Salam X-Kars
Asal Usul Watu Dodol Di Banyuwangi
Radar
Besuki
Watu Dodol Adalah
Obyek Wisata di Banyuwangi yang terletak di Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi,
Jawa Timur. Dari Banyuwangi menuju Watudodol adalah 14 km jaraknya dan hanya 5
km dari pelabuhan Ketapang. daerah ini digunakan sebagai tempat istirahat, dan
biasanya pantai Watudodol ini penuh dengan wisatawan lokal di akhir pekan atau
hari libur.
Ketika menempuh
perjalanan ke Bali atau Lombok dengan bus atau mobil pribadi, tentunya kita
tidak boleh melewatkan untuk mengunjungi Pantai Watu Dodol. Pantai ini terletak
di sisi utara Banyuwangi sebelum Pelabuhan Ketapang. Jadi, jika ingin mencapai
pantai ini, harus mengambil jalur utara (Pantura Jalur) dulu. Ada batu yang
sangat besar antara pantai dan jalan.
Mengapa orang
Banyuwangi menyebutnya "Watu Dodol"? Menurut waga setempat, Konon,
batu besar ini berasal dari barang jualan Semar yang terjatuh di tempat itu.
Semar adalah salah satu karakter dalam pertunjunjukan Wayang. Sementara beras
yang dibawa Semar tumpah keluar dan menjadi pasir di sekitar Watu Dodol.
Orang-orang mengatakan, yang dibawa Semar adalah kayu kelor, dilemparkan dan
menusuk di sela-sela batu besar yang disebut Watu Dodol.
Agak sedikit aneh
karena ada pohon kelor tumbuh di sela-sela batu besar. Yang saya tahu, bagi
masyarakat Banyuwangi kelor merupakan senjata untuk menyembuhkan dan
meringankan dari pengaruh mistis seperti ilmu hitam yang mungkin menyerang.
Dengan menggunakan kelor, masyarakat Banyuwangi percaya, Ilmu hitam dan
sejenisnya akan hilang dan memudar.
Watu Dodol sangat
indah, kita dapat melihat Pulau Bali , Dari pantai. Ada air tawar yang dekat
pantai seperti sungai kecil. Air ini tidak asin meskipun sangat dekat dan
bercampur dengan air laut (yang asin), tidak ada rasa asin dalam air ini. Kalau
penasaran silahkan datang ya :)
Jika mengunjungi
di Banyuwangi, wajib berhenti dulu di Watudodol. Banyak hal-hal menarik
di sini. Para pengunjung bisa menikmati panorama laut, atau bahkan jalan-jalan
ke bukit yang terletak di seberang jalan. Selain patung Gandrung dan pantainya
yang indah, pulau Bali sudah nampak dari sini. Anda dapat melihat feri
menyeberang dari pelabuhan Ketapang ke Gilimanuk. Berhenti di tepi pantai, di
sepanjang jalan ada banyak orang berjualan. kita juga dapat mandi di pantai,
atau berlayar dengan perahu nelayan. *radar besuki*
Selain
keunikan batunya, Watu dodol juga memiliki sepenggal sejarah. Menurut cerita
dari warga setempat kalau dulu pernah ada penjajah jepang yang menetap di Watu
Dodol. mereka berniat memindahkan Batu yang sangat besar tersebut ke lautan
karena menurut mereka keberadaan Batu besar tersebut mengganggu. dan berhasil
dipindahkan ke tengah laut. Namun anehnya Batu tersebut kembali ke tempat
semula.
Versi lain…..
Watu Dodol merupakan salah satu
tempat wisata pantai yang ada di Kabupaten Banyuwangi, berada tepat pada jalur
utama Situbondo-Banyuwangi, tempat wisata ini sangat mudah untuk diakses oleh
masyarakat. Menurut legenda masyarakat Banyuwangi, pada jaman penjajahan
Belanda dahulu Residen Schophoff membuat jalan yang akan menuju Panarukan dari
Banyuwangi, namun jalan itu terkendala oleh adanya bukit. Tumenggung Wiroguno I
yang pada masa itu memerintah di Banyuwangi mengadakan sayembara kepada
masyarakat siapa saja yang bisa membuat jalan tembus melewati bukit akan diberi
hadiah berupa tanah dari bukit batu itu ke selatan sampai daerah Sukowidi.
