Rabu, 21 Desember 2016

Siapa Rais Syuriah NU Mojokerto Pertama

                              Oleh : Ayyuhanaf

MOJOKERTO, Rabi   - www.radarbesuki.com
Tidak banyak kisah yang terungkap tentang sosok Kiai Zainal Alim. Ulama yang ditunjuk sebagai Rais Syuriah NU Mojokerto itu wafat tanpa meninggalkan keturunan. Makamnya berada di komplek pemakaman Losari tak terawat dengan baik. Dari berbagai penelusuran, hanya sedikit yang bisa didapatkan.
Diketahui, Kiai Zainal Alim berasal dari daerah Sidayu Gresik. Kota kecil di pesisir utara Jawa itu merupakan salah satu pusat perkembangan agama Islam. Beberapa keturunan Arab yang berprofesi sebagai saudagar menetap disana. Dari salah satu keturunan Arab itulah Kiai Zainal Alim dilahirkan.
Layaknya keturunan Arab, Kiai Zainal Alim berpostur tinggi besar dengan warna kulit cenderung putih bersih. Seperti umumnya orang Arab, Kiai Zainal Alim juga berprofesi sebagai pedagang. Setiap harinya, beliau berdagang pakaian, kopyah dan sarung di Pasar Tanjung yang dibangun oleh Gemeente Mojokerto untuk menggantikan Pasar Pahing. Profesi yang digelutinya memberi kehidupan yang layak bagi istri dan keluarganya yang sama-sama berasal dari Gresik.
Makam Kyai Zainal Alim

Sebuah langgar kemudian didirikan dekat rumahnya yang dikenal sebagai Langgar Zainal Alim atau Langgar Suronatan. Langgar yang bergaya Jawa itu digunakan tempat mengaji anak-anak di sekitarnya. Semakin lama, kegiatan ngaji semakin berkembang dengan jumlah santri yang terus bertambah.
Sebagai pendidik, Kiai Zainal Alim ternyata berpikir jauh ke depan. Melihat banyaknya anak yang datang ke langgar Suronatan, beliau berkeinginan untuk memberi bekal ilmu yang lebih. Setidaknya ilmu berhitung ala sekolah model Belanda harus diberikan pada santri-santri disana. Keinginan itu untuk mengimbangi pendidikan sekolah sekuler yang didirikan penjajah Belanda.
Ide itu ternyata disambut baik oleh koleganya di NU Mojokerto. Pada akhirnya disepakati berdirinya Madrasah Ibtidaiyah NU yang bertempat di langgar Kiai Zainal Alim. Madrasah inilah yang kemudian menjadi embrio MI Al Muhsinun yang hingga sekarang berdiri di komplek Masjid Agung Kauman.
Sosok Kiai Zainal Alim sangat dihormati oleh para kiai Mojokerto. Hal itu terbukti ketika dibentuk organisasi NU di Mojokerto pada tahun 1928. Para ulama sepakat menunjuk beliau sebagai figur sentral organisasi yang didirikan oleh Kiai Hasyim Asy'ari tersebut.
Penunjukkan Kiai Zainal Alim ini memberi warna tersendiri di organisasi para ulama tersebut. Lazimnya, NU akan dinahkodai oleh seorang pengasuh pesantren. Saat itu, Kiai Zainal Alim tidak memiliki pesantren, hanya mengajar ngaji di langgarnya saja. Padahal saat itu beberapa pesantren seperti Pesantren Besuk di Kemlagi dan Pesantren Karangsari di wilayah Brangkal sudah lama berdiri. Namun para Kiai menyerahkan jabatan pada Kiai Zainal Alim. Kemungkinan karena faktor ketokohan yang membuat beliau dipercaya memimpin NU Mojokerto.
Dalam menjalankan organisasi NU, Kiai Zainal Alim berpartner dengan Kiai Nawawi Jagalan. Duet itu mirip dengan kolaborasi Kiai Hasyim dan Kiai Wahab Hasbullah. Kiai Zainal Alim sosok yang tenang, sedangkan Kiai Nawawi figur yang dinamis dengan mobilitas tinggi.
Belum ada data pasti kapan Kiai Zainal Alim wafat. Nama beliau tidak lagi terdengar ketika Jepang datang. Saat pergantian kekuasaan itu kendali NU Mojokerto sudah beralih ke tangan Kiai Nawawi. Besar kemungkinan Rois Syuriah NU Mojokerto meninggal antara tahun 1942-1943.
Jika mau serius menelusuri masih ada kemungkinan kisah Kiai Zainal Alim bisa didapati. Selain menggali di sekitar Suronatan bisa juga melacaknya ke Sidayu Gresik, tempat kelahirannya.