Radar Besuki
Satu
ritual unik umat Hindu di Bali adalah ritual potong gigi atau metatah dalam
bahasa lokalnya. Meski dinamai ritual potong gigi, namun tradisi ini sebenarnya
hanya merapikan gigi bagian atas dengan cara dikikir. Meski ditujukan untuk
membunuh enam musuh dalam diri manusia yang dianggap kurang baik, namun pada
kenyataannya ritual ini pun ikut andil membuat gadis Bali terlihat lebih cantik
lho!
Tumbuhnya gigi yang kadang tak seragam, memang membuat
tampilan sedikit jelek dan berantakan. Namun dengan adanya ritual metatah, para
gadis Bali yang beranjak dewasa bisa merapikan gigi mereka. Sehingga gigi
bagian atas yang sering terlihat saat tersenyum bisa tampak rapi dan menambah
cantik senyum pemiliknya.
Tradisi Menari Yang Buat Badan Langsing
Belajar menari sejak dini menjadi semacam tradisi
yang masih dijalankan hingga sekarang. Selain untuk ritual pemujaan, beragam
tarian khas Bali dipakai untuk hiburan masyarakat. Namun seiring perkembangan
zaman, para seniman Bali mulai mengubah beberapa tarian sebagai ucapan selamat
datang bagi wisatawan yang singgah.
Yang menjadi ciri khas tari-tarian dari Bali yaitu adanya
gerakan mendet (merendah dengan posisi tegak pada punggung) dan lekuk jemari
yang begitu tegas. Gerakan patah-patah yang begitu dinamis pun cukup sulit dan
membutuhkan tenaga ekstra. Oleh karenanya, tak heran jika wanita-wanita Bali
memiliki kurva tubuh yang cantik karena latihan menari ini sejak kecil. Tak
heran jika kurva tubuh mereka bikin kesengsem para pria yang berkunjung ke
pulau seribu pura ini.
Makna Upacara Mebayuh Otonan Dalam Hindu-Bali
Radar Besuki
Dalam
tradisi Hindu di Bali terdapat upacara Mebayuh Otonan. Mebayuh Otanan memiliki
makna untuk menyeimbangkan dualitas dari pengaruh-pengaruh hari kelahiran
seorang anak, karena kita menyadari setiap kelahiran membawa dualitasnya
masing-masing.
Menurut
buku wariga agung, Mebayuh bisa diketegorikan dalam dua klasifikasi ;
- Mebayuh yang bersifat reguler atau berkelanjutan yang dilaksanakan setiap perubahan status, misalnya dari staus anak – anak menjadi remaja, dari status remaja menjadi dewasa (menikah), dari status dewasa menjadi orang tua, dan dari status menjadi orang tua menjadi kakek atau nenek.
- Mebayuh yang dilaksanakan karena kondisi tertentu, misalnya kelainan jiwa, terkena kesakitan, sering menemui ala atau kecelakanaan dan hal – hal yang bersifat marabahaya lainnya.
Menurut
sastra Lontar Jyotisha mebayuh atau metubah atau mebebangan untuk
mengurangi keburukan dan menambah kebaikan maka upacara itu dilakukan pada saat
otonan yang bersangkutan menurut perhitungan: wuku, sapta wara, dan panca wara.
Untuk
pelaksaan otonan menurut Ida Pandita Mpu, kalau otonan disertai dengan
mebayuh otonan dilaksanakan di Hyang Guru.Kalau otonan banten ayabannya boleh
dikurangi pakai ayaban tumpeng li atau ayaban tumpeng pitu,kalau belum tanggal
gigi banten sambutannya dan banten janganannya harus tetep ada.
Apakah
dampaknya jika selama hindu tidak pernah melakukan Otonan Mebayuh?
Dikutip
dari Bhagawan Dwija di stitidharma.org menyebutkan
Si anak bisa sakit-sakitan, hidupnya
sial, tidak punya teman, suka bingung, gelisah, bahkan bisa meninggal. Semua
upacara manusa yadnya adalah kewajiban ortu agar anaknya sehat sejahtera
lahir-bathin.
Jika
ingin mengetahui jenis mebayuh yang cocok, menurut Ida Pedanda Made
Gunung disarankan agar berkonsultasi langsung dengan pedanda atupun
sulinggih yang lain. Disamping itu, agar tidak membingungkan dan tidak
mengurangi keyakinan akan banten mebayuh tersebut, maka saat menanyakan
mengenai banten mebayuh kepada pemangku atupun sulinggih, maka umat berhak
menanyakan darimana sumber sastra/ lontarnya. Jika banten mebayuh tersebut
sudah sesuai dengan salah satu sastra/lontar maka itu wajib diyakini
kebenaranya.
Semoga
artikel ini dapat bermanfaat…….