Sabtu, 24 September 2016

Radar Besuki : Kuningan Potensi ekonomi kreatif di Kabupaten Bondowoso

Salam X-Kars

Bondowoso - Radar Besuki
Potensi ekonomi kreatif di Kabupaten Bondowoso sebenarnya cukup banyak. Salah satu potensi ekonomi yang berkembang dan eksisistensinya masih bertahan hingga saat ini adalah, kerajinan kuningan yang ada di Desa Cindogo Kecamatan Tapen. Bahkan, di sepanjang Jalan raya Cindogo terdapat showroom kerajinan kuningan.

Tak sedikit, para turis yang mampir di showroom itu untuk membeli barang kerajinan yang terbuat dari kuningan. Tak terhitung jumlah konsumen yang berasal dari Bondowoso dan luar Bondowoso yang membeli peralatan dari logam kuningan, seperti vas bunga, hiasan patung kuda, macan, bebek, tempat permen, tempat bunga sedap malam, serta berbagai bentuk kerajinan dari kuningan. 



Menurut Amir, 40, seorang perajin kuningan sekaligus sebagai pemilik show roomkuningan, mengatakan pangsa pasar yang digarapnya saat ini berada di luar Bondowoso.”Kami menjual barang kerajinan kuningan berdasarkan pesanan dari warga Solo, Jogjakarta, bahkan Jakarta,” katanya.

Berbagai jenis dan bentuk barang dari kuningan itu, dijual dengan harga bervariasi. Sebuah tempat permen, berbentuk bulatan da nada tutupnya dijual seharga Rp 150 ribu per biji. Sedangkan, patung seekor ayam jantan yang terbuat dari kuningan dijual dengan harga Rp 500 ribu per biji. Selain itu, berbagai bentuk vas bunga dari yang terkecil hingga bentunya besar dijual dengan harga bervariasi dari Rp 350 ribu hingga jutaan rupiah.”Harganya ini tergantung dari berat logam kuningan dan bentuk barang yang dijual. Sebab, untuk membuat berbagai bentuk barang itu, membutuhkan skill khusus,” katanya.


Namun begitu, dia sempat menceritakan kembang kempisnya bisnis logam kuningan. Saat ini, jumlah perajin kuningan sekitar 20-an orang.”Sebelumnya, tenaga ahli atau perajin kuningan mencapai 90 orang,” katanya. Menurunnya, jumlah tenaga ahli atau perajin kuningan ini karena banyak pekerja yang mencari usaha lain.”Seperti bertani bahkan bekerja ke Malaysia,” katanya.

Oleh sebab itu, Amir berharap ada pembinaan khusus dari pemerintah kabupaten untuk mendidik anak-anak muda menjadi perajin kuningan.”Kalau jumlah pekerja ahli ini ada regenarasi maka akan ada penerus perajin kuningan,” katanya. Untuk itulah, Amir tidak ingin industri rumahan kuningan tamat riwayatnya. ”Saya sendiri adalah generasi ke tiga yang meneruskan usaha kerajinan kuningan dari bapak saya. Dan, bapak saya ini meneruskan dari kakek saya,” katanya.

Selain itu, Amir berharap ada campur tangan dari pemerintah untuk menurunkan harga bahan baku logam kuningan. Sebab, harga kuningan saat ini mencapai Rp 45 ribu per kilogramnya sehingga dengan harga sebesar itu banyak perajin kuningan yang enggan untuk membuat barang kerajinan kuningan.”Sebab, harga jual nya pasti mahal saat menjadi barang. Sehingga, akan memberatkan konsumen untuk membeli barang kerajinan kuningan,” katanya.