Minggu, 07 Agustus 2016

Legenda Aji Saka versi Bledek Samber Nyowo (01)



Salam  X-Kars
………….13Epesude……
Legenda Aji Saka versi Bledek Samber Nyowo (01)
Radar  Besuki
Di ceritakan bahwa tanah Pulau Jawa tempo dulu sudah di kuasai oleh kerajaan Galuh yang di perintah Prabu Sindu Laya Sang Hyang Prabu Watu Gunung. Pusat pemerintahannya berada di Jawa Barat, karena di anggap mempunyai peranan penting terhadap Raja-Raja di luar Jawa. Beliau memang berhasil mengangkat nama Galuh menjadi termashur dan juga rakyatnya hidup makmur. Perabu Watu Gunung di karuniai empat orang putra, yaitu Dyah Ayu Dewi menjadi ratu Nusa Tembini, Pangeran Adipati Dewata Cengkar, Dewata Pemanah Sakti menjadi Adipati di Madura, dan yang terakhir Pangeran Adipati Dewata Agung menjadi adipati di Pulau Bali. Rakyat Galuh cenderung tidak senang terhadap salah seorang pangeran yaitu Pangeran Adipati Dewata Cengkar. Tingkah lakunya yang kasar terhadap rakyat kecil dan suka menganiaya orang, sangat tidak mencerminkan sebagai seorang pangeran. Melihat sikap rakyat yang membenci dirinya (Dewata Cengkar) maka Dewata Cengkar pun merasa tidak nyaman hidup di Galuh. Dewata cengkar mulai resah merasa tak di anggap.

Akhirnya timbul di benaknya rasa jengkel terhadap ayahnya yang kurang mengasihinya itu, karena takut tidak mendapatkan tahta di galuh, maka Dewata Cengkar bertapa untuk mendapatkan kesaktian yang pilih tanding, di dalam pertapaan yang baru beberapa hari itu ternyata 300 Buto mendatangi Dewata Cengkar, berkatalah Buto itu “ wahai Dewata Cengkar apakah engkau ingin kesaktian yang luar biasa dan seketika bisa ??? “
Dewata Cengkar menjawab
“ iya itu tujuanku ”
Buto menawarkan sesuatu pada Dewata Cengkar “ maukah engkau mewarisi ilmu Raja Buto dan menjadi raja kami Para Buto ?? karena Raja kami sudah tiada, Di bunuh oleh aji saka / jaka sengkala dan kawan-kawannya, maka dari itu kami membutuhkan Manusia sepertimu untuk menjadi Raja kami. Kamu akan jadi setengah manusia setengah buto dan kekuatanmu sangat besar. Bisa dan pantas untuk memimpin kami ??? “
Dewata Cengkar menjawab “ saya terima dan saya sanggup. (sambil tertawa) “ Dewata Cengkar langsung mendapatkan kekuatan Raja Buto. Semenjak itu Dewata Cengkar mempunyai kegemaran memakan daging manusia, hal tersebut menjadikan rakyat Galuh yang dulunya hidup tentram berubah menjadi kekhawatiran terhadap keselamatan mereka. Kemudian bagi rakyat yang hatinya kecil, seraya pergi meninggalkan kampung halamannya untuk mencari perlindungan. Perubahan keadaan yang di rasakan rakyat galuh menjadikan Sang hyang watu gunung mulai bertandang. Lebih-lebih yang menjadi biang keladinya adalah anaknya sendiri, sehingga sang Perabu seperti di coreng mukanya. Dengan rasa malu yang tidak dapat di tebus dengan nilai uang, seketika memerintahkan patih untuk menghadapkan Dewata Cengkar ke istana. Perabu watu gunung sangat murka kepada Dewata Cengkar. Dewata cengkar yang tidak terima dengan perlakuan ayahandanya di saat itu juga ia pergi begitu saja meninggalkan istana tanpa pamit.
Dia bersama para pasukan yang masih setia kepadanya melarikan diri ke arah Timur di waktu tengah malam. Mereka terus berjalan ke timur, perjalanan mereka terhenti di saat mereka sampai di tempat yang sangat indah dan berlokasi sangat strategis, tempat tersebut tepatnya di Pegunungan Kendeng (bekas bangunan Aji Saka dan orang dari Negeri Rum), Pegunungan Kendeng adalah pegunungan kapur yang membentang di bagian utara Pulau Jawa dari Kabupaten Grobogan (sebelah timur kota Semarang) juga ada yang di wilayah Pati JATENG. Hingga bagian utara Kabupaten Jombang JATIM. Dewata Cengkar mulai membangun bangunan seperti istana, dia mendirikan sebuah kerajaan yang di beri nama Medang Kamolan (lokasi bangunan kerajaan medang kamolan 70% di kabupaten Blora dan 30% di kabupaten Grobogan). Untuk membantu urusan pemerintahan di angkat seorang temannya dari Galuh yang bernama Arya Tengger menjadi patih dan seorang lagi bernama Ruda Peksa menjadi Tumenggung. Setelah Prabu Dewata Cengkar berhasil mengangkat nama Medang Kamolan menjadi termashur dan rakyat menjadi makmur. Raja Medang kamolan (Dewata cengkar) termasuk sudah bisa melupakan rasa balas dendamnya kepada Prabu Watu Gunung. Karena bujukan Patih Arya Tengger dan Ruda Peksa dendam Prabu Dewata Cengkar tersulut kembali. Dengan kemampuan prajurit Medang Kamolan yang sudah perkasa Dewata cengkar menyerbu kerajaan Galuh. Kisah tragis…… (Asambung)


Salam  X-Kars
Legenda Aji Saka versi Bledek Samber Nyowo (02)
Radar  Besuki
Kisah teragis bagi Prabu Watu Gunung, sejak peristiwa Dewata cengkar makan daging Manusia rakyat Galuh banyak yang meninggalkan kampung halamannya. Secara berangsur- angsur di ikuti oleh warga yang lain dan tidak mau kembali lagi ke kampung halamannya. Akibatnya menjadikan Prabu Watu Gunung menjadi murung. Kerajaan Galuh semakin lemah karena prajuritnya banyak yang meninggal dan penggantinya sulit di cari.
Dalam kondisi yang kronis semacam itu, datang serangan dari prajurit Medang Kamolan yang di pimpin sendiri oleh Rajanya. Prajuirt Galuh menjadi kalang kabut karena tidak ada persiapan, pertempuran tidak bisa di elakkan. Pada saat prajurit Galuh hampir kalah dan terpojok, sudah ada yang melapor kepada Prabu Watu Gunung untuk meminta bantuan, Prabu Watu Gunung sangat terkejut ketika laporan itu menyebutkan nama Dewata Cengkar. Prabu watu gunung matanya memerah dan pada saat itu pula memerintahkan pasukan istana untuk turun ke medan perang meghadapi putranya sendiri. Sesampainya di medan perang Perabu Watu Gunung seraya turun dari kudanya menghadapi langsung Prabu Dewata Cengkar.


Dewata cengkar, apakah demikian caranya seorang anak membalas budi terhadap orang tua ??? aku ini ayahmu, besok yang memiliki Galuh juga kamu, tetapi caranya tidak seperti ini.
“ aku sudah tidak butuh pidatomu lagi, ayo sekarang lawan aku !!! “
“ sabarlah Dewata Cengkar, perbuatanmu ini tidak di restui oleh yang Maha Agung. Terkutuk kamu nantinya. “
“ jangan banyak bicara lagi, sekarang serahkan Galuh padaku !!!
“ iya, tapi jangan sekarang. “
Mendengar kalimat terakhir yang di ucapkan oleh Prabu Watu Gunung, dewata cengkar seketika mengangkat Gada di tangannya dan langsung di hantamkan tepat pada tubuh Prabu Watu Gunung. Bersama dengan pukulan itu, terdengar suara menggelegar sambil mengeluarkan asap dan cahaya yang menyilaukan. Kemudian dengan hilangnya asap dan cahaya tersebut hilang pulalah tubuh Watu Gunung beserta kerajaan dan rakyat Galuh, kemudian berubah menjadi hutan belantara. Dari dalam hutan terdengar suara kutukan Prabu Watu Gunung.
“ Dewata Cengkar, semua sudah terlanjur . dengan sifat-sifatmu yang seperti binatang, nantinya akan menjadi kenyataan.”


Mendengar kutukan itu sebenarnya Dewata Cengkar merasa takut dan menyesal. Tetapi Arya Tengger dan Ruda Peksa masih bisa menguasai perasaan Dewata Cengkar, kemudian sadar kembali dan melihat para prajurit menyanjung atas kemenangannya. Atas kemenangannya itu rakyat Medang sudah mendengar. Mereka sibuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk merayakan kemenangan prabu Dewata Cengkar. Para pegawai sibuk mempersiapkan semua kebutuhan upacara untuk menyambut kedatangan para prajurit dan rajanya yang pulang dari medan perang. Lain lagi dengan kesibukan para wanita, karena membuat masakan, sudah tentu berusaha untuk bisa menghidangkan makanan yang enak-enak. Tetapi naas bagi seorang wanita yang jari kelingkingnya terpotong, kemudian lari merawatnya menuju kamar obat. Setelah selesai wanita itu kembali lagi ke pekerjaannya. Betapa terkejutnya, potongan jari kelingkingnya tidak di temukan lagi, termasuk daging yang di iris-iris semuanya sudah matang menjadi masakan.
