Jumat, 11 November 2016

Napak Tilas Dengan Sepeda Tua

Berbagai cara dilakukan masyarakat Indonesia untuk mengenang jasa pahlawannya. Memperingati hari pahlawan nasional kemarin(10/11), puluhan Komunitas Sepeda Tua Indonesia ,Kosti, menggelar napak tilas Anyer-Panarukan.

Mereka naik sepeda ontel menempuh jarak 1000 kilo meter selama 12 hari, dari Anyer di Banten hingga Panarukan di Kabupaten Situbondo.

Puluhan Komunitas Sepeda Tua tiba di monomen 1000 Kilo Meter Anyer- Panarukan, sekitar pukul 4 sore kemarin. Kedatangan peserta napak tilas ini disambut langsung Bupati H.Dadang Wigiarto SH , dan Wakil Bupati Ir Yoyok Mulyadi.

Yoyok menyambut peserta napak tilas dari simpang tiga Desa Klatakan. Wabup juga berbaur bersama peserta napak tilas naik sepeda tua.

Napak tilas Anyer-Panarukan ini dilakukan Komunitas Sepeda Tua Indonesia asal Sidoarjo. Mereka mengaku perlu mengenang Anyer-Panarukan, karena memiliki sejarah kelam di era penjajahan Belanda.

Pembangunan jalan 1000 Kilo Meter Anyer-Panarukan, dilakukan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels. Dengan tangan besinya Daendels menyelesaikan jalan 1000 Kilo Meter di sepanjang jalan pantura selama setahun.

Banyak warga pribumi ikut kerja paksa. Selama kerja paksa itu berlangsung sekitar 15 ribuan warga pribumi meninggal dunia. Ironisnya, sejauh ini Pemerintah kurang memberi perhatian terhadap sejarah pembangunan jalan Daendels. Padahal jalan pantura yang menewaskan 15 ribuan anak bangsa tersebut, kini menjadi akses vital denyut perekonomian masyarakat pulau jawa,

Menurut Ari Bayasi, Ketua Kosti asal Sidoarjo, dirinya dan teman-temannya berinisiatif melakukan napak tilas Anyer-Panarukan, karena ingin mengenang jasa-jasa pekerja yang tewas di bawah rezim kolonialisme Belanda.

Ari mengaku berangkat dari Anyer di Banteng tanggal 28 Oktober lalu. Ari bersyukur karena semua peserta napak tilas tiba di monomen Anyer-Panarukan tepat waktu (Rabi)