Sabtu, 30 Juli 2016

Salam X-Kars TRANSISI BUDAYA-BUDAYA LOKAL NEGARA NON-KAPITALISME DALAM DOMINASI BUDAYA KAPITALISME GLOBAL

Budaya-budaya lokal Negara-negara non-kapitalisme sekarang ini sebagai budaya yang sedang berada dalam keadaan transisional. Mereka sekarang sedang bergerak dari budaya lokal dan tradisional yang penuh dengan nuansa spiritualistik menuju suatu persaingan dalam dominasi budaya kapitalisme global industri moderen yang materialistik. Ditengah budaya-budaya lokal , warna kehidupan budaya tradisionalnya sudah terasa dalam denyut jantung kehidupan budaya kapitalisme global, walaupun corak kehidupan budaya lokal Negara-negara non-kapitalis tidak lenyap sama sekali. Dalam terminologi keadaan budaya lokal Negara non-kapitalis ini, dikategorikan sebagai budaya yang sedang bergerak dari bentuk kebudayaan yang penuh solidaritas lokal dan rasa memiliki yang hakiki akan terpaksa dileburkan kedalam budaya global. Dalam kondisi seperti ini, kemungkinan akan muncul fenomena kegalauan budaya pada tingkat sosial lokal dan tingkat sosial global. *radar besuki*
Fenomena kegalauan seperti ini akan tidak berada disini dan tidak pula berada disana, tidak dalam budaya tradisional yang sudah mulai ditinggalkannya dan tidak pula dalam budaya global yang sedang merasukinya. Ada beberapa hal yang akan mempengaruhi ketidak eksistensian budaya lokal Negara-negara non-kapitalisme yaitu:
1. Penduduk Lokal cepat terpengaruh dan berkecenderungan untuk menkonsumsi budaya Global sebagai sebuah style yang baru.
2. Ketidak mampuan budaya-budaya lokal non-kapitalis untuk bersaing dalam budaya global kapitalisme.
3. Adanya penekanan budaya global kapitalisme yang cenderung mendominasi budaya non-kapitalisme sehingga dengan terpaksa budaya non-kapitalisme dihilangkan.
4. Penerapan aturan-aturan global yang tidak seimbang.
Budaya local yang terlihat paling cepat dalam perubahan dan ketidak eksistensinya adalah Negara-negara yang suka menkonsumtif. Oleh karena budaya lokal yang sudah banyak mengadopsi budaya konsumtif sehingga untuk tetap bertahan dan berpegang teguh pada budaya lokal tidak mungkin lagi, karena dianggap tidak cocok dan ketinggalan zaman, tetapi untuk menginggalkannya secara keseluruhan juga tidak mungkin, karena model kebudayaan global pun belum begitu jelas dalam sistem gagasan budaya lokal secara jelas. X-Kars
Dalam keadaan seperti itu, membuat budaya-budaya Negara non-kapitalis cenderung untuk menmungut simbol-simbol global budaya kapitalisme baru yang diambil secara sepotong-sepotong dan sementara itu juga dipilihnya sebagai simbol style baru yang ada untuk tetap dipertahankan, walaupun tidak sadar bahwa budaya lokalnya telah terintegrasi. Kelihatannya bahwa Negara non-kapitalis yang kurang berkonsentrasi dan kurang percaya diri dalam mempertahankan keeksistensian budaya local mereka akan tersedot kedalam budaya kapitalis secara gampang, karena kecenderungan dalam mengadopsi sesuatu yang asing sudah membudaya. Mereka akan mengadopsi kedua sistem budaya itu secara bersama, walaupun yang diambil umumnya hanya unsur-unsur budaya yang dipandang hanya bermanfaat guna kepentingan tertentu saja. Unsur-unsur budaya yang diambil dan dipertahankan itu cenderung lebih banyak memuat nuansa kebendaan (materi) dibandingkan dengan makna yang tersembunyi dibalik unsur-unsur budaya itu, akibatnya, beberapa unsur budaya asing yang oleh negara kapitalis sudah dipandang sebagai sesuatu yang sudah harus ditinggalkan, ternyata di Negara non-kapitalis kemungkinan malahan menjadi bagian dari kehidupan baru yang dijalani masyarakat. *radar besuki*
Salah satu ciri dari perilaku konsumtif adalah kecenderungan untuk meninggalkan sesuatu yang menjadi miliknya dan tergiur dengan hal-hal global yang asing. Budaya mengkonsumsi sesuatu ini bukan karena mereka memang betul-betul membutuhkannya, tetapi lebih banyak karena mereka merasa membutuhkannya. Barang yang dikonsumsi itu bukan lagi dimiliki dari fungsi substansialnya, tetapi lebih ditekankan hanya pada makna simbolis yang melekat pada benda itu. Disini fungsi benda itu telah berubah menjadi sesuatu yang mempunyai makna simbolis yang mungkin berkaitan dengan status sosial, perasaan lebih berharga, atau sekedar terperangkap pada budaya primer . karena itu, sering terlihat dalam budaya local non-kapitalis yang mana menganggap bahwa semakin langka dan terbatas produksi suatu benda, semakin tinggi pula makna simbolis yang melekat padanya. Jadi budaya local Negara non-kapitalis akan terlihat kian berpindah dari memberi barang untuk menjadikan simbol. Diluar sadar, budaya local Negara-negara non-kapitalis akan menjadi semakin terjajah oleh produk budaya global dan Negara-negara kapitalisme sebagai Negara dunia ketiga yang bermodal dan maju itu, dan semakin teriring pada perilaku konsumtif dan tampaknya perubahan sosial budaya local Negara-negara non-kapitalis cenderung kearah global. Nilai-nilai ini akan tetapi eksis dan mampu bersaing dikancah globalisasi bilamana masyarakatnya tidak cenderung terpengaruhi, tidak mengadopsi sifat-sifat konsumtif, mampu melakukan persaingan pada globalisasi pasar bebas dengan berdiri pada budaya local, tidak tergiur oleh produk-produk global sebagai pengaruh moderen Negara kapitalisme dalam mendominasi dunia pasar bebas. X-Kars
Eksitensi cultural inilah yang diperlukan bahwa budaya adalah segalanya. Budaya adalah titik temu timur dan barat, titik singgung Budaya dan Agama. Jati diri yang haqiqi akan mampu menafsirkan kata Siapa....dan Apa.....Kita ini ( Gus A'ang )