Pesta untuk memeriahkan di mulai. Singkat cerita ternyata Prabu Dewata Cengkar tidak sengaja yang memakan potongan jari tersebut. Dia teringat kegemarannya di masa lalu yaitu memakan daging Manusia. Setelah acara usai, prabu dewata memerintahkan Arya Tengger untuk mencari daging manusia yang akan di jadikan santapannya. Mula-mula yang di jadikan santapan adalah para nara pidana. Setelah di penjara, nara pidana habis tak tersisa, berganti ke para pemuda kampung. Dewata cengkar merasa bosan dan meminta Arya Tengger mencari daging wanita muda. *radar besuki*
Sebenarnya rakyat Medang Kamolan sudah hampir habis karena banyak yang berbondong-bondong pergi meninggalkan Medang. Mereka meninggalkan Medang karena merasa takut jikalau mendapatkan giliran menjadi santapan Dewata Cengkar berikutnya. Arya tengger dan Ruda Peksa merasa kebingungan kemana mereka harus mencari. Beruntung salah seorang anak buah Ruda Peksa menemukan ada seorang wanita muda bernama Roro Cangkek di rumah kaki Grenteng. Arya tengger meminta para prajurit untuk terus mengawasi rumah kaki Grenteng, jangan sampai Roro Cangkek lolos. Disisi  lain…. (Asambung)
Salam  X-Kars
Legenda Aji Saka versi Bledek Samber Nyowo (03)
Radar  Besuki
Di sisi lain ada seseorang bernama Aji Saka datang menuju Jawa bersama dua orang abdinya, Dora dan Sembada.
Siapakah mereka ??? mari kita simak ceritanya.
di wilayah Sumatri ( Sumatra sekarang tepatnya di lampung ) ada kerajaan yang bernama sekala bekhak yang kala itu Rajanya Bernama Ratu Tunggal.
Ratu Tunggal memiliki 3 orang anak, Kun Tunggal Simbang Negara, bersaudara dengan Menang Pemuka yang bergelar ratu di puncak yang kemudian pindah ke bukit kemuning dan menurunkan jurai abung. Ratu di puncak memiliki 4 orang putra yaitu Unyi, Unyai, Subing dan Nuban yang merupakan keturunan paksi buai bejalan diway serta 5 marga lainnya yaitu anak Tuha, Selagai, Beliuk, Kunang dan Nyerupa yang merupakan keturunan dari tiga paksi lainnya shingga menjadi Abung Sewo Mego. Ratu mengkuda pahawang, memiliki 3 orang anak puyang rakian, dua orang saudaranya yaitu puyang naga berisang menurunkan jurai pakuan ratu way kanan dan puyang rakyan sakti yang menurunkan marga ngambur.
Puyang rakian sakti keturunan ratu tunggal dari puncak suka rami sekala bekhak inilah yang berjuluk aji saka / resi sengkala puyang rakian sakti (si naga putih) bersaudara dengan puyang naga barisang, puyang naga barisang berputra raja nganggah-anggah, raja nganggah-anggah memiliki beberapa putra salah satunya pemuka Sindang Belawan, menurut pujangga jawa Aji Saka menyerahkan kekuasaan kepada Patih Belawan, kemungkinan yang di maksud adalah pemuka sindang belawan yang sesungguhnya merupakan cucu keponakannya. Hal ini di karenakan Resi Sengkala / Aji Saka bertemu dengan seorang Syech dari negeri Rum (Turki) yang mengislamkan beliau. Pesan dari sang Syech “ tinggalkan kekuasaanmu demi kemaslahatan umat. Pergilah ke Negeri Rum untuk berguru ilmu Agama, kelak kamu akan lebih di butuhkan oleh umat manusia. Pergilah “
“ baiklah Syech saya akan berangkat ke Rum, saya mohon diri “
Dan Aji Saka pun berangkat ke Negeri Rum menggunakan Kapal kecil yang biasa di gunakan untuk perdagangan Kerajaan Sekala Bekhak. Sesampai di Rum Aji Saka mencari guru agama yang bisa membimbingnya.
Beberapa orang Jawa bilang bahwa Aji Saka berguru pada Rosulullah SAW. Aji Sakapun mendalami ilmu agama Islam di sana. Yang suatu saat pemerintah Negeri Rum (Turki) mendengar adanya wilayah Jawa di huni oleh para Iblis dan Buto, yang menghabiskan
makhluk hidup di jawa. Karena di anggap wilayah yang subur dan tidak bisa di huni manusia, maka raja rum sultan al gabah memutuskan untuk mengirim penduduk rum yang berjumlah 20000 keluarga ke tanah jawa, yang di dampingi syech maulana ali samsuzein ( syech subakir ), karena syech maulana ali samsuzein ( syech subakir ) di anggap belum mengerti tentang seluk beluk wilayah jawa. Maka sultan al gabah mencari jaka sengkala / aji saka yang menurut cerita berasal dari lampung yang merupakan wilayah tetangga jawa. Aji saka menyanggupi perintah dari sultan al gabah. Sesampainya di jawa berhenti di gunung kendeng untuk bikin rumah-rumah kecil dan menyebarkan 20000 keluarga di beberapa daerah.
Setelah itu jaka sangkala berpindah ke gunung cawang, gunung pinggan, gunung hyang, gunung lawang dan gunung limungan. Dalam waktu 1 tahun aji saka bisa memberi nama kesemua gunung di jawa, setelah Setahun terjadilah wabah penyakit yang sangat mengerikan yang menyebabkan dari 20000 keluarga hanya tinggal 20 keluarga saja. Sedangkan yang lainnya binasa karena ke angkeran pulau jawa.
Oleh karena itu kemudian mereka kembali pulang ke Rum sesampainya mereka di rum, jaka sangkala menceritakan hasil perjalanannya di pulau jawa, kepada sultan al gabah. Lalu di adakanlah musyawarah untuk menanggulangi keganasan para buto. Musyawarah selesai dan di temukan titik terang untuk mengatasi dan membunuh raja buto (iblis kelas tinggi) lalu di utus kembali jaka sangkala bersama dengan molana ngali samsujen (syech maulana ali samsuzen) memasang penangkal di pulau jawa, kemudian sultan al gabah memanggil para pendeta dan pertapa untuk mengisi manusia kembali atas pulau jawa dengan memasang penangkal terlebih dahulu. Dari hasil pembicaraan mereka di tetapkan bahwa jaka sangkala dan molana ngali samsujen bersama para pendeta dan pertapa kembali ke jawa untuk memasang penangkal tersebut di pasang di lima tempat, yakni di sebelah utara, selatan, barat, timur dan tengah (gunung tidar, tanah kedhu) beberapa hari kemudian pemasangan penangkal tersebut menampakkan hasilnya. Peristiwa alam yang dahsyat terjadi membuat para iblis / buto penghuni tanah jawa membuat mereka merasa kepanasan dan kesakitan, sehingga melarikan diri masuk ke laut.
Tapi sayang raja buto yang sakti mandra guna itu tidak pergi malah datang dan ingin membunuh aji saka dan kawan-kawan. Pertarungan pun berlangsung selama 41 hari dan 41 malam, akhirnya raja buto itu mati tiba-tiba terdengar suara “ aku akan menyatu di dalam raganya raja jawa dan membalas dendam atas perlakuan kalian pada bangsaku. Itu ancaman ghaib dari raja buto, tapi aji saka dan kawan-kawan tidak menghiraukannya. Tugas aji saka dan kawan-kawanpun selesai, mereka kembali ke rumah. Sesampainya …. (Asambung)
Salam  X-Kars
Legenda Aji Saka versi Bledek Samber Nyowo (04)
Radar  Besuki
Sesampainya di rum aji saka melanjutakan perjalanannya belajar ilmu agama yang juga di sertai ilmu hikmah dan di suatu saat aji saka di usir oleh gurunya karena bersahabat dengan malaikat ijajil (iblis). “ bersahabat dengan malaikat ijajil “ kalimat bahwa aji saka bersahabat dengan malaikat ijajil ini sangat menarik, beberapa penafsiran bisa di berikan, bisa saja kalimat ini mengisyarahkan bahwa aji saka mempraktekkan sihir sehingga di usir nabi (gurunya) dalam hal ini tidak mungkin yang di maksud adalah Nabi Muhammad, tetapi mugkin yang di maksud adalah gurunya yang menjadi penerus Nabi Muhammad. Kemungkinan kedua, dan kelihatannya yang lebih tepat, cerita ini menggambarkan bahwa aji saka mengajarkan islam yang di sampaikan dengan cara bertahap di sesuaikan dengan ajaran sekala bekhak (kepercayaan asli nusantara), karena di usir maka pulanglah aji saka ke daerah asalnya yaitu lampung pegunungan alaulu dan mengislamkan penduduk sekala bekhak.
aji saka menyampaikan ajaran islam dengan istilah-istilah dari kepercayaan kuno juga di catat pada cerita rakyat komering buway aji bahwa aji saka di yakini sebagai jelmaan Naga sakti sebagai penguasa alam ghaib yang mengajarkan hukum inti ketuhanan jaya sempurna. Melihat perkembangan islam di sekala bekhak sudah pesat maka kemudian aji saka pergi ke tanah jawa dengan ke empat orang muridnya. Di tanah jawa ia mendirikan perguruan di ujung kulon. Kemudian mengembara sampai ke galuh. Di sini dua muridnya di tinggal untuk mengembangkan islam di galuh dan dengan membawa dua muridnya lagi untuk mengembara ke arah timur.

