Kisah Di Balik Titik Nol Kilometer
Anyer Panarukan
Radar Besuki
ANYER memiliki banyak daya tarik, salah satunya Mercusuar Cikoneng. Ternyata, Mercusuar Cikoneng ini menyimpan banyak kisah sejarah yang terlupakan. Seperti apa kisahnya?
Sumanta dari Himpun Pramuwisata Indonesia (HPI) Provinsi Banten, menceritakan, Herman Willem Daendels dari Belanda menginjakkan kakinya pertama kali di Indonesia pada tahun 1808 di Banten. Daendels merupakan Gubernur Jendela Hindia Belanda ke-36 yang memerintah dari tahun 1808 sampai 1811.
Selama kepemimpinannya, Daendels melakukan berbagai pembangunan. Dimulai pembuatan jalan rute Batavia sampai Banten pada tahun 1808 sampai 1809. Selanjutnya, Sumanta mengatakan, Daendels memerintahkan pembangunan jalan dari Anyer sampai Panarukan sejauh 1.000 kilometer pada tahun 1809 hingga 1810.
"Untuk mengenang peristiwa tersebut, dibangun sebuah tugu sebagai penanda titik nol kilometer pembangunan jalan Anyer Panarukan di bekas pondasi Mercusuar Cikoneng lama yang hancur akibat letusan Gunung Krakatau tahun 1883," ujarnya di Mercusuar Cikoneng, Banten.
Menurut Sumanta, mercusuar yang pertama kali dibangun pada tahun 1806 ini hancur tanpa sisa ketika Gunung Krakatau meletus pada 1883. Namun, setelah itu dibangun kembali Mercusuar Cikoneng baru yang berdiri sampai sekarang.
"Jadi, selang dua tahun dari letusan Gunung Krakatau, Z.M Williem III sebagai Raja Belanda saat itu membangun kembali Mercusuar Cikoneng yang berdiri sampai sekarang," tuturnya. (rabi)
Gembok cinta atau Digital heart merupakan seni instalasi karya seniman I Made Arya Palguna yang baru-baru ini dipasang di Titik 0 kilometer Jogja. Dibalik karya seni yang sudah terlebih dahulu terkenal di kota Paris ini ternyata mempunyai sejarah tersendiri yang cukup unik dari pembuatnya. Seperti apa kisahnya? berikut Cerita unik dibalik pembuatan Gembok Cinta di Titik nol KiloMeter Jogja.
Gembok Cinta Romantisme Dari Titik Nol Kilometer Jogja
Seni instalasi Digital Heart di Titik nol Kilometer Jogja
kini menjadi salah satu yang sedang menjadi tren dari berbagai karya seni
instalasi yang terpasang di kawasan ini. Digital Heart adalah media seni pemasangan gembok bertuliskan
sepasang nama dan di kunci di salah satu bagian seni instalasi. Gembok Cinta begitu sebutan wisatawan
sekarang untuk menyebutkan seni instalasi tersebut karena berbagai jenis gembok
dengan berbagai ukuran telah terpasang dan terkunci di seni instalasi tersebut.
Entah siapa yang memulai terlebih dahulu tidak ada seorang pun yang tahu, namun keberadaanya kini telah menjadi ikon baru di tengah kawasan ikonik titik nol kilometer Jogja, atau tepatnya di sebelah selatan Gedung Agung (Istana Presiden) atau di ujung selatan jalan Malioboro. Gembok cinta yang telah dikenal diberbagai negara seperti di Paris, Prancis dan Taiwan, kini hadir di tengah kehangatan serta romantisme kota Jogja.
Di Paris, ada satu obyek wisata romantis yang sangat tersohor yaitu gembok cinta di jembatan Ponts des Arts. Pasangan yang menyematkan gembok cinta di sana dan membuang kuncinya ke Sungai Seine dipercaya akan menjadi pasangan yang langgeng. Kalau di Gembok cinta atau Digital Heart Jogja ini selain juga dipercaya akan menjadi pasangan yang langgeng bagi setiap gembok yang dipasangkan, ternyata juga mengandung pesan khusus dari sang kreator, yaitu agar tidak ada lagi kekerasan yang terjadi di Jogja.
