Salam X- Kars
Banyuwangi - Radar Besuki
Tak pekak ributpun terjadi ,Pengadilan Negeri Banyuwangi diserbu pendemo anarkis, Jumat (2/9)
pagi. Pengunjukrasa saling dorong dengan Pasukan Pengendali Massa
(Dalmas) Polres Banyuwangi yang melakukan pengamanan di pintu gerbang.
Para demonstran yang menggelar aksi ini berasal dari keluarga korban
pembunuhan yang menuntut majelis hakim memvonis terdakwa dengan hukuman
mati. Sambil membentangkan berbagai poster, para pengunjukrasa minta
Pasukan Dalmas memperbolehkan mereka masuk ke dalam gedung pengadilan.
Permintaan itu sempat ditolak petugas untuk menghindari keributan di
dalam ruang sidang. Massa yang kesal terus mendorong pintu gerbang yang
dibarikade aparat Dalmas. Adu kekuatan itu akhirnya berakhir, setelah
para pendemo berhasil membuka paksa pintu gerbang PN Banyuwangi.
Pasukan Dalmas yang terdesak mendur berupaya melakukan strategi bertahan
menggunakan tameng. Saat itu pengunjukrasa yang beringas melempari
petugas dengan air. Pasukan di bawah Satuan Sabhara Polres Banyuwangi
ini juga diserang keluarga korban pembunuhan secara fisik.
Tak
ingin kalah, Pasukan Dalmas akhirnya mengeluarkan jurus desak maju.
Demonstran yang semula anarkis kembali terdorong keluar menuju pintu
gerbang. Tak ingin aksi terus rusuh, aparat akhirnya menurunkan tim
negosiatornya untuk berunding dengan perwakilan pendemo.
Sempat
terjadi perdebatan alot antara negosiator polisi dengan pengunjukrasa.
Di tengah negosiasi itu sejumlah warga yang menggelar aksi merangsek
masuk menuju ruang sidang. Kembali Pasukan Dalmas menghadang mereka di
ruang tunggu PN Banyuwangi.
Setelah mereka melunak untuk tidak
bersikap onar di ruang sidang, aparat kemudian melepas warga untuk
melihat sidang pembacaan putusan. Namun janji warga hanya di bibir saja.
Begitu majelis hakim yang membacakan vonis 15 tahun penjara bagi pelaku
pembunuhan tuntas, keluarga korban histeris dan menyerang terdakwa.
Pasukan
Dalmas yang sigap di ruang sidang langsung mengamankan terdakwa plus
pimpinan sidang menuju tempat yang aman. Melihat itu keluarga korban
terus mengejar dan merusak beberapa sarana milik pengadilan.
Kericuhan
itupun berangsur mereda setelah Kasatsabhara Polres Banyuwangi AKP
Basori Alwi meminta massa pendemo berkumpul di ruang tunggu pengadilan.
Mantan Kasatpolair Polres Banyuwangi justru mengucapkan terima kasih
kepada para pendemo yang bersikap anarkis. Jika tidak begitu latihan
pengendalian massa kurang maksimal.
“Terima kasih kepada
rekan-rekan pendemo yang melakukan latihan dengan semangat. Memang tadi
ada anggota yang basah kuyup dan terjatuh saat diserang. Unjukrasa yang
nyata bisa jauh lebih dari itu. Umpama ada reward, maka koordiantor
pendemo bisa diberi,” pujinya disambut tawa.
Latihan Dalmas ini,
tambah AKP Basori Alwi, berdasarkan permintaan PN Banyuwangi yang
menghendaki simulasi pengamanan demo dan sidang. Tujuannya untuk melatih
Dalmas Polres plus pegawai pengadilan agar sigap dalam menangani
kerusuhan maupun demonstrasi.
“Beberapa adegan pengamanan sudah
kita lakukan. Termasuk pengamanan saat terjadi kericuhan sidang yang
belakangan marak terjadi di beberapa daerah. Semua telah sesuai
rencana,” ungkapnya kepada para wartawan.
Pasca latihan, Kepala PN
Banyuwangi Timoer Pradopo SH, meminta aparat kepolisian dibantu pegawai
pengadilan rutin melakukan penyisiran ruangan. Penyisiran itu mesti
dilakukan tiap pagi atau sebelum sidang dimulai.
Permintaan ini
berdasarkan pengalaman sejarah yang dia alami saat bertugas di Nusa
Tenggara Barat dan Kepulauan Riau. “Pernah usai memimpin sidang putusan
dilempar botol teh. Sasaran utamanya kala itu terdakwa. Berhubung pas
dilempar terdakwa merunduk jadinya hampir mengenai kami para majelis,”
ungkap pejabat asal Purwoharjo.
“Saya juga meminta agar keluarga
korban tidak bersikap anarkis di pengadilan. Apabila hanya berteriak,
maka majelis hakim masih mentolelir. Tapi jika melakukan pengerusakan
maupun penganiayaan bisa diproses hukum,” ancam Timoer Pradopo
memungkasi. (Rabi)