Mereka bermaksud datang ke jawa untuk menyebarkan agama. Sebelum menginjakkan kaki di tanah jawa, mereka singgah di nusa majeti (pulau bawen). Aji saka melanjutkan perjalanan menuju tanah jawa hanya bersama dora. Sembada di tinggal di nusa majeti untuk menjaga barang-barang terutama keris pusaka aji saka. Aji saka berpesan kepada sembada, keris yang di titipkan jangan sampai di serahkan kepada siapapun kecuali aji saka sendiri yang mengambilnya.
Saat aji saka dan dora sampai di tanah jawa, mereka heran karena para orang-orang berbondong pergi meninggalkan medang. Sepertinya mereka ketakutan. Aji saka melanjutkan perjalanan dan sampai di suatu rumah, mereka singgah di tempat itu. Rumah itu adalah rumah kaki grenteng. Dengan pintu terbuka kaki grenteng sekeluarga menerima kehadiran mereka. Pada suatu ketika, aji saka mohon izin kepada kaki grenteng untuk ke kamar kecil. Sebelum masuk kekamar kecil, aji saka bertemu dengan roro cangkek, kecantikan roro cangkek membuat aji saka tertarik, saat dia berada di kamar kecil, aji saka mengeluarkan air seninya. Air seni itu ternyata di minum seekor ayam jago milik roro cangkek.
Ke esokan harinya, prajurit medang datang kerumah kaki grenteng untuk membawa roro cangkek dan di jadikan santapan bagi dewata cengkar. Para prajurit mendobrak pintu rumah dan membawa paksa roro cangkek. Ayah dan ibu tidak bisa berbuat apa-apa karena sudah di buat pingsan oleh para prajurit dengan benda keras. Dora juga tidak bisa berbuat sesuatu karena sudah dalam keadaan terikat (dora mau melawan prajurit tapi tidak ada perintah dari aji saka). Aji saka yang masih bebas dengan kecerdikannya berusaha mengelabuhi para prajurit. Aji saka mengatakan mengatakan bahwa roro cangkek mempunyai penyakit menular. Para prajurit berhasil di kelabuhi dan melepaskan roro cangkek. Sebagai gantinya aji saka bersedia di korbankan. Aji saka tidak melawan prajurid dengan kekerasan, karena aji saka ingin bisa bertemu dengan dewata cengkar, lalu Aji saka di hadapkan kepada dewata cengkar.
“ hai anak muda, tahu maksudnya kau di bawa kemari ??? “
“ belum paduka “
“ kau akan ku jadikan santapanku “
“ hamba bersedia paduka, tapi perkenanknan hamba meminta sesuatu kepada paduka sebagai permintaan terakhir “
“ katakana saja !!! akan ku penuhi “
“ hamba minta sebidang tanah seluas sorban yang saya ikatkan di kepala hamba ini paduka “
“ hanya itu ??? baiklah akan ku kabulkan “
“ tapi hamba minta paduka sendiri yang mengukurnya “
“ baiklah “
Hari eksekusi itu tiba, aji saka di bawa ke alun-alun. Pengukuran di lakukan sendiri oleh dewata cengkar. Ajaib, sorban itu tidak habis-habis di gelar. Dewata cengkar terus menggelar sampai di tebing laut kidul. Karena kelelahan, dewata cengkar terpeleset dan tergantung di tebing yang bawahnya adalah laut kidul.
“ aji saka, aku menyerah, aku mengaku kalah, baiklah, medang sekarang ku serahkan padamu asalkan kau selamatkan aku “. Permintaan….. (Asambung)
Salam  X-Kars
Legenda Aji Saka versi Bledek Samber Nyowo (05)
Radar  Besuki
Permintaan itu tidak di turuti Aji Saka, Aji Saka malah melepaskan tangan Dewata Cengkar yang menggantung di tebing. Dewata cengkar terjatuh masuk ke laut kidul.
Ketika jatuh dari tebing sebelum sampai ke laut dewata cengkar berucap “ walaupun kamu sebagai pahlawan bagi jawa khususnya medang kamolan, tapi kelak ketika kamu moksa di peristirahatan terakhir (makam) tidak akan di ketahui oleh anak cucumu ataupun rakyat jawa di karenakan 300 buto yang ada di jawa akan mengawasi dan menutupi tempat moksamu agar orang jawa tidak ada yang mengetahui keberadaan moksamu, jadilah pahlawan yang tidak di ketahui tempat peristirahatan terakhirnya wahai aji saka. Kelak hanya pendekar yang mempunyai jiwa macan sejati yang menjaga telaga merah / yang di sebut macan telaga merah lah yang bisa menemukan keberadaan moksamu, dialah guru dari Macan Telaga Merah .
Setelah masuk ke dalam laut anehnya, dewata cengkar berubah menjadi seekor Buaya putih. Setelah menjadi buaya di dalam laut dia berucap lagi mengucapkan suatu ancaman kepada Aji Saka. Dia mengancam akan memakan anak cucunya yang lengah berada di laut kidul akan di makan buaya putih.
Setelah di nobatkan menjadi raja medang kamolan, aji saka mengutus dora pergi kembali ke nusa majeti mengambil pusaka yang di jaga oleh sembada. Setibanya di nusa majeti, dora menemui sembada dan menjelaskan bahwa ia di perintahkan untuk mengambil pusaka aji saka. Sembada tidak mau memberikan pusaka tersebut karena ia berpegang kepada perintah aji saka, akhirnya kedua abdi itu bertempur karena keduanya sama-sama sakti, peperangan berlangsung seru, saling menyerang dan di serang, sampai keduanya sama-sama tewas.
Karena tak kunjung kembali, aji saka menyusul dora ke nusa majeti. Betapa terkejutnya yang di temukan malah kuburan mereka berdua yang berarti mereka sudah mati. Ia sangat menyesal mengingat kesetiaan kedua abdi kesayangannya itu. Kesedihannya mendorongnya untuk menciptakan aksara untuk mengabadikan kedua orang yang di kasihinya itu. Yang bunyinya adalah sebagi berikut : HA NA CA RA KA ono utusan (ada utusan) DA TA SA WA LA podo kekerengan (saling berselisih pendapat) PA DHA JA YA NYA podo digdayane (sama-sama sakti)
MA GA BA THA NGA podo dadi bathange (sama-sama jadi mayat). Dan aji saka pun menyelesaikan penyusunan kitab serat cakrawati dan serat paliprawa untuk menjadi pegangan orang jawa.
Setelah aji saka menjadi raja, medang kamolan menjadi kerajaan yang makmur. Rakyat bebas dari ketakutan kanibalisme yang di lakukan dewata cengkar. di sisi lain, aneh, ayam jago yang dulunya meminum air seni aji saka itu bertelur layaknya ayam betina tetapi hanya satu, telur itu oleh rara cangkek di rawat dan di sembunyikan di dalam lumubung padi. Lumbung padi yang setiap hari padinya selalu di ambil untuk di makan sepertinya padi di dalamnya tidak habis-habis. Hal ini menyebabkan kecurigaan kaki grenteng. Setelah di selidiki ternyata terdapat ular raksasa. Ular raksasa itu dapat berbicara layaknya manusia dan mengaku anak aji saka.
Ular itu meminta di pertemukan dengan aji saka. Oleh kaki grenteng di beritahukan bahwa aji saka sudah menjadi raja di medang kamolan. Seketika ular tersebut mohon pamit untuk pergi menuju medang kamolan. Sesampainya di sana ular tersebut tidak di perlakukan dengan ramah. Para prajuirt berusaha melawan ular itu, ular itu tetap memaksa masuk dan akhirnya di pertemukan dengan aji saka. Mulanya aji saka tidak mau mengakui ular tersebut sebagai anaknya. Kemudian ular tersebut menceritakan asal-usulnya. Aji saka sejenak berfikir, aji saka memberikan suatu syarat kepada ular tersebut, jika ular tersebut sanggup mengalahkan buaya putih musuhnya yang berada di laut kidul maka aji saka bersedia mengakuinya sebagai anak.
Seketika ular tersebut pamit dan berangkat menuju laut kidul. Sesampainya di sana, pertarungan langsung terjadi dengan mengerahkan segala kesaktian yang di miliki, ular tersebut dapat mengalahkan dan membunuh buaya puitih tersebut. Tapi tiba-tiba…. (Asambung)
Salam  X-Kars
Legenda Aji Saka versi Bledek Samber Nyowo (06)
Radar  Besuki
Tapi tiba-tiba terdengarlah suara tanpa rupa yang berbunyi “ wahai naga bodoh atas tindakanmu yang telah gegabah membunuhku maka sebagai balasannya kelak kamu akan di bunuh oleh ayahmu sendiri, mendengar suara itu si ular naga pun tidak merasa gentar sedikitpun dan Sebagai bukti ular tersebut sudah membuuh buaya putih, dia membawa kepala buaya putih.
