Selasa, 02 Agustus 2016

Asal Usul Watu Dodol Di Banyuwangi



Salam X-Kars 


Asal Usul Watu Dodol Di Banyuwangi

Radar Besuki
Watu Dodol Adalah Obyek Wisata di Banyuwangi yang terletak di Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Dari Banyuwangi menuju Watudodol adalah 14 km jaraknya dan hanya 5 km dari pelabuhan Ketapang. daerah ini digunakan sebagai tempat istirahat, dan biasanya pantai Watudodol ini penuh dengan wisatawan lokal di akhir pekan atau hari libur.
Ketika menempuh perjalanan ke Bali atau Lombok dengan bus atau mobil pribadi, tentunya kita tidak boleh melewatkan untuk mengunjungi Pantai Watu Dodol. Pantai ini terletak di sisi utara Banyuwangi sebelum Pelabuhan Ketapang. Jadi, jika ingin mencapai pantai ini, harus mengambil jalur utara (Pantura Jalur) dulu. Ada batu yang sangat besar antara pantai dan jalan.
Mengapa orang Banyuwangi menyebutnya "Watu Dodol"? Menurut waga setempat, Konon, batu besar ini berasal dari barang jualan Semar yang terjatuh di tempat itu. Semar adalah salah satu karakter dalam pertunjunjukan Wayang. Sementara beras yang dibawa Semar tumpah keluar dan menjadi pasir di sekitar Watu Dodol. Orang-orang mengatakan, yang dibawa Semar adalah kayu kelor, dilemparkan dan menusuk di sela-sela batu besar yang disebut Watu Dodol. 
Agak sedikit aneh karena ada pohon kelor tumbuh di sela-sela batu besar. Yang saya tahu, bagi masyarakat Banyuwangi kelor merupakan senjata untuk menyembuhkan dan meringankan dari pengaruh mistis seperti ilmu hitam yang mungkin menyerang. Dengan menggunakan kelor, masyarakat Banyuwangi percaya, Ilmu hitam dan sejenisnya akan hilang dan memudar.
Watu Dodol sangat indah, kita dapat melihat Pulau Bali , Dari pantai. Ada air tawar yang dekat pantai seperti sungai kecil. Air ini tidak asin meskipun sangat dekat dan bercampur dengan air laut (yang asin), tidak ada rasa asin dalam air ini. Kalau penasaran silahkan datang ya :)
Jika mengunjungi  di Banyuwangi, wajib berhenti dulu di Watudodol. Banyak hal-hal menarik di sini. Para pengunjung bisa menikmati panorama laut, atau bahkan jalan-jalan ke bukit yang terletak di seberang jalan. Selain patung Gandrung dan pantainya yang indah, pulau Bali sudah nampak dari sini. Anda dapat melihat feri menyeberang dari pelabuhan Ketapang ke Gilimanuk. Berhenti di tepi pantai, di sepanjang jalan ada banyak orang berjualan. kita juga dapat mandi di pantai, atau berlayar dengan perahu nelayan. *radar besuki*
Selain keunikan batunya, Watu dodol juga memiliki sepenggal sejarah. Menurut cerita dari warga setempat kalau dulu pernah ada penjajah jepang yang menetap di Watu Dodol. mereka berniat memindahkan Batu yang sangat besar tersebut ke lautan karena menurut mereka keberadaan Batu besar tersebut mengganggu. dan berhasil dipindahkan ke tengah laut. Namun anehnya Batu tersebut kembali ke tempat semula.

Versi lain…..
Watu Dodol merupakan salah satu tempat wisata pantai yang ada di Kabupaten Banyuwangi, berada tepat pada jalur utama Situbondo-Banyuwangi, tempat wisata ini sangat mudah untuk diakses oleh masyarakat. Menurut legenda masyarakat Banyuwangi, pada jaman penjajahan Belanda dahulu Residen Schophoff membuat jalan yang akan menuju Panarukan dari Banyuwangi, namun jalan itu terkendala oleh adanya bukit. Tumenggung Wiroguno I yang pada masa itu memerintah di Banyuwangi mengadakan sayembara kepada masyarakat siapa saja yang bisa membuat jalan tembus melewati bukit akan diberi hadiah berupa tanah dari bukit batu itu ke selatan sampai daerah Sukowidi.

