Salam X-Kars
Indonesia, Rabi
Dikenal sebagai salah satu tokoh kontroversial ketika masa
era reformasi, banyak yang menduga ia merupakan dalang dari penculikan sejumlah
aktivis mahasiswa pada masa Reformsi tahun 1998. Di tahun 2014 ia maju sebagai
kandidat calon Presiden Indonesia bersama Hatta Rajasa sebagai Calon Wakil
Presiden Republik Indonesia namun kalah dari lawannya Jokowi serta Jusuf Kalla
pada Pilpres 2014. Artikel kali ini akan membahas mengenai profil dan biografi
Prabowo Subianto.
Ketua Partai Gerindra ini dilahirkan dengan nama
lengkap Prabowo Subianto Djojohadikusumo, Ia sudah banyak pengalaman di
berbagai bidang seperti Militer, Pengusaha serta Dunia Politik yang ia geluti
akhir-akhir ini. Di Pemilu 2014 yang akan datang Ia diusung oleh Partai
Gerindra (Gerakan Indonesia Raya) untuk maju menjadi Calon Presiden
Republik Indonesia tahun 2014 setelah gagal dalam pemilu 2009 serta 2004 yang
lalu. banyak Kontroversi yang di alamatkan kepada Prabowo Subianto semasa ia
berkarier Militer. Prabowo Subianto dilahirkan pada tanggal 17 Oktober 1951,
Prabowo Subianto merupakan anak dari pakar Ekonomi Indonesia pada zaman Soekarno dan Soeharto yaitu Prof Soemitro Djojohadikusumo, Prabowo
Subianto juga merupakan cucu dari Pendiri Bank Indonesia dan juga anggota
BPUPKI untuk kemerdekaan Indonesia yaitu Raden Mas Margono Djojohadikusumo.
Dilihat dari Keluarganya Prabowo
Subianto memiliki dua orang kakak perempuan yang bernama Bintianingsih dan
Mayrani Ekowati, serta satu orang adik laki-laki yang kini menjadi seorang
pengusaha handal yang bernama Hashim Djojohadikusumo. Pada tahun 1970, Prabowo
Subianto memulai kariernya saat ia mendaftarkan diri di Akademi Militer
Magelang, Ia kemudian Lulus pada tahun 1974 dari Akademi Militer, kemudian pada
tahun 1976 Prabowo ditugaskan sebagai Komandan Pleton Para Komando Grup I
Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha) dan ditugaskan sebagai bagian dari
operasi Tim Nanggala di Timor Timur.
Prabowo Subianto kemudian menikah dengan Titiek yang merupakan anak Presiden Soeharto. Pernikahan Prabowo dengan titiek berakhir tidak
lama setelah Soeharto mundur dari jabatan Presiden Republik Indonesia. Dari
pernikahannya dengan Titiek, Prabowo dikaruniai seorang anak, Didiet Prabowo.
Didiet tumbuh besar di Boston, AS dan sekarang tinggal di Paris, Perancis
sebagai seorang desainer. Setelah kembali dari Timor Timur, karir militernya
Prabowo terus melejit. Pada tahun 1983, Prabowo dipercaya sebagai Wakil
Komandan Detasemen 81 Penanggulangan Teroris (Gultor) Komando Pasukan Khusus
TNI AD (Kopassus). Setelah menyelesaikan pelatihan "Special Forces Officer
Course" di Fort Benning, Amerika Serikat, Prabowo diberi tanggungjawab
sebagai Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara.
Pada tahun 1997, Prabowo Subianto diduga mendalangi penculikan dan penghilangan paksa terhadap sejumlah aktivis pro-Reformasi. Setidaknya 13 orang, termasuk seniman 'Teater Rakyat' Widji Thukul, aktivis Herman Hendrawan, dan Petrus Bima hilang dan belum ditemukan hingga sekarang. Mereka diyakini sudah meninggal. Prabowo sendiri mengakui memerintahkan Tim Mawar untuk melakukan penculikan kepada sembilan orang aktivis, diantaranya Haryanto Taslam, Desmond J Mahesa dan Pius Lustrilanang.
Namun demikian, Prabowo Subianto belum diadili atas kasus tersebut walau
sebagian anggota Tim Mawar sudah dijebloskan ke penjara. Sebagian korban dan
keluarga korban penculikan 1998 juga belum memaafkan Prabowo dan masih terus
melanjutkan upaya hukum. Sebagian berupaya menuntut keadilan dengan mengadakan
aksi 'diam hitam kamisan', aksi demonstrasi diam di depan Istana Negara setiap
hari Kamis. Sebagian lagi telah bergabung denga kepengurusan Partai Gerakan
Indonesia Raya, bahkan duduk di DPR RI. Haryanto Taslam yang telah menjadi
anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, mengatakan Prabowo sudah minta maaf pada
saya. Dia juga mengajak saya bergabung untuk membangun negara ini. Saya adalah
korban Prabowo dan Prabowo adalah korban politik saat itu. Dia juga korban.
Prabowo hanya merupakan tentara yang mematuhi perintah atasannya. Ide
penculikan bukan dari Prabowo. Rezim Orde Baru saat itu pun represif. Jika
bukan Prabowo pasti orang lain yang akan diperintah untuk menculik.