Sesuai dengan perintah aji saka, ular tersebut tidak boleh lewat di atas tanah ketika kembali ke medang. Ular tersebut lewat menyusuri bawah tanah. Karena di rasa sudah sampai, ular tersebut muncul kepermukaan. Rupanya belum sampai dan masih jauh. Tempat pertama ia muncul ke permukaan ini adalah di jono, kemudian muncul lagi di crewek dan yang ke tiga kalinya muncul di kuwu. Kemunculan yang ke tiga ini terjadi keanehan. Karena di dalam tanah ular tersebut sudah kelelahan, dengan sekuat tenaga dia muncul ke permukaan dan berubah menjadi seorang anak kecil yang lumpuh dan linglung. Sejak itu ia di namai jaka linglung.
Beruntung dia di tolong oleh seorang dukun bayi sampai keadaannya pulih. Anak kecil yang linglung setelah berpamitan dengan mbah dukun kembali menengok lubang yang di gunakan untuk keluar dari bumi. Setelah sampai di dekatnya terjadi keajaiban lagi, tangan dan kakinya seketika menjadi satu melekat dengan badan mengembang terus hingga menjelma menjadi se ekor ular raksasa seperti semula. Kemudian masuk lubang yang ada di depannya untuk melanjutkan perjalanan menuju medang kamolan. Lubang bekas masuknya jaka linglung tak lama kemudian pulih kembali,penuh berisi Lumpur yang di susul dengan suara bledug-bledug begitu seterusnya sampai sekarang. Sejak saat itu tempat tersebut di namakan bledug kuwu.
Sesampainya di medang kamolan, aji saka bersedia mengakui jaka linglung sebagai anak karena sudah berhasil mengalahkan buaya putih dan di beri nama tunggul wulung oleh aji saka. Tidak mungkin jaka linglung di tempatkan di istana, aji saka mengambil kebijakan jaka linglung di tempatkan kebun istana bersama teman-temannnya sesama binatang, binatang-binatang ini hidup rukun satu sama lain, setelah selang beberapa hari, tunggul wulung sudah tidak di perhatikan.
Dia sudah jarang di kasih makan hal ini membuat ia merasa kelaparan, rasa lapar yang tak tertahankan ini membuat dia terpaksa memakan temannya sendiri sesama binatang dan 7 dari 17 kerbau terbesar di medang merupakan kesayangan aji saka dan juga menjadi symbol kejayaan medang di makan oleh naga tunggul wulung. hal ini di ketahui penjaga kebun dan di laporkan kepada prabu aji saka. Aji saka marah dan menghukum tunggul wulung. Dia di pindahkan ke hutan klampis. tunggul wulung tidak boleh makan kecuali ada makanan sendiri yang datang ke mulutnya.
Pada suatu hari ada 9 anak penggembala yang sedang menggembala kambing di hutan klampis. Jaka linglung tidak bisa makan dan kelaparan, dia membuka mulutnya sehingga kelihatan seperti gua. Tubuhnya di masukkan ke dalam tanah, hujan turun dengan lebatnya, 9 anak tadi mencari tempat perlindungan, mereka berlinudng di dalam mulut tunggul wulung yang di kira gua itu. Salah satu dari kesembilan anak tadi ada yang kudisan, karena 8 anak tadi takut ketularan, mereka mengusir anak kudisan tadi. Anak kudisan berlindung di bawah pohon besar. Setelah hujannya reda, anak kudisan itu mencari teman-temannya dia kaget ketika teman-temannya sudah tiada, yang ada hanyalah se ekor ular yang mulutnya berlumuran darah. Anak itu segera berlari ketakutan dan mengatakan kepada orang tua teman-temannya, bahwa anak mereka sudah tewas di makan ular. Peristiwa itu di laporkan kepada prabu aji saka, aji saka marah besar tunggul wulung di marahi habis-habisan. Hal ini membuat aji saka bingung hukuman apa yang harus di berikan. Aji saka kemudian mengundang kaki grenteng sekeluarga ke istana, setelah di rapatkan akhirnya aji saka menghukum jaka linglung dengan cara di pantek tubuhnya dan mulutnya di cengkal sehingga tidak bisa mengetup lagi. tunggul wulung menghembuskan nafas terakhir di tempat itu. Roro cangkek yang melihat penyiksaan itu tidak kuasa menahan tangis. Tempat di mana tunggul wulung di hukum terakhir itu sekarang bernama bumi kasongo. Roro Congkek sangat….. (Asambung)


Salam  X-Kars
Legenda Aji Saka versi Bledek Samber Nyowo (07)
Radar  Besuki
Roro congkek sangat sedih sekali melihat naga itu mati karena semasa kecil naga itu tinggal di rumah roro congkek dan roro congkek pun sudah menganggap naga itu sudah seperti saudaranya sendiri, melihat hal itu aji saka mendekati roro congkek dan berkata “ sabarlah nyimas roro, aku juga sangat sedih dan merasa sangat terpukul atas kejadian ini. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, ini adalah tuntutan rakyat dan takdir dari Allah SWT.
“ iya pangeran, hamba mengerti, semoga ini semua membawa hikmah dan kebaikan buat semua rakyat medang kamolan “
“ kamu memang wanita yang baik, berbudi dan berhati suci, pertama kali saya menginjakkan kaki di medang kamolan ini kamulah wanita yang pertama kali bisa membuat hatiku tertarik padamu, dirimu sungguh mempesona, saat ini hanya dirimu yang bisa membuat diriku bahagia, bisa memanjakan dirimu adalah surga, hidup mati ingin bersamamu, dampingilah aku sebagai raja medang kamolan, karena keinginanku atas dirimu menjadi keinginan para rakyatku menjadikan dirimu menjadi pendampingku. “
“ pangeran aku malu, pantaskah aku yang miskin ini menjadi pendampingmu ??, pendamping raja yang sakti, bijaksana dan adil sepertimu ?? “
“ sejak kapan cinta memandang itu semua, hai nyimas roro ?? dunia ini nilainya tidak seberapa di bandingkan dengan dirimu. “
“ jujur pangeran, pertama kali melihat pangeran aku sangat tertarik dan cinta pada pangeran, tapi apa boleh buat, pangeran belum lama aku kenal ternyata suadah menjadi seorang raja, sejak itu aku mulai malas bekerja, keseharianku hanya makan, tidur, dan merenung saja, bermimpi bisa bersamamu “
Mendekatlah pangeran aji saka seraya berkata “ nyimas rara, naga linglung / tunggul wulung adalah perantara pertemuan kita dan saksi atas cinta kita berdua, maka dari itu saya akan mengadakan acara buat penghormatan memperingati kematian tunggul wulung. Acara berjalan dengan lancar. rakyatnya yang mempunyai kerbau yang besar-besar di sembelih buat memeriahkan acara penghormatan kematian tunggul wulung, dagingnya di bagi-bagikan ke penduduk yang miskin, acarapun selesai.
Kemudian aji saka menikahi roro congkek, sebelum acara pernikahan di mulai aji saka mengajukan pertanyaan kepada roro congkek. “ nyimas roro sebelum kita menikah kanda mau menanyakan sesuatu pada dinda”
“ ya kanda silahkan “
“ dalam pernikahan kita dinda mau minta mas kawin apa ?? ”
“ dinda minta mas kawin pertunjukan wayang yang mengisahkan ramayana dan raja rahwana “
“ baik dinda, kanda akan mengutus utusan ke utara medang, “
aji saka memanggil utusannya “ wahai abdiku kini rajamu akan menikah dan calon istriku meminta mas kawin pementasan wayang, sekarang aku perintahkan kamu ke rumah dalang kondang di sebelah warung medang, warung pertama dan terbesar di medang yaitu di wilayah utara medang dan tempat dalang itu pas di lereng gunung (sekarang di kenal dengan sebutan gunung warung dan desanya desa dalangan) “.
“ sendiko dawuh, saya berangkat ke warung untuk ke rumah dalang itu paduka “. Utusanpun berangkat……. (Asambung…)

Salam  X-Kars
Legenda Aji Saka versi Bledek Samber Nyowo (08)
Radar  Besuki
Utusanpun berangkat, tapi ternyata lokasi yang di tuju kejauhan sedikit, utusan itupun istirahat, dia merasa kehausan, tapi tidak ada air lalu dia berucap kesebuah pohon “ saya kesini di utus oleh pangeran aji saka, tapi saya tersesat, tolong tunjukan tempat yang saya cari, dan beri saya minum, tiba-tiba dari bawah pohon itu muncul sebuah sumur yang airnya sangat jernih, sumur itu terbuat dari batu. Hingga saat ini lokasi sumur itu di sebut desa sumur watu, dan suara tiba-tiba muncul lagi kalau kamu mau melihat lokasi yang kamu cari, maka naiklah di pegunungan sebelah utara itu. Selanjutnya utusan itupun naik ke pegunungan di sebaelah utara, sesampainya di atas pegunungan itu dia mencari lokasi warung dan rumah dalang itu, tapi tetap saja tidak melihatnya, lalu bagaimana agar aku bisa di lokasi yang lebih tinggi agar bisa melihat yang aku cari ??.