Entah siapa yang memulai terlebih dahulu tidak ada seorang pun yang tahu, namun keberadaanya kini telah menjadi ikon baru di tengah kawasan ikonik titik nol kilometer Jogja, atau tepatnya di sebelah selatan Gedung Agung (Istana Presiden) atau di ujung selatan jalan Malioboro. Gembok cinta yang telah dikenal diberbagai negara seperti di Paris, Prancis dan Taiwan, kini hadir di tengah kehangatan serta romantisme kota Jogja.
Di Paris, ada satu obyek wisata romantis yang sangat tersohor yaitu gembok cinta di jembatan Ponts des Arts. Pasangan yang menyematkan gembok cinta di sana dan membuang kuncinya ke Sungai Seine dipercaya akan menjadi pasangan yang langgeng. Kalau di Gembok cinta atau Digital Heart Jogja ini selain juga dipercaya akan menjadi pasangan yang langgeng bagi setiap gembok yang dipasangkan, ternyata juga mengandung pesan khusus dari sang kreator, yaitu agar tidak ada lagi kekerasan yang terjadi di Jogja.
Gembok cinta di Titik nol Kilometer Jogja bermula dari kenangan sang kreator
I Made Arya Palguna saat bertemu pendamping hidupnya sekitar tahun 1996. Seni
instalasi yang terbuat dari plat baja ini memiliki dimensi tinggi sekitar 3
meter dan lebar 4 meter. Dengan dibuatnya gembok cinta ini dia ingin
mengingatkan kembali kejadian ketika pertama kali bertemu dengan istrinya yang
juga ternyata mempunyai tanggal kelahiran yang sama dengan dirinya.
Kemudian karya I Made Arya Palguna ini di beri nama "Digital Heart" dan mendapat kesempatan dipasang di Titik Nol Kilometer Jogja, Saat ini mulai ada beberapa pasangan yang melakukan pemasangan gembok bertuliskan sepasangan nama dan di kunci di gembok Cinta 0 kilometer Jogja agar cinta mereka akan abadi selamanya.
Gembok Cinta di Titik 0 KM Jogja tercipta berawal dari pengalaman I Made ketika bertemu cintanya di Jogja, Dulu I Made pernah dipalak preman saat melintas di titik nol km. Karena kebetulan waktu itu tidak membawa uang, dia pun memberanikan diri untuk meminjam uang kepada seorang gadis yang ada di belakang pengamen, gadis tersebut akhirnya memberinya uang Rp. 2000, namun sebelum berpisah I Made mencatat alamat gadis tersebut agar kelak dapat mengembalikan uang yang dipinjam.
Padahal dia tidak kenal sama sekali dengan gadis itu. Setelah dari kejadian itu I Made sering bertemu dengan gadis itu dan seiring berjalannya waktu akhirnya dia memutuskan untuk menjadikannya istri dan partner berkarya sampai sekarang. Untuk mengenang peristwa cintanya itu dibuatlah instalasi berjudul Digital Heart. Pesan dari seniman pencipta Gembok Cinta di Titik 0 KM Jogja agar jangan lagi ada kekerasan terjadi di Jogja, seperti yang pernah ia alami dulu.
Kemudian karya I Made Arya Palguna ini di beri nama "Digital Heart" dan mendapat kesempatan dipasang di Titik Nol Kilometer Jogja, Saat ini mulai ada beberapa pasangan yang melakukan pemasangan gembok bertuliskan sepasangan nama dan di kunci di gembok Cinta 0 kilometer Jogja agar cinta mereka akan abadi selamanya.
Gembok Cinta di Titik 0 KM Jogja tercipta berawal dari pengalaman I Made ketika bertemu cintanya di Jogja, Dulu I Made pernah dipalak preman saat melintas di titik nol km. Karena kebetulan waktu itu tidak membawa uang, dia pun memberanikan diri untuk meminjam uang kepada seorang gadis yang ada di belakang pengamen, gadis tersebut akhirnya memberinya uang Rp. 2000, namun sebelum berpisah I Made mencatat alamat gadis tersebut agar kelak dapat mengembalikan uang yang dipinjam.
Padahal dia tidak kenal sama sekali dengan gadis itu. Setelah dari kejadian itu I Made sering bertemu dengan gadis itu dan seiring berjalannya waktu akhirnya dia memutuskan untuk menjadikannya istri dan partner berkarya sampai sekarang. Untuk mengenang peristwa cintanya itu dibuatlah instalasi berjudul Digital Heart. Pesan dari seniman pencipta Gembok Cinta di Titik 0 KM Jogja agar jangan lagi ada kekerasan terjadi di Jogja, seperti yang pernah ia alami dulu.