Hari demi hari, bulan demi bulan berlalu begitu saja, sayembara dari Tumenggung Wiroguno I tidak ada yang bisa menyanggupi tantangan tersebut. Sampai pada suatu ketika sang Tumenggung ingat akan penasehatnya dulu yang bernama Ki Buyut Jaksa. Ki Buyut Jaksa adalah seorang sakti bekas penasehat Tumenggung Wiroguno I yang menyendiri di pinggiran bukit Boyolangu. Di pengasingan Ki Buyut Jaksa mengangkat anak bernama Nur Iman. Nur Iman adalah anak dari Lemani yang menemani Ki Buyut Jaksa di pengasingan. Singkat cerita Tumenggung Wiroguno I berhasil membujuk Ki Buyut Jaksa untuk membantu membuat jalan melewati bukit batu. Ki Buyut Jaksa dengan bantuan Jin beserta anak buahnya dan dipimpin oleh anak angkatnya Nur Iman berhasil membuat jalan melalui bukit batu tersebut. Bantuan dari bangsa Jin ini tentunya tidak gratis, ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu: 1.Jangan mendodol batu diluar batas yang diberi tanda oleh bangsa Jin. 2.Sisakan seonggok batu untuk duduk di pinggir pantai. 3.Minimal setahun sekali, Ki Buyut Jaksa dan anak cucunya harus menyambangi tempat ini.

Oleh karena itu tempat wisata tersebut diberi nama Watu Dodol, “Dodol” adalah bahasa Jawa yang artinya dalam bahasa Indonesia “bongkar”, sedangkan “Watu” artinya “Batu”. Setiap tanggal 10 Syawal masyarakat Boyolangu selalu berbondong-bondong pergi ke Watu Dodol menggunakan dokar – Kereta yang ditarik oleh kuda. Peristiwa tahunan ini disebut tradisi “Puter Kayun”. Terlepas dari legenda yang ada, pantai Watu Dodol layak dijadikan alternatif bagi masyarakat yang ingin berwisata di Banyuwangi. Berjarak tempuh kira-kira 30 menit dari pusat kota Banyuwangi, tempat ini sangat mudah dijangkau. Di pinggir pantai berderet warung-warung yang menjajakan makanan khas pantai, ikan bakar dan es degan disamping masih banyak jenis makanan minuman lainnya yang dijajakan di tempat ini.  (rabi)

Versi lain….
Konon nama “watu dodol” ini diambil dari beberapa legenda yaitu :
Pertama, kisah pada masa kerajaan blambangan saat di perintah oleh Minak Jinggo, terjadi peperangan dengan kerajaan majapahit. Pasukan dari kerajaan blambangan yang mengalami kekalahan banyak yang melarikan diri menuju pantai utara. Seorang prajurit yang membawa bekal jenang dodol saat beristirahat di tepi pantai bekal yang dibawanya tertinggal di pantai tersebut saat melanjutkan perjalanan kembali dan dodol tersebut berubah menjadi batu besar.
Kedua, kisah seorang arsitek chen fu zhen ren adalah salah satu leluhur etnis Tionghoa yang dimuliakan di wilayah banyuwangi. Arsitek ini mengikuti sebuah sayembara yang diadakan oleh raja mengwi (di Bali ) untuk membangun sebuah taman kerajaan dalam waktu tertentu. Hingga 3 hari dari batas yang ditentukan arsitek tersebut belum membangun apa-apa dan membuat raja mengwi mengeluarkan peringatan kepada sang arsitek, tapi ditanggapi dingin oleh chen fu zhen ren. Pada malan di hari ke 3 sebelum batas waktu berakhir, dengan kesaktiannya taman istana yang sangat indah tiba-tiba muncul, hal ini membuat semua orang terkejut dan membuat sang raja takut dan memerintahkan untuk menangkap sang arsitek. 2 orang prajurit yang menjaganya di tahanan menganggap sang arsitek tidak bersalah dan membawa chen fu zhen ren kabur untuk kembali ke Blambangan.
Namun pelarian mereka diketahui dan dikejar hingga menyebrangi selat bali. Dalam pertempuran melindungi sang arsitek, kedua prajurit itu tewas dan dalam keadaan terkepung, tiba-tiba sang arsitek berubah menjadi sebuah batu besar yang sekarang dinamakan “watu dodol”. Kedua prajurit yang tewas tersebut oleh penduduk setempat dimakamkan di sebuah puncak bukit tidak jauh dari “watu dodol” dan banyak dikunjungi hingga sekarang oleh berbagai kalangan penganut agama dan kepercayaan. Ketiga, kisah pewayangan “kyai semar” namun kisah ini dipercaya bukan berasal dari masyarakat asli Banyuwangi ( using) karena mereka tidak mengenal pewayangan. Kisahnya saat itu “kyai semar” sedang berjualan di tepi pantai (kisahnya seperti diatas).
Apapun yang kita dengar, realitanya adalah watu dodol merupakan batu besar yang bertengger ditengah jalan lintasan Besuki menuju Banyuwangi, seblum masuk kawasan Ketapang. Unik, indah dan beragam faslitas disediakan disini.   (radar besuki/rabi)