Utusan itu ternyata sakti juga, dia bikin candi di atas pegunungan itu dalam waktu sekejap mata, lalu ia naik ke atas candi, kelihatanlah warung dan rumah dalang itu dari atas candi (pegunungan itu sekarang terkenal dengan sebutan nama candi). Kemudian ia turun dan menuju warung menemui dalang itu, bertemulah utusan itu denagn dalang, lalu menyampaikan permintaan aji saka, dan permintaan itupun di iyakan oleh sang dalang, sang dalangpun berangkat bersama utusan itu ke medang kamolan. sesampai di jalan, dalang yang membawa begitu banyak alat itu hampir jatuh karena menginjak batu yang goyang-goyang (doglig-doglig) dan sekarang tempat itu di beri nama desa doglig. Lalu berjalan kembali, sesampainya di dataran dalang itu mengeluh bahwa tidak sanggup ke medang karena jalan kaki dan jalan berliku-liku.
“ hai utusan, aku tidak mau melanjutkan perjalanan ke medang, aku tidak sanggup “,
“ lalu bagaimana saya nanti kalau di marahi raja ? “
“ kalau kamu bisa membuat goa di sini sampai ke wilayah dekat kota raja medang kamolan, aku akan ikut bersamamu, “
“ baiklah saya sanggupi, “
Lagi-lagi utusan itu berucap “ wahai bumi aku butuh goa sebagai jalan terobosan ke medang, karena ini adalah perintah aji saka “ anehnya seketika bumi terbuka membentuk goa sampai di dekat kota raja medang, utusan dan dalangpun berangkat lewat goa sampai di medang sesuai jadwal. Goa itu sekarang terkenal dengan goa trawang.
selang beberapa tahun kemudian roro congkek pun mengandung anak dari pangeran aji saka, kehamilan roro congkek ternyata terdengar di telinga raden daniswara, raden daniswara yang tidak
suka dengan kehamilan roro congkek karena di khawartirkan medang kamolan mempunyai penerus yang bisa membuat daniswara tidak mempunyai kesempatan untuk bertahta di medang kamolan. Raden Daniswara di……. (Asambung…)
Salam  X-Kars
Legenda Aji Saka versi Bledek Samber Nyowo (09)
Radar  Besuki
Raden Daniswara di panungkulan bermaksud ingin merebut kerajaan medhang. Ia di sarankan oleh hyang sendula agar meminta bantuan kepada ratu kidul yang bernama ratu angin-angin ia kemudian dapat menjadi raja di tanah jawa dengan sebutan raja daniswara / srimapunggung. Ki jagulmudha di jadikan patih dengan gelar adipati jagulmudha. Langkah selanjutnya adalah ingin menaklukkan pesisir mancanegara. Setelah selesai tugasnya ia kembali ke panungkulan dan selanjutnya berniat menaklukkan medang. Bersama dengan pasukan besar srimapunggung menuju ke kerajaan medhang untuk perang melawan aji saka di medhang. Aji saka yang mendapat laporan bahwa ada pasukan besar yang di pimpin raja srimapunggung untuk menyerang medhang. Maka aji saka menuju ke perbatasan medhang. Raja srimapunggung tiba di perbatasan medhang dan di hadang di temui oleh aji saka. ‘ hai raja srimapunggung ada yang kau kehendaki dari perang ini ? “
“ saya ingin berkuasa di medhang menggantikanmu wahai raja aji saka “
“ Kalau hanya itu keinginanmu tidak usah di adakan perang, karena perang hanya akan mengakibatkan banyak kerugian. Rakyat yang tidak bersalah jadi korban “
“ lalu bagai mana raja aji saka ?”
Dudukilah medang kamolan karena tugasku di tanah jawa sudah selesai. Saya sudah membawa kedamaian juga menciptakan dan menyusun kitab cakra wati, kitab tali prawa dan aksara jawa yang akan menjadi pegangan orang jawa termasuk buat dirimu dan keturunanmu kelak.
Duduklah di singgasana medhang, tapi dengan 3 syarat :
Yang pertama. Bertindak bijak dan juga memakmurkan rakyat medhang.
Yang kedua . biarkan istri saya roro congkek yang sedang hamil tinggal di medang dan hidup bersama ayahnya dan jangan ada yang mengganggunya.
Yang terakhir beri saya sedikit wilayah di bagian utara medhang di pegunungan kecil di lereng gunung itulah perbatasan wilayahku. Perbatasan aji yang kelak apabila sudah ada penduduknya wilayah itu saya beri nama wates aji (yang sekarang terkenal desa wates haji) di kecamatan todanan kabupaten blora dan gunung itu saya namakan morotopo karena saya datang untuk bertapa menghabiskan sisa hidup saya (sekarang desa di gunung itu di beri nama moro topo).
“baik raja aji saka saya sanggup dan terima kasih banyak “
“memang perang ini tidak perlu di teruskan kalaupun di teruskan maka kamu raja srimapunggung dan prajuridmu semua akan binasa. Karena kesaktian yang kamu miliki belum seberapa di banding kesaktianku (aji saka). Baik saya undur diri menuju wates aji “
“ saya menngerti bahwa kesaktian paduka aji saka tidak ada yang menandingi. Silahkan semoga perjalanan paduka aji saka lancar, dan saya berjanji nama paduka aji saka akan kami abadikan ‘


Aji saka berangkat menggunakan kuda dan di kawal beberapa orang kepercayaannya ke wates aji (yang merupakan perbatasan medhang dan pertapaan aji saka) di perjalanan jatuhlah kitab cakrawati, aji saka pun turun dan berucap “ kelak jika sudah ada penduduk di sini daerah ini saya beri nama cakrawati seperti nama kitab saya yang jatuh di sini. “ (sekarang jadi desa cakrawati) rombongan aji saka melanjutkan perjalanannya dan di tengah perjalanan aji saka beserta rombongan kehujanan (kodanan) tetap di lanjutkan perjalanan dan berucap jadilah daerah yang namanya kodanan kelak (sekarang jadi desa todanan).
Aji saka beserta rombongan melanjutkan perjalanan hingga beberapa saat kemudian menyebrangi sungai, pas ditengah sungai kudanya berhenti dan terdiam ( meneng) lalu meminum air sungai itu dan di ikuti ucapan aji saka karna di tengah sungai kudaku berhenti dan terdiam (meneng) maka kelak bila tempat ini sudah di huni penduduk maka saya beri nama meneng kali tenggah ( yang arti nya berhenti di tengah sungai ), sekarang daerah itu jadi desa muneng (meneng) dan dusun kali tengah setelah selesai minum kudapun berlari kembali menuju tempat yang di tuju, yang sudah di beri nama wates aji . sesampainya aji saka di wates aji . aji saka merapal ilmu manunggaling kawulo gusti dan ilmu aji tondo songo dan ilmu-ilmu lainya. Dengan tujuan…… (Asambung….)
Salam  X-Kars
Legenda Aji Saka versi Bledek Samber Nyowo (10)
Radar  Besuki
Dengan tujuan sebagai brtanda kalau beliau sudah jadi pertapa dan sudah memasuki wilayahnya sendiri yakni wates aji dan moro topo kedatangan aji saka ke wates aji yang kala itu mau bertapa ahirnya tertunda karna banyak orang yang mengetahui kepergian aji saka ke wates aji , akhirnya ber bondong-bondong datang ke wates aji ingin belajar ilmu agama dan kanuragan . aji saka pun tidak bisa menolak, yang kemudian di bangun pesantren di pegunungan wates aji (masih bagian gunung kendeng ) gunung itu sangat dekat dengan gunung moro topo .
Setelah beberapa tahun aji saka sudah memiliki murid-murid kepercayaan yang di percayakan mengurus pesantren dan aji saka melanjutkan ke gunung moro topo untuk bertapa, sesampainya di morotopo aji saka mengambil empat batu di letakan di depan, belakang, kiri, kanan tubuh aji saka ketika mulai duduk bersemedi dan bertapa, di mulailah pertapaan itu dengan merapal ilmu rahasia jawa yaitu HO NO CO RO KO dan lain sebagainya, hingga tidak bisa merasakan panas, dingin,hujan dan lain sebagainya . setelah 41 hari menjalani pertapaan tumbuhlah pohon beringin dan pohon itu meneduhi dan menjaga raga aji saka pohonpun tumbuh, makin lama makin besar , setelah 20 tahun sesuai huruf aksara jawa, raga aji saka moksa di pohon beringin itu. Setelah moksa terjadilah kutukan dewata cengkar, datanglah 300 buto terkuat yang menempati pohon beringin itu, hingga pohon beringin hidup ber abad-abad lamanya. Mereka bertempat di pohon ringin dengan tujuan agar tidak bisa menemukan lokasi moksanya aji saka, sesuai perintah dari dewata cengkar.