Cerita Dibalik Titik 0 Jogjakarta (Km 0)
Kawasan Titik Nol Kilometer ini berdiri sejumlah
bangunan tua bersejarah yang bukan hanya menjadi saksi perjalanan sejarah kota
Jogja, namun juga menjadi bagian penting dari sejarah Republik Indonesia.
Sehingga banyak tersebar bangunan kolonial di sekitarnya.Di mana lokasi titik nol kilometer Kota Jogja ? Sebagian orang akan langsung menjawab Tugu Pal Putih, yang menjadi simbol Kota Yogyakarta. Sebagian yang lain akan menjawab Keraton, karena inilah cikal bakal keberadaan Kota Jogja. Ada pula yang menyebut Alun-alun Utara, di antara 2 Pohon Beringin di tengahnya. Ada banyak kemungkinan jawaban. Lalu, di mana kira-kira tepatnya ? Secara keseluruhan, bisa dianggap posisi titik ini berada di lintasan dari Alun-alun Utara hingga Ngejaman di ujung selatan Malioboro. Tapi se-buah titik nol kilometer tidak mungkin berada pada kemungkinan yang terlalu lebar.
Sebuah papan peringatan resmi yang terpampang di depan bekas bangunan Senisono, ternyata bisa menjadi petunjuk dimana tepatnya titik nol kilometer itu berada. Titik paling sentral itu tentu berada di sekitar perempatan jalan di depannya, bukan pada tempat dimana papan peringatan itu berdiri. Sekitar tahun 70 hingga awal 80-an, di tengah perempatan ini masih terdapat sebuah air mancur kota. Dari sinilah kemungkinan nol kilometer berada dan menjadi titik pangkal yang dipakai untuk menarik garis jarak antara Kota Yogyakarta dengan kota atau wilayah lain.
Terlepas dari dimana tepatnya titik nol berada, kawasan antara Alun-alun Utara hingga Ngejaman yang berada di ujung selatan Malioboro merupakan kawasan khas yang menjadi pusaka budaya utama Kota Jogja. Meski keramaian kota telah melebar ke segala arah, kawasan ini tetap eksis dengan romantisme kultural-historis yang begitu khas. Struktur tata bangunan utama serta suasana keramaiannya tidak banyak berubah, setidaknya sejak jaman kolonial satu hingga dua abad yang lampau.
Di Kawasan Titik Nol Kilometer ini berdiri sejumlah bangunan tua bersejarah yang bukan hanya menjadi saksi perjalanan sejarah kota Jogja, namun juga menjadi bagian penting dari sejarah Republik Indonesia.
Kita mulai penjelajahan dari sisi paling utara. Di depan Gereja Protestan di sebelah utara Gedung Agung, berdiri sebuah jam kota atau stadsklok. Area di seputarnya yang dahulu bernama Jalan Margomulyo ini lazim disebut Nge-jaman. Jam ini didirikan tahun 1916, sebagai persembahan masyarakat Belan-da kepada pemerintahnya untuk memperingati satu abad kembalinya Peme-rintahan Kolonial Belanda dari Pemerintahan Inggris yang sempat berkuasa di Jawa pada awal abad ke-19. Namun prasasti kecil yang menunjukkan tulisan itu kini telah dihilangkan.
Bangunan yang mempunyai halaman paling luas di sepanjang ruas dari Kera-ton hingga Tugu kota Jogja adalah Istana Kepresidenan Gedung Agung. Ge-dung yang selesai dibangun pada tahun 1832 ini, dipakai sebagai tempat ting-gal para Residen dan Gubernur Belanda di Yogyakarta. Bangunan ini sempat rusak berat pada saat terjadinya gempa bumi besar pada tahun 1867. Pada jaman penjajahan Jepang menjadi kediaman resmi Koochi Zimmukyoku Tyookan, penguasa Jepang di Kota Jogja. Dari tahun 1946 hingga 1949, gedung ini menjadi tempat kediaman resmi Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama, pada saat Kota Jogja menjadi ibukota Republik Indonesia. Kini, Gedung Agung adalah salah satu Istana Presiden Republik Indonesia yang berada di luar kota Jakarta. Gedung Agung adalah bangunan yang sarat nilai sejarah, karena menjadi saksi berbagai peristiwa penting di Kota Jogja.
