Berjuang Hidup Dengan ‘Ngasak’ Padi
Radar Besuki
Saat musim panen padi, seperti yang terjadi di Desa /
Kecamatan Banyuglugur, Kabupaten Situbondo, banyak orang yang tidak mempunyai
lahan persawahan ikut merasakan panen tersebut. Seperti salah satu warga Desa Jetis,
Kecamatan Besuki, Maslikah (40). Saat musim panen tiba, ia rela datang ke
Kecamatan Banyuglugur yang berjarak sekitar tiga kilometer lebih, untuk mengais
padi yang telah selesai dipanen atau biasa orang Madura menyebutnya Ngangsak."Saya punya sawah tapi kecil, tidak mencukupi hingga musim panen mendatang, bahkan sawah itu sudah tergerus banjir dan jadi lahan batu (klatakan). Belum lagi kebutuhan rumah tangga yang lain," ungkapnya, saat ditemui Rabi.
Untuk mengumpulkan padi yang telah dipanen, ibu tiga anak ini berpindah –pindah, dari satu tempat ketempat yang lain, begitu juga dari desa ke desa yang lain dan dari kecamatan ke kecamatan yang lain. Dari pantauan Rabi, beberapa hektar lahan persawahan di wilayah Desa Banyuglugur, Kecamatan Banyuglugur ini tengah panen raya.
Mengumpulkan padi setelah dipanen tersebut, dilakukannya mulai pukul 07.00-12.00 WIB. Alhasil ibu 40 tahun itu bisa mendapatkan antara delapan kilogram, sampai sepuluh kilogram padi Kotor. " Untuk berangkat, saya tadi numpang sama tetangga. Kalau satu sak kecil ini kurang lebih 10 Kg," imbuhnya sambil menunjukkan hasil yang diperoleh.
Hasil dari jerih payahnya untuk mengumpulkan padi –padi yang tertinggal setelah dipanen, Maslikah tidak menjualnya, melainkan dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan makan sehari –hari keluarganya.
Selain itu, kata Maslikah, penghasilan keluarga selama ini didapat dari sang suami, yang setiap hari melaut ikut perahu nelayan Pesisir.
"Suami juga sebagai nelayan, jarang dapat uang, karena belum musim ikan,” tuturnya. (rabi)