Mulai sejak itu banyak orang di berbagai golongan ngalap berkah di tempat itu ada yang langsung pulang setelah selesai do’a dan ada yang ber minggu-minggu dan ber bulan-bulan seperti yang di lakukan pangeran benowo ber bulan-bulan di gunung morotopo, pangeran benowo ialah raja pajang ke 3, sedikit sejarah tentang pajang, Setelah Sultan Hadi Wijaya (Jaka Tingkir) Sultan Pajang meninggal mestinya yang berhak menggantikan kedudukannya adalah Pangeran (sunan) Benowo, yang merupakan putera mahkota. Namun kenyataan berkata lain. Menurut Sunan Kudus, Aryo Pangiri lah yang berhak karena merupakan putra tertua meskipun putra menantu dan dia juga putera raja (Sunan Prawoto raja Demak). Oleh karena Sunan Kudus tetap berpegang pada pendapatnya, maka Pangeran Benowo harus rela menempati jabatan baru sebagai Bupati Jipang Panolan. Mungkin peristiwa ini yang disebut bahwa Pangeran Benowo Sakit Penggalihipun ( sakit hati ). Kemudian Aryo Pangiri dinobatkan sebagai raja Pajang, namun tidak berselang lama. Karena dalam kepemimpinannya banyak menyengsarakan rakyat sehingga tidak disukai rakyat dan banyak desakan maka Pangeran Benowo atas pertimbangan saudaranya, Senopati Sutowijoyo, merebut kembali kerajaan pajang dari tangan Aryo Pangiri dan berhasil. Aryo Pangiri kalah dan dikembalikan ke Demak bersama seluruh keluarganya. Selanjutnya Pangeran Benowo menduduki jabatan sebagai sultan namun hanya satu tahun kemudian digantikan oleh Senopati Sutowijoyo dan pemerintahan beralih menjadi Kerajaan Mataram.
Dalam catatan sebagian sejarah yang terpercaya pada Babad Tanah Jawi bahwa Pangeran Benowo setelah hanya bertahta satu tahun, pergi ke Sedayu Jawa Timur. Menurut crita nenek moyang kami sebelum pangeran benowo sampai ke sedayu beliau bersama rombongan singgah di gunung morotopo untuk bertapa mendalami ilmu kebatinan dan ilmu agama, usai bertapa ,melanjutkan perjalanan ke sedayu sesampainya disedayu beliau mendalami ilmu agama, setelah selesai pendalaman ilmu agama kemudian beliau menuju ke Barat dan sampai di Hutan Kukulan daerah Kendal bersama para pengiringnya, Kyai Bahu, Kyai Wiro dan dua lagi tidak diceritakan namanya. Selama di hutan itu Pangeran Benowo merasakan sejuk hatinya melihat padang yang luas, sedang tanahnya baik dan rata.
Hanya sayang tempat itu tidak ada sungai. Pangeran Benowo memberitahukan kepada sahabatnya tentang tidak adanya sungai itu, dan mereka mengatakan memang sebaiknya Pangeran Benowo membuat sungai.
Kyai Bahu dan Kyai Wiro diperintahkan menyudet sungai di dekat tempat itu hingga airnya bisa mengalir ke hutan dan menyenangkan hati mereka yang bermaksud bertempat tinggal di kawasan itu. Pangeran Benowo bersama empat sahabatnya pergi ke sungai lotud. mereka menjumpai tempat yang agak datar dan memudahkan aliran air. Kemudian Pangeran Benowo menyudet sungai itu dengan menggunakan tongkat. Aliran sungai itu mengalir ke arah timur laut sampai di hutan yang akan dijadikan pemukiman mereka. Waktu itu……. (Asambung)
Salam  X-Kars
Legenda Aji Saka versi Bledek Samber Nyowo (11)
Radar  Besuki
Waktu itu kebetulan sudah masuk waktu subuh. Pangeran Benowo bermaksud berhenti di tempat itu untuk melakukan sholat subuh. Adzan subuh dilakukan sendiri oleh Pangeran Benowo mendengar ada suara yang menjawab adzan yang diucapkan. Suara itu datang dari lurus arah timur tempat Pangeran Benowo melaksanakan sholat subuh. Peristiwa aneh tersebut disampaikan pada keempat sahabatnya.
Oleh Pangeran Benowo kemudian diperintahkan kepada para sahabatnya untuk mencari dimana asal suara yang menjawab adzannya. Namun mereka tidak menemukan apa-apa, hanya tiga buah makam dan ketiganya bernisan batu. Sayangnya dalam Babad Tanah Jawi tidak menyebut tiga makam itu milik siapa. Pangeran Benowo memeriksa ketiga makam itu secara teliti. Sedang di sebelahnya adalah sebuah pohon besar yang sudah berlubang, yang disebutnya pohon kendal. Kyai Bahu dan Kyai Wiro serta dua rekannya diperintahkan oleh Pangeran Benowo agar tinggal di hutan itu dan membuatnya menjadi tempat pemukiman. Desa itu kemudian diberi nama Desa Kendal.
Sedangkan Pangeran Benowo bermaksud tinggal di hutan sebelah selatan yang letaknya berdekatan dengan sudetan sungai. Ia berjalan ke arah selatan dengan diikuti oleh tiga sahabatnya, karena Kyai Bahu diperintahkan untuk tinggal di tempat yang baru dibuka itu. Sampai di hutan Tegalayang, Pangeran Benowo berhenti untuk bertapa ngluwat, bertapa dengan mengubur dirinya dalam sebuah lubang. Lubang dipersiapkan oleh ketiga sahabatnya, dan selanjutnya Pangeran Benowo masuk di dalamnya, dan ketiga sahabatnya agar menutupnya. Sebelumnya dipesankan oleh Pangeran Benowo, bila sudah mencapai empatpuluh hari, maka lubang itu diminta untuk dibuka.
Setelah lebih satu bulan, datang dua utusan dari Mataram sambil membawa surat dari Panembahan Senopati yang akan diberikan kepada Pangeran Benowo, namun tidak dijumpai di tempat tersebut. Sebaliknya, mereka hanya bertemu dengan seorang pande besi yang berdiam di hutan itu namanya Kyai Jebeng Pegandon. Kedua utusan itu mengira bahwa pande besi itu adalah Pangeran Benowo, maka disampaikan surat itu kepadanya sambil memberitahukan bahwa Pangeran Benowo diundang oleh Panembahan Senopati. Karena merasa dirinya bukan Pangeran Benowo, maka Kyai Jebeng Pegandon si tukang besi itu menjawab:
“Bawalah pulang surat itu. Aku tidak mau diundang, dan lagi pula aku tidak mau mengabdi pada raja”.
Kedua utusan itu pulang dan memberi laporan kepada Panembahan Senopati bahwa Pangeran tidak mau. Dan oleh Panembahan Senopati memang dua utusan tersebut telah keliru. Maka mereka diperintahkan kembali ke hutan mencari Pangeran Benowo di sebelah selatan hutan itu. Di samping itu juga mereka diperintahkan mendatangi lagi Kyai Jebeng Pegandon si pande besi sambil membawa wewedhung panelasan (pisau raut besar bersarung untk menghabisi nyawa seseorang) untuk memancung leher pande besi tersebut.
Para utusan Mataram itu kembali ke hutan Kendal dan terlebih dahulu menuju ke tempat Kyai Jebeng Pegandon dan memberi tahu maksud kedatangannya atas perintah Panembahan Senopati. Kemudian Kyai Jebeng dibunuh dengan menggunakan wewedhung dan jenazahnya dimakamkan di Pegandon. Ahirnya kedua……… (Asambung)
Salam  X-Kars
Legenda Aji Saka versi Bledek Samber Nyowo (12)
Radar  Besuki
Akhirnya kedua utusan tadi sampai di hutan Tegalayang dan mereka bertemu dengan ketiga sahabat Pangeran Benowo yang sedang menunggui lubang tempat bertapa Pangeran Benowo. Kedua utusan tadi menanyakan keberadaan Pangeran Benowo. Oleh Kyai Wiro, dijelaskan bahwa Pangeran Benowo sedang bertapa ngluwat baru sebulan lebih empat hari. Oleh Kyai Wiro disarankan memang sebaiknya kedua utusan itu bersabar dan mau menunggu karena bertapanya hanya tinggal enam hari lagi. Dan sebagaimana pesan Pangeran Benowo, pertapaannya dibuka kembali setelah masa empat puluh hari oleh Kyai Wiro. Alangkah terkejut, ketika lubang terbuka ternyata Pangeran Benowo tidak ada di tempat, lubang itu kosong. Setelah kesana kemari dicari akhirnya Pangeran Benowo dijumpai sedang duduk tafakur menghadap ke arah barat.
Setelah meminta izin sowan, Kyai Wiro menyampaikan ada utusan dari Mataram, kemudian Pangeran Benowo mempersilahkan untuk bertemu dengannya. Maka kedua utusan itu menghaturkan surat dari Panembahan Senopati. Surat diterima dan dibaca, ternyata isinya Pangeran Benowo diminta untuk datang ke Mataram. Adapun sebabnya, yang pertama kakandanya rindu, dan yang kedua, apa saja kehendak Pangeran Benowo akan dituruti Panembahan Senopati. Pangeran Benowo menolak. “Aku tidak mau ke Mataram Jika kakanda Senopati mempunyai kehendak apapun, aku wakilkan kepada Kyai Bahu saja. Kakanda tidak usah membuat surat lagi”. Kemudian Kyai Bahu dibawakan kepada kedua utusan tersebut ke Mataram.