Benteng Vredeburg berada tepat di depan Gedung Agung. Bangunan yang menjadi markas tentara pada jaman kolonial Belanda ini, sekarang berfungsi sebagai museum dengan nama Museum Benteng Vredeburg. Benteng ini dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1760 atas permintaan orang-orang Belanda. Bangunannya yang sederhana kemudian disem-purnakan pada tahun 1787 dan kemudian diberi nama Benteng Rustenburg yang artinya benteng peristirahatan. Bangunan ini juga sempat rusak berat pada saat terjadinya gempa bumi besar pada tahun 1867.
Setelah dilakukan pembenahan, namanya kemudian diganti menjadi Benteng Vredeburg, yang berarti benteng perdamaian. Masyarakat Jogja tempo dulu menyebut benteng ini dengan nama Loji Gedhe, sementara barak-barak tentara di belakangnya disebut Loji Cilik. Gedung Agung yang berada tepat didepannya, karena memiliki taman yang luas, disebut sebagai Loji Kebon.
Di sisi timur Jalan Kyai Haji Ahmad Dahlan, dahulu berdiri sebuah toko bernama NV Toko Europe, yang menyediakan barang-barang impor untuk keperluan orang-orang Belanda. Setelah masa kemerdekaan, bekas bangunan toko ini dipergunakan oleh sejumlah kantor, diantaranya sebagai Kantor kementrian Penerangan, Kantor Persatuan Wartawan Indonesia, serta per-wakilan Kantor Berita Antara.
Di sebelah timurnya, dahulu berdiri Gedung Societet de Vereeniging atau Balai pertemuan yang dikenal masyarakat Jogja dengan nama Balai Mataram. Tempat ini merupakan tempat rekreasi orang-orang Belanda.Billyard adalah salah satu permainannya, sehingga gedung ini juga disebut Kamar Bola. Pada tahun 50-an, gedung ini digunakan sebagai bioskop rakyat dengan nama Senisono. Bioskop ini kemudian pindah ke salah satu sudut Alun-alun Utara dan berganti nama menjadi Soboharsono, yang saat ini telah berubah fungsi menjadi galeri seni. Hingga akhir tahun 80-an, Senisono menjadi pusat kegiat-an seni budaya di Kota Jogja. Bekas NV Toko Europe dan Gedung Senisono telah diputar dan saat ini menjadi bagian dari Istana Kepresidenan Gedung Agung.
Di sudut barat daya Benteng Vredeburg, berdiri sebuah monumen yang didi-rikan untuk mengenang peristiwa Serangan Umum yang dilancarkan para pejuang Republik Indonesia terhadap pendudukan Belanda pada pada tanggal 1 Maret 1949.
Bangunan bertingkat yang masih berdiri kokoh di sisi selatan jalan ini seka-rang dipergunakan sebagai Kantor Bank BNI. Pada jaman kolonial, gedung ini dipergunakan sebagai Kantor Asuransi Nill Maattschappij dan Kantor de Javasche Bank. Lantai bawah gedung ini, pada Jaman Jepang dipergunakan sebagai Kantor Radio Hoso Kyoku, Pada awal kemerdekaan studiodigunakan sebagai Studio Siaran radio Mataram yang dikenal dengan nama MAVRO.
Di sebelang timur Gedung Bank BNI, saat ini berdiri Kantor Pos Besar Yog-yakarta. Pada jaman Kolonial Belanda, fungsinya tidak jauh berbeda, yaitu sebagai kantor pos, telegraf dan telepon. Disebelah timur gedung ini berdiri Kantor Perwakilan Bank Indonesia. Dahulu dipergunakan sebagai kantor de Indische Bank.
Di depan bekas Gedung Senisono, saat ini terdapat sebuah monumen yang mengabadikan telapak tangan sejumlah tokoh Kota Jogja. Monumen yang diresmikan pada tahun 2003 ini dinamakan Monumen Tapak Prestasi Kota Yogyakarta.
apa saja yg ada dekat2 kawasan ini (apabila anda ingin jalan2 kesana tempat2 ini sekaligus bisa anda kunjungi):
BENTENG VREDEBURG
Gedung bersejarah ini terletak di depan Gedung Agung (satu dari tujuh istana kepresidenan di Indonesia) dan Istana Sultan Yogyakarta Hadiningrat yang dinamakan Kraton. Benteng ini dibangun oleh VOC padan tahun 1765 sebagai pusat pemerintahan dan pertahanan gubernur Belanda kala itu. Benteng berbentuk persegi ini mempunyai menara pantau di keempat sudutnya. sebuah museum. Di sejumlah bangunan di dalam benteng ini terdapat diorama mengenai sejarah Indonesia.
