Salam X-Kars
Riwayat Buyut Jirin – Sedekah Pancer di Puger
Radar Besuki
Segoro Kidul atau Samudera Indonesia menjadi ladang
penghidupan bagi masyarakat Puger yang sebagian besar sebagai nelayan. Puger
sendiri merupakan pelabuhan laut yang berfungsi sebagai pangkalan dari para
nelayan dan pelaut dengan bukti keberadaan Tempat Penampungan Ikan (TPI)
terbesar di Jawa Timur.
Puger saat ini sebagai Kecamatan di
Kabupaten Jember meliputi 13 (tiga belas) desa, yang di antaranya Desa Puger
Wetan dan Desa Puger Kulon. Dalam perjalanan sejarahnya, Kota Puger yang
sekarang sebagai kota kecamatan memiliki fakta-fakta dan nilai-nilai historis
yang mendorong perkembangan Kabupaten pada umumnya.
Tradisi dan budaya yang berkembang di Puger tidak dapat
dilepaskan dari kondisi alam yang didominasi lautan luas Samudera Indonesia.
Tradisi dan budaya nelayan menjadi dominan dalam masyarakat Puger. Masyarakat
yang tinggal di Puger merupakan masyarakat yang multikultura, diantara terdapat
suku Mandar, Jawa, Madura, China serta sebagian kecil keturunan Eropa / Belanda
campuran.
Petik Laut atau ada yang menyebut
dengan Larung Sesaji, salah satu tradisi tahunan yang ada di Puger, merupakan
bentuk pengaruh kondisi alam yang didominasi oleh Lautan. Petik Laut dapat
dilihat sebagai interaksi kehidupan manusia dengan alam semesta yang
menyediakan berbagai sumber kehidupan baik itu ikan-ikannya maupun sumber daya
alam lainnya.
Riwayat kegiatan Petik Laut tidak
dapat dilepaskan dari kisah tentang Buyut Jirin yang turun temurun sebagai
cerita rakyat yang berkembang dalam masyarakat Puger. Buyu Jirin, begitu
masyarakat Puger menyebutnya, secara turun temurun diakui sebagai sesepuh
Puger.
Buyut Jirin adalah seorang perempuan
yang berasal dari Mataram. Buyut Jirin, berdasarkan keterangan keturunan ketiga
Nuraman Jupri lahir 1946 (17/4/2012), pada masa hidup sebagai penasehat atau
dukun bagi para penjabat pemerintahan di Puger.
Asal usul Buyut Jirin sampai di Puger dengan melakukan
perjalanan kaki dari Mataram ke Puger. Kemudian di Puger Buyut Jirin menikah
dengan seorang laki-laki yang tinggal di Puger.
Buyut Jirin mempunyai kegemaran
tikarat. Tempat yang sering dikunjungi untuk melakukan tikarat adalah Pulau
Nusa Barong yang terdapat makam Mbah Sindu.
Ombak Segoro kidul / Samudera
Indonesia terkenal sangat besar-besar. Sehingga tak jarang perahu nelayan
terhempas ombak hingga karam. Plawangan / Pancer menjadi tempat yang berbahaya
dilewati perahu nelayan, karena di tempat sering terjadi perahu karam akibat
diterpa ombak besar.
Buyut Jirin dalam suatu waktu tatkala melakukan tirakan
mendapat wisik agar melakukan SEDEKAH PANCER. Tujuan diadakan sedekah pancer
ini memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk keselamatan warga
Puger, terutama bagi nelayan yang melaut untuk menangkap ikan di Segoro Kidul.
Ketokohan Buyut Jirin dan
kepercayaan masyarakat Puger bahwa Buyut Jirin merupakan orang linuwih (yang
mempunyai kemampuan supranatural lebih dibandingkan lainnya) maka sedekah
Pancer dilakukan dengan melarung sesaji ke laut, sebagai bentuk rasa syukur
masyarakat Puger karena karunia dari Sang Khalik telah diberi sumber daya alam
yang kaya.
Sedekah
Pancer menjadi acara tahunan setiap menjelan Bulan Suro atau Muharam. Sedekah
Pancer ini kemudian menjadi dasar acara petik laut yang dilakukan pemerintah
Desa Puger Wetan dan Puger Kulon yang difasilitasi Kecamatan Puger setiap
tahunan dan menjadi tradisi yang dilestarikan oleh masyarakat Puger. (rabi)