Pangeran Benowo selanjutnya tinggal di hutan/gunung Kukulan. Akan tetapi selang beberapa hari ia pergi dari tempat itu ke arah utara, mencari tempat tinggal yang lebih baik. Akhirnya ia menjumpai tempat yang bagus, berada di pinggir sungai. Bersama ketiga sahabatnya, Pangeran Benowo tinggal di tempat itu. Tidak lama kemudian banyak orang berdatangan ingin bertempat tinggal dan belajar kepadanya. Tempat itu kemudian menjadi desa, diberi nama Desa Parakan (amargi kathah tiyang ingkang sami dateng umarak ing Kanjeng Pangeran/karena banyak orang yang datang dan menghadap Kanjen Pangeran).
Di desa itu ada masjid peninggalannya, ada sumur dan bahkan ada sebuah genthong yang konon katanya berasal dari Demak, namanya Genthong Puteri. Diceritakan juga bahwa genthong itu semula satu pasang, yang berarti ada dua buah, dimana yang satu tetap berada di Demak. Konon kedatangan genthong itu datang sendiri dari Demak lewat sungai dengan dikawal oleh seekor kebau, yang diberi nama “Kebo Londoh”, yaitu jenis kerbau yang kulitnya putih. Orang JAwa menyebutnya “Kebo Bule”.
Genthong itu sekarang ditanam di (serambi) bagian selatan masjid, dan hanya mulut genthongnya yang kelihatan. Genthong itu diyakini sebagai satu kesatuan dengan sumur yang ada di sebelah selatan masjid. Oleh masyarakat, air sumur itu bisa sebagai sarana pengobatan, dan hal itu sudah banyak yang membuktikan.
Setelah sampai di keraton Mataram, Kyai Bahu menerima tugas dari Panembahan Senopati agar usahanya membuka hutan dan tanah serta membuat tempat pemukiman di kawasan hutan Kendal supaya dilanjutkan menjadi suatu negeri, sedang penghasilannya diserahkan kepada Pangeran Benowo. Di samping itu Pangeran Benowo diangkat derajatnya oleh Panembahan Senopati dengan nama Susuhunan Parakan. Sedangkan Kyai Bahu diberi nama kehormatan Kyai Ngabehi Bahurekso. Setelah wafatnya pangeran benowo beliau dimakamkan di belakang masjid pakuncen.( Kendal )
Setelah kita mendengar cerita ini timbul lah pertanya’an ,, kenapa di gunung morotopo juga ada makam pangeran benowo dan masyarakat sekitar juga memepercayai hal itu, ??
Apakah pangeran benowo wafat di morotopo lalu hidup kembali dan melanjutkan prjalanan nya ke sedayu ??
Atau kah beliau wafat di pakuncen ( Kendal ) lalu jasadnya dibawa ke morotopo yang merupakan salah satu tempat beliau bertapa ??
Atau memang benar bahwa makam pangeran benowo di Kendal,,,??

Wallahu a’lam bisshowab,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,!!
Dimanapun makam pangeran benowo yang sebenarnya, tidak usah kita permasalahkan , yang terpenting adalah ketika kita ingin mendo’akan beliau dari manapun insya’allah akan sampai kepada beliau dengan wasilah-wasilah yang kita khususkan kepada beliau,
(BERDO’A TIDAK HARUS DI MAKAM BELIAU) dimana tempat bisa , yang penting khusuk dan ihklas.perlu diketahui bahwa PANGERAN BENOWO ADALAH KETURUNAN DARI ROSULULLAH MUKHAMMAD SAW.
»» BERIKUT SILSILAH PANGERAN BENOWO ««
→ Nabi Muhammad SAW .
→ Sayyidah Fathimah Az-Zahra .
→ Al-Imam Sayyidina Hussain
→ Sayyidina ‘Ali Zainal ‘Abidin
→ Sayyidina Muhammad Al Baqir
→ Sayyidina Ja’far As-Sodiq .
→ Sayyid Al-Imam Ali Uradhi .
→ Sayyid Muhammad An-Naqib .
→ Sayyid ‘Isa Naqib Ar-Rumi
→ Ahmad al-Muhajir .
→ Sayyid Al-Imam ‘Ubaidillah .
→ Sayyid Alawi Awwal .
→ Sayyid Muhammad Sohibus Saumi’ah .
→ Sayyid Alawi Ats-Tsani .
→ Sayyid Ali Kholi’ Qosim .
→ Muhammad Sohib Mirbath .
→ Sayyid Alawi Ammil Faqih .
→ Al Imam Abdul Malik Azmatkhan
→ Sayyid Abdullah Azmatkhan .
→ Sayyid Ahmad Shah Jalal .
→ Sayyid Syaikh Jumadil Qubro al-Husaini or Syekh Jamaluddin Akbar al-Husaini .
→ Syarief Muhammad Kebungsuan / Adipati Andayaningrat / Ki Ageng Wuking I / Ki Ageng Penging Sepuh
→ Raden Kebo Kenongo / Sultan Prabu Wijoyo I + Nyai Ageng Penging Binti Raden Gugur / Sunan Lawu
→ Sultan Hadiwijaya / Jaka Tingkir + Ratu Mas Cempo Binti Sultan Trenggono
→ Pangeran Benowo Adipati Ing Pajang + Raden Ayu Pajang binti Panembahan Agung Ing Kajoran.
Sumber :
1. Kitab Kuno Peninggalan Sunan Tembayat 1443 saka,,
2. Ranji Silsilah Pangeran Kajoran 1677,,
3. Catatan Penghulu Abdul Kahar Cirebon yang dinukil dalam buku “Tinjauan Kritis Sejarah Banten” karya Prof. Dr. Hussein Djajadiningrat,
4. Silsilah kesultanan Kelantan,
5. Catatan Kesultanan Cirebon,
6. Kitab Carang Satus abad 16 akhir,
7. Kitab Carub Kanda Milik Kesultanan Cirebon ,
8. Kitab Sujarah Giring milik klrg Ki Ageng Giring III
Sebagian orang…………. (Asambung…..)

Salam  X-Kars
Legenda Aji Saka versi Bledek Samber Nyowo (13)
Radar  Besuki
Sebagian Orang kuno menganggap morotopo adalah tempat bertapanya aji saka dan tidak mengetahui aji saka moksa di pertapaan . Pohon beringin sekitar tahun 2000 baru bisa roboh, para buto itu khawatir ada yg tau kalau itu tempat peristirahatan aji saka, maka para buto berusaha ingin membunuh orang yang di ramalkan bisa menemukan tempat peristirahatan terakhir aji saka itu.
Sedikit cerita tentang orang yang di ramalkan itu, pada tahun 2004 tempatnya di desa Dringo Kec Todanan Kabupaten Blora , ada seorang anak muda yang usianya masih belasan tahun, di suatu malam anak muda yang keseharianya hanya tirakat dan wirid itu di datangi oleh syech dari alam ghaib, tubuh anak itu di kelilingi cahaya yang menyerupai pelangi, syech itu datang dan memeluk anak muda itu dan menyuruh anak muda itu untuk tirakat / riyadloh di petilasan syech abdul shomat shobat dan syech siti jenar di dusun lemah abang di daerah Kayen Kabupaten Pati.
Anak muda itu bertanya “ syech buat apa saya tirakat di sana, di rumah pun bisa ?? “
Syech pun menjawab pertanyaan anak muda itu. “ Berangkatlah, suatu saat kamu akan tau apa alasan saya menyuruhmu tirakat dan belajar di sana “
“ Baiklah syech besok siang saya akan berangkat ke tempat itu “
di siang harinya anak muda itu berangkat dan di antar oleh pamanya, sesampai di lereng gunung intip petilasan syech abdul shomat shobat dan siti jenar, tirakatpun dimualai, setelah 8 hari menjalani tirakat, malam ke 9 datanglah 300 buto yang mengaku dari gunung morotopo, datang dengan tujuan membunuh anak muda itu, karna buto-buto itu yakin bahwa anak muda itulah yang ada di dalam ramalan yang mereka cari selama ini, pertarungan pun terjadi, yang mengakibatkan anak muda itu mengalami kekalahan, tapi anak muda itu tidak takut walau mengalami kekalahan, kemudian datanglah kekuatan para leluhurnya yang membantunya, dan ahirnya anak muda itupun menang, dan para buto itu lari tunggang langgang kembali ke tempat asalnya (gunung moro topo). Sehabis peperangan usai, anak muda itu bertanya-tanya dalam hatinya, “ di tahap-tahap aku belajar seperti ini kenapa ada buto terkuat di tanah jawa dengan jumlah begitu banyak ingin membunuhku, apa ada yang salah dengan diriku, apakah aku telah mengganggu mereka, atau mungkin ingin memakan daging seseorang yang suka tirakat seperti diriku ?? tidak-tidak, kalau menurut pengamatanku sepertinya mereka sangat membenciku dan dendam padaku, tapi apa salahku ?? mereka terlihat sangat marah dan bernafsu ingin membunuhku “
anak muda itupun tidak terlalu menghiraukan buto-buto itu dan melanjutkan tirakatnya dengan khusu’.