TAMAN BUDAYA
Komplek Taman Budaya Yogyakarta (TBY) berstatus sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi DIY. TBY memfasilitasi kegiatan seni budaya, melaksanakan pengembangan dan pengolahan seni budaya, menjadi laboratorium dan tempat eksperimentasi seni budaya, dan melakukan fungsi dokumentasi dan informasi seni budaya.
TAMAN PINTAR
Terletak di kawasan pusat Kota Yogyakarta, sebuah wahana wisata baru untuk anak-anak yakni Taman Pintar dibangun sebagai wahana ekpresi, apresiasi dan kreasi dalam suasana yang menyenangkan.
GEDUNG AGUNG
Istana Yogyakarta atau Gedung Agung, sama halnya dengan istana Kepresidenan lainnya yaitu sebagai kantor dan kediaman resmi Presiden Republik Indonesia. Selain itu juga sebagai tempat menerima atau menginap tamu-tamu negara. Sejak 17 Agustus 1991, istana ini digunakan sebagai tempat memperingati Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan untuk DIY dan penyelenggaraan Parade Senja setiap tanggal 17 yang dimulai 17 April 1988.
GEDUNG SENISONO
Di gedung yang dikenal dengan nama Seni Sono inilah berbacam pertunjukan kesenian banyak dilakukan, baik sastra, pameran seni rupa atau musik kreatif. Disamping karena letaknya strategis, di Yogyakarta awal tahun 1970-an belum ada banyak pilihan gedung untuk peristiwa kebudayaan dan kesenian. Bangunan itu, sekarang menyatu dengan Istana Negara “Gedung Agung” dan tidak lagi dikenal dengan nama Seni Sono.
GEDUNG BNI 46
Gedung yang saat ini menjadi kantor Bank BNI 46 adalah termasuk gedung peninggalan Belanda dan berada di sebelah selatan Gedung Seni Sono, kompleks Gedung Agung. Gedung yang berada tepat di pojok jalan ini mempunyai arsitektur dengan ciri khas yang sama dengan bangunan Kantor Pos Besar dan bangunan Bank Indonesia.
GEDUNG BI LAMA
Gedung Bank Indonesia Jogjakarta, salah satu bangunan bersejarah peninggalan Belanda yang berada di sebelah selatan Benteng Vredeburg. Berdampingan dengan Kantor Pos Besar Jogjakarta. Bangunan bergaya kolonial Belanda ini masih difungsikan sampai saat ini.
KANTOR POS
Kantor Pos Besar Jogjakarta, bangunan bersejarah peninggalan Belanda lain yang berada di sebelah selatan Benteng Vredeburg berdampingan dengan Kantor Bank Indonesia Jogjakarta. Bangunan-bangunan ini menjadi satu kompleks dengan bangunan peninggalan Belanda sebagai saksi dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia di kota Yogyakarta.
MUSEUM SONOBUDOYO
Museum Sonobudoyo adalah museum sejarah dan kebudayaan Jawa termasuk bangunan arsitektur klasik Jawa. Museum ini menyimpan koleksi mengenai budaya dan sejarah Jawa yang dianggap paling lengkap setelah Museum Nasional Republik Indonesia di Jakarta. Selain keramik pada zaman Neolitik dan patung perunggu dari abad ke-8, museum ini juga menyimpan beberapa macam bentuk wayang kulit, berbagai senjata dan topeng Jawa.
PASAR BERINGHARJO
Pasar Beringharjo adalah pasar tradisional yang terletak di Jl. Jend A. Yani Kawasan Malioboro, Yogyakarta. Pasar ini terkenal dengan koleksi dagangan batik, baik yang berupa kain batik ataupun produk garmen batik lainnya seperti, daster, celana pendek, piyama dll. Lokasi pasar ini bersebelahan dengan museum sejarah Benteng Vredeburg dan berseberangan dengan Gedung Agung. Pasar ini terkenal sebagai salah satu tujuan wisata dan sekaligus merupakan pusat kegiatan perdagangan produk batik Yogyakarta.