Prabowo Subianto juga diduga mendalangi Kerusuhan Mei 1998 berdasar temuan Tim Gabungan Pencari Fakta. Dugaan motifnya adalah untuk mendiskreditkan rivalnya Pangab Wiranto, untuk menyerang etnis minoritas, dan untuk mendapat simpati dan wewenang lebih dari Soeharto bila kelak ia mampu memadamkan kerusuhan. Juga pada Mei 1998, menurut kesaksian Presiden Habibie dan purnawirawan Sintong Panjaitan, Prabowo melakukan insubordinasi dan berupaya menggerakkan tentara ke Jakarta dan sekitar kediaman Habibie untuk kudeta. Karena insubordinasi tersebut ia diberhentikan dari posisinya sebagai Panglima Kostrad oleh Wiranto atas instruksi Habibie. Masalah utama dari kesaksian Habibie ialah bahwa sebenarnya, pasukan-pasukan yang mengawal rumahnya adalah atas perintah Wiranto, bukan Prabowo. Pada briefing komando tanggal 14 Mei 1998, panglima ABRI mengarahkan Kopassus mengawal rumah-rumah presiden dan wakil presiden. Perintah-perintah ini diperkuat secara tertulis pada tanggal 17 Mei 1998 kepada komandan-komandan senior, termasuk Sjafrie Sjamsoeddin, Pangdam Jaya pada waktu itu.
Dalam buku biografinya, Prabowo
yakin ia bisa saja melancarkan kudeta pada hari-hari kerusuhan di bulan Mei
itu. Tetapi yang penting baginya ia tidak melakukannya.
“Keputusan memecat saya adalah sah,”
katanya. “Saya tahu, banyak di antara prajurit saya akan melakukan apa yang
saya perintahkan. Tetapi saya tidak mau mereka mati berjuang demi jabatan saya.
Saya ingin menunjukkan bahwa saya menempatkan kebaikan bagi negeri saya dan
rakyat di atas posisi saya sendiri. Saya adalah seorang prajurit yang setia.
Setia kepada negara, setia kepada republik”
Setelah
berhenti berkarier dari Dunia Militer, Prabowo Subianto kemudian memulai
peruntungannya menjadi seorang Pengusaha mengikuti jejak adiknya yaitu Hashim
Djojohadikusumo. Karir Prabowo sebagai pengusaha dimulai dengan membeli
Perusahaan Kertas yaitu Kiani Kertas, perusahaan pengelola pabrik kertas yang
berlokasi di Mangkajang, Kalimantan Timur, yang sebelumnya Kiani Kertas
dimiliki oleh Bob Hasan, pengusaha yang dekat dengan Presiden Suharto. Prabowo
Subianto membeli Kiani Kertas menggunakan pinjaman senilai Rp. 1,8 triliun dari
Bank Mandiri. Selain mengelola Kiani Kertas, yang namanya diganti oleh Prabowo
menjadi Kertas Nusantara, kelompok perusahaan Nusantara Group yang dimiliki
oleh Prabowo juga menguasai 27 perusahaan di dalam dan luar negeri. Usaha-usaha
yang dimiliki oleh Prabowo bergerak di bidang perkebunan, tambang, kelapa
sawit, dan batu bara.
Banyak kalangan menilai, Prabowo cukup sukses dalam berusaha. Pada Pilpres
2009, Prabowo ialah cawapres terkaya, dengan total asset sebesar Rp 1,579
Triliun dan US$ 7,57 juta, termasuk 84 ekor kuda istimewa yang sebagian harganya
mencapai 3 Milyar per ekor serta sejumlah mobil mewah seperti BMW 750Li dan
Mercedes Benz E300. Kekayaannya ini besarnya berlipat 160 kali dari kekayaan
yang dia laporkan pada tahun 2003. Kala itu ia hanya melaporkan kekayaan
sebesar 10,153 Milyar.
Setelah sukses menjadi seorang pengusaha, Prabowo
Subianto kemudian memulai peruntungan kariernya di bidang politik, Prabowo
Subianto mencalonkan diri sebagai calon presiden dari Partai Golkar pada
Konvesi Capres Golkar 2004. Meski lolos sampai putaran akhir, akhirnya Prabowo
kandas di tengah jalan. Ia kalah suara oleh Wiranto. Kemudian pada tahun 2009,
Prabowo Subianto memulai peruntungannya kembali menjadi Calon Presiden pada
pemilu 2009 namun, ia akhirnya menjadi Calon wakil Presiden mendampingi Megawati yang maju menjadi Calon Presiden Republik
Indonesia namun hasil pemilihan umum berkata lain, Megawati yang berpasangan
dengan Prabowo Subianto kalah dengan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono yang menajdi Presiden
dan Wakil Presiden Republik Indonesia.
Di pemilu 2014 Partai Gerakan Indonesia Raya atau Gerindra mengusung Prabowo sebagai calon presiden pada pemilihan presiden 2014 dan memilih Hatta Rajasa yang berasal dari Partai Amanat Nasional sebagai calon Wakil Presiden mendampingi Prabowo Subianto dengan dukungan dari beberapa partai yang menjadi koalisi yang disebut sebagai Koalisi Merah Putih. Namun, pada pilpres 2014 kali ini, Prabowo Subianto kalah suara dari lawannya yaitu Jokowi dan Jusuf Kalla.
Itulah
sedikit artikel ringkas mengenai profil dan biografi Prabowo Subianto, semoga
dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.
(cov; Rabi)