Singkat cerita, pemuda ini dapat ilmu-ilmu dari leluhurnya dan dari ghaib cukup banyak, setelah beberapa bulan anak muda itu pulang ke rumahnya, setelah sampai di rumah, pemuda itu di datangi syech itu lagi, yang sebelumnya sudah pernah datang untuk menyuruhnya bertapa di pati, kali ini syech memerintahkan pemuda itu berkelana untuk belajar di berbagai daerah sampai tahun 2007 (mulai tahun 2004 – 2007) menjalani tapa lelana, walau terkadang dia pulang ke desanya, setelah selesai tapa lelana, sang pemuda tadi menikah dapat istri orang bojonegoro, selang satu minggu dapat perintah menjalani tapa lelana lagi dari sang syech tadi, seketika itu maka berangkatlah pemuda itu ke berbagai wilayah sampai ke Sumatra, setelah tahun 2009 pulanglah pemuda itu kerumah istrinya, pemuda itu berkumpul dengan istrinya satu bulan, dan sang istripun akhirnya hamil, baru hamil satu bulan, sang istri di tinggal bertapa lagi oleh pemuda itu, menginjak 9 bulan kehamilan istrinya, pemuda itu pulang sampai istrinya melahirkan seorang anak yang di beri nama Muhammad arya samudra.
Nama itu di ambil ketika pemuda itu pulang dan mengarungi samudra, anak yang di beri nama Muhammad arya samudra itu setelah usianya 36 hari di tinggalkan bapaknya berbulan-bulan lagi untuk bertapa lagi.
Sampai bulan januari 2011, kemudian si pemuda atau ayah Arya itu membuat KTP di dusun istrinya yakni Dusun Ceweng Desa Sendang Rejo Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur, KTP pun jadi sekitar bulan februari 2011, sekarang menunjukkan nama si pemuda di KTP itu dengan nama Imam Mak’ruf, yang akrab di panggil dengan panggilan Gus Imam, satu bulan kemudian, di tengah semedi Gus Imam datang lagi syech yang sebelumnya pernah datang waktu itu, syech meminta agar Gus Imam mendirikan padepokan dengan nama Macan Telaga Merah, dalam perbincangan itu Gus Imam sempat menolak karena kurang suka dengan yang namanya padepokan, “ saya mau menjadi orang kaya saja syech, mau merantau ke manca Negara”, syech itupun tersenyum, sembari berkata “ itu bukan jiwamu nak, aku mengerti betul akan jiwamu, tidak usah bercanda, itu amanah yang harus kamu jalani “
“ tapi syech, saya di sini hanya punya satu teman namanya kharis siswanto, dan saya tidak tau tentang seluk beluk kota bojonegoro ini ?? “
“ itu bukan sebuah kendala, jalani saja, nanti akan ada yang membimbingmu dengan berjalannya waktu “
“ baiklah syech, akan saya dirikan perguruan itu “
“ dirikanlah dengan ketulusan hatimu, tapi jangan kaget bila suatu saat ada banyak kelompok yang ingin menjatuhkan dirimu dan organisasimu, dengan segala fitnah dan segala upayanya, mereka yang takut tersaingi, mereka yang iri, mereka yang dengki, semua akan bergejolak untuk menjatuhkan dirimu dan Macan Telaga Merah yang kau dirikan, tapi kamu tidak usah takut, Macan Telaga Merah sudah di kodratkan untuk berdiri, jadi hanya Allah lah yang bisa menghentikannya, saya pamit undur diri dulu wahai cucuku (gus imam) “
“ iya syech terima kasih banyak atas bimbingannya “
“ Assalaamualaikum “
“ waalaikum salaam syech “.
Setelah itu Gus imam mulai berjalan mengurus perijinan untuk berdirinya padepokan, setelah perijinan jadi, pada malam jum’at legi tgl 7 april 2011 padepokan pun di resmikan di rumah istri GUS IMAM, selang beberapa hari, fitnahpun datang dengan begitu banyaknya sampai melibatkan masyarakat sekitar, dan beritapun sampai ke kepolisian, suasana di lingkungan menjadi tegang dan memanas, tapi dengan segala keterbatasan gus imam waktu itu, gus imam hanya bisa pasrah dan berdo’a, gus imam tidak tegang karena ingat dari kata-kata syech yang menasehatinya waktu itu, masalah demi masalah bisa di lalui dengan baik, perguruan pun berkembang ke berbagai kabupaten di Indonesia, walau demikian, masalah tetap melanda MTM, tetapi MTM tetap tegar dan menganggap masalah adalah sumber belajar yang langsung spontan praktek, di tahun 2015 murid MTM sudah puluhan ribu di berbagai penjuru Indonesia, di bulan suro ini tepat tgl 7 november 2015 gus imam mau mengadakan rutinan anggota / murid senusantara, sebelum acara itu di laksanakan, Gus Imam mengadakan wirid bersama, yang sebagian di hadiri pengurus pusat, dalam wirid bersama itu, beliau di hadiri Eyang Aji Saka yang kala itu meminta Gus Imam ( Guru Besar Padepokan Macan Telaga Merah ) untuk menghidupkan sejarah Aji Saka, dan mengembalikan adat Jawa yang dulunya memang di bawa oleh aji saka.
“ wahai cucuku, sudah banyak orang jawa gak jowoni (orang jawa tidak mengerti adat jawa, orang jawa tidak mengerti tulisan jawa, orang jawa tidak mengerti rahasia yang ada di jawa ).
“ melihat ini semua, saya memutuskan menemuimu agar kamu bisa memunculkan makamku atau tempatku moksa “
“ tapi bagai mana caranya eyang ?? dan dimana makam eyang ?? dari kecil saya hanya mendengar kisah eyang, tapi tidak pernah tau makam eyang di mana ?? “
“ makam / tempat peristirahatanku ada di gunung moro topo, yang di selimuti kabut hitam para buto, agar tidak ada yang tau tentang keberadaanku, dengan begitu, akhirnya ajaranku banyak yang di lupakan oleh orang jawa, karena sebagian orang jawa menganggap bahwa diriku (aji saka) adalah tokoh fiktif. keraguan mereka tentang kebenaran adanya aji saka yang membuat mereka meninggalkan dan melupakan ajaran aji saka. Dengan di angkatnya makam saya yang benar, Saya punya harapan agar adat istiadat jawa ini kembali dan di gemari generasi penerus pulau jawa, adat jawa dan islam agar bisa menjadi satu kesatuan yang kokoh demi terwujudnya jawa islam yang bersatu “
“ cucuku apa kamu tidak ingat pada tahun 2004 ada 300 buto yang mau membunuhmu ?? “
“ iya eyang saya ingat sekali, memang ada apa eyang ?? “
“ buto itu ingin membunuhmu karena kamulah yang selama ini di cari oleh mereka “
“ Tapi kenapa eyang mereka mencari saya ?? “
“ dalam ramalan dan kutukan raja buto, yang manusia namanya dewata cengkar, disebutkan bahwa barang siapa yang bisa menemukan dan mengangkat makam dan nama aji saka kembali adalah dirimu. (gurune macan telaga merah), maka dari itu, mereka ingin membinasakan dirimu agar tempat peristirahatan terakhirku tetap tidak ada yang tau tentang keberadaannya “
“ iya eyang, besok saya akan berangkat ke gunung moro topo “.
Pagi harinya gus imam beserta beberapa pengurus pusat berangkat ke moro topo 6 orang, dan tempat moksa aji saka pun akhirnya bisa di temukan di gunung itu, setelah di temukan, gus imam bersama ke 5 pengikutnya berbincang-bincang di tempat itu sambil istirahat sejenak, gus imam sangat heran dan berkata, “ kenapa yang di bangun malah petilasan pangeran benowo, kenapa bukan aji saka yang memang ada dan bertempat di sini ?? “
Salah satu ke lima pengikutnya yang bernama Mas bidin pun menjawab “ karena mereka taunya hanya ada petilasan pangeran benowo di sini, tidak ada yang tau makam aji saka yang asli di sini “
“ iya ya, terkadang kamu cerdas juga“. Gus imam beserta pengikutnya pun yakin bahwa di situlah makam aji saka yang sebenarnya, walau yakin, gus imam menjalani ritual selama empat malam, untuk memastikan dengan pasti. Setelah itu gus imam beserta pengikutnya pun pulang ke padepokannya, Setelah sampai di padepokan tiap malam selama empat malam di adakan ritual bersama untuk mengetahui kepastian dari tempat moksa pangeran aji saka tersebut, di dalam ritual itu, di lakukan raga sukma bersama ke tiga ustadnya, Ustad Kharis, Ustad Abidin dan Ustad Rouf, yang hasilnya bisa mengetahui banyak hal tentang aji saka dan dewata cengkar, juga kerajaan medang kamolan, karena semua sudah positif, pada hari kamis pahing tgl 19 november 2015 gus imam akan memulai pembangunan makam aji saka. Semoga sedikit sejarah ini bisa membawa manfaat bagi pembacanya.
makam Aji Saka di resmikan dan mulai di bangun tepat hari kamis pahing tgl 19 november 2015 oleh Gus Imam (Guru Besar Padepokan Macan Telaga Merah) beserta anggotanya.
(rabi/copz/bledek Samber nyowo)
SELESAI……………………