PECINAN
Kampung Pecinan Yogyakarta adalah salah satu kampung cina bersejarah di Indonesia. Pemerintah Kota Yogyakarta misalnya telah menetapkan Kampung Ketandan sebagai kawasan Pecinan yang akan dikembangkan. Bangunan-bangunan di kawasan ini akan dibuat berarsitektur Tionghoa, sementara bangunan berarsitektur Tionghoa yang masih ada akan tetap dipertahankan.
MALIOBORO
Jalan Malioboro sangat terkenal dengan para pedagang kaki lima yang menjajakan kerajinan khas jogja dan warung-warung lesehan di malam hari yang menjual makanan gudeg khas jogja serta terkenal sebagai tempat berkumpulnya para Seniman-seniman-seniman yang sering mengekpresikan kemampuan mereka seperti bermain musik, melukis, hapening art, pantomim dan lain-lain disepanjang jalan ini.
JOGJA GALLERY
Galeri seni visual ini mempunyai tujuan utama untuk mempromosikan budaya dan warisan seni Yogyakarta kepada masyarakat Indonesia dan masyarakat internasional. Selain untuk menciptakan sebuah situs seni budaya baru di Indonesia, dan mampu menjaga serta melestarikan warisan seni budaya yang merupakan warisan luhur. Galeri ini juga memberikan ruang bagi seniman Indonesia memamerkan hasil karya seni mereka kepada publik dengan lebih mudah.
MONUMEN SO 1 MARET
Monumen ini untuk memperingati Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah serangan yang dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 1949 terhadap kota Yogyakarta yang direncanakan dan dipersiapkan berdasarkan instruksi dari Panglima Besar Sudirman. Monumen ini juga sering menjadi tempat even, seperti konser musik, gathering hobi dll.
Di depan bekas Gedung Senisono, saat ini terdapat sebuah monumen yang mengabadikan telapak tangan sejumlah tokoh Kota Jogja. Monumen yang diresmikan pada tahun 2003 ini dinamakan Monumen Tapak Prestasi Kota Yogyakarta.
JAM KOTA/ NGEJAMAN/ STADSKLOK
Terletak di depan Gereja Protestan di sebelah utara Gedung Agung, berdiri sebuah jam kota atau stadsklok. Area di seputarnya yang dahulu bernama Jalan Margomulyo ini lazim disebut Ngejaman. Jam ini didirikan tahun 1916, sebagai persembahan masyarakat Belanda kepada pemerintahnya untuk memperingati satu abad kembalinya Pemerintahan Kolonial Belanda dari Pemerintahan Inggris yang sempat berkuasa di Jawa pada awal abad ke-19. Namun prasasti kecil yang menunjukkan tulisan itu kini telah dihilangkan.
PASAR BUKU SHOPPING CENTRE
Pasar buku ini baru beroperasi sejak 26 Juli 2005, merupakan lokasi baru dari Shopping Center yang telah menampung ratusan kios pedagang buku yang sudah dirintis sejak hampir 40 tahun yang lalu, yakni sekitar tahun 1970. setidaknya ada 124 kios yang tertata rapidi gedung bertingkat dua tersebut. Pasar ini menyediakan aneka macam buku, dari buku pelajaran sampai tingkat mahasiswa, buku penelitian, hingga novel.
Berkunjung ke Tugu Titik Nol Kilometer, Dapat Sertifikat!
Ada satu hal yang unik ketika berkunjung ke Tugu Titik Nol Kilometer di Sabang. Selain melihat landmark, pengunjung akan diberi sesuatu yang unik.Pasalnya, wisatawan akan mendapat souvenir yang tidak biasa, yakni sertifikat sebagai bukti sudah menginjakkan kaki di Sabang.
"Iya kita memang membuat sebuah souvenir sebagai kenang-kenangan yang bisa dibawa dan dibanggakan oleh wisatawan ketika berkunjung ke Sabang, terutama di Tugu Titik Nol Kilometer ini," kata Zulfi Purnawati, Kepala Dinas Pariwisata Sabang, Pulau Weh, Aceh kepada Republika belum lama ini.
Selain sebagai bukti, sertifikat tersebut saat ini masih menjadi souvenir andalan Sabang dan menjadi favorit wisatawan.
"Kami sengaja membuat keunikan seperti itu, jadi bukan hanya berbentuk foto di sekitara tugu, dengan adanya sertifikat tersebut, semakin mengotentikan bahwa mereka sudah datang ke Sabang," tutupnya. (rabi)