalu ingat saran dan bimbingan pegawai dan pemimpin lapas yang menurutnya tak ditemui ketika menjalani hidup diluar lapas. Pembelajaran hukum adalah sebagian pengisi ruang jiwa masyarakat yang selama ini buta dan berbuat sesuatu yang mebuatnya dijebloskan kedalam ruangan pengab berjeruji besi. Dengan pembelajaran itu, maka deteksi dini, penceghan tindak kejahatan sudah diawali dan dimulai. Semua akan menciptakan kesadaran bahwa keamanan tugas kita bersama.
Langkah demi langkah dilalui dengan dukungan masyarakat luas, termasuk penyadaran bahwa napi juga punya hak hidup ditengah masyarakat sebagai mana mestinya. Ahirnya, tibalah saat kalau kewajiban dan perjuangannya di Bondowoso, harus diahiri dengan siratan kata dalam surat keputusan (SK) mutasi. Walau begitu, upaya dan wujud rasa kasih dan sayang pada masyarakat Bondowoso, terus dilakukan. Bersamaan dengan Maulid Nabi Besar, Nabi Akhirus Zaman, Nabi Muhammad, SAW, Kalapas merayakannya sambil lalu mengumpulkan segenap masyarakat dalam perpisahan. Harapannya hanya satu, teruslah berjuang masyarakat Bondowoso agar hidup lebih baik.
Tak banyak kata, tak banyak saran, dari raut wajahnya terlihat kesedihan yang begitu mendalam. Bukan karena isi surat, melainkan tertundanya perjuangan demi masyarakat Bondowoso yang dicintainya. INVADER BONDOWOSO, semboyan yang baru masuk dalam teras kota Gerbong Maut ini. Dari Madura ingin berjuang demi rakyat yang sama nasibnya, serta dari Madura ia Pergi dan akan KEMBALI lagi untuk Bondowoso.
(Gus A'ang)