Hari demi hari, bulan demi bulan
berlalu begitu saja, sayembara dari Tumenggung Wiroguno I tidak ada yang bisa
menyanggupi tantangan tersebut. Sampai pada suatu ketika sang Tumenggung ingat
akan penasehatnya dulu yang bernama Ki Buyut Jaksa. Ki Buyut Jaksa adalah
seorang sakti bekas penasehat Tumenggung Wiroguno I yang menyendiri di
pinggiran bukit Boyolangu. Di pengasingan Ki Buyut Jaksa mengangkat anak
bernama Nur Iman. Nur Iman adalah anak dari Lemani yang menemani Ki Buyut Jaksa
di pengasingan. Singkat cerita Tumenggung Wiroguno I berhasil membujuk Ki Buyut
Jaksa untuk membantu membuat jalan melewati bukit batu. Ki Buyut Jaksa dengan
bantuan Jin beserta anak buahnya dan dipimpin oleh anak angkatnya Nur Iman berhasil
membuat jalan melalui bukit batu tersebut. Bantuan dari bangsa Jin ini tentunya
tidak gratis, ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu: 1.Jangan mendodol
batu diluar batas yang diberi tanda oleh bangsa Jin. 2.Sisakan seonggok batu
untuk duduk di pinggir pantai. 3.Minimal setahun sekali, Ki Buyut Jaksa dan
anak cucunya harus menyambangi tempat ini.
Oleh karena itu tempat wisata
tersebut diberi nama Watu Dodol, “Dodol” adalah bahasa Jawa yang artinya dalam
bahasa Indonesia “bongkar”, sedangkan “Watu” artinya “Batu”. Setiap tanggal 10
Syawal masyarakat Boyolangu selalu berbondong-bondong pergi ke Watu Dodol
menggunakan dokar – Kereta yang ditarik oleh kuda. Peristiwa tahunan ini
disebut tradisi “Puter Kayun”. Terlepas dari legenda yang ada, pantai Watu Dodol
layak dijadikan alternatif bagi masyarakat yang ingin berwisata di Banyuwangi.
Berjarak tempuh kira-kira 30 menit dari pusat kota Banyuwangi, tempat ini
sangat mudah dijangkau. Di pinggir pantai berderet warung-warung yang
menjajakan makanan khas pantai, ikan bakar dan es degan disamping masih banyak
jenis makanan minuman lainnya yang dijajakan di tempat ini. (rabi)
Versi lain….
Konon nama “watu dodol” ini diambil dari beberapa
legenda yaitu :
Pertama, kisah pada masa kerajaan blambangan saat di
perintah oleh Minak Jinggo, terjadi peperangan dengan kerajaan majapahit.
Pasukan dari kerajaan blambangan yang mengalami kekalahan banyak yang melarikan
diri menuju pantai utara. Seorang prajurit yang membawa bekal jenang
dodol saat beristirahat di tepi pantai bekal yang dibawanya tertinggal
di pantai tersebut saat melanjutkan perjalanan kembali dan dodol tersebut
berubah menjadi batu besar.
Kedua, kisah seorang arsitek chen fu zhen ren adalah
salah satu leluhur etnis Tionghoa yang dimuliakan di wilayah banyuwangi. Arsitek
ini mengikuti sebuah sayembara yang diadakan oleh raja mengwi (di Bali ) untuk
membangun sebuah taman kerajaan dalam waktu tertentu. Hingga 3 hari dari batas
yang ditentukan arsitek tersebut belum membangun apa-apa dan membuat raja
mengwi mengeluarkan peringatan kepada sang arsitek, tapi ditanggapi dingin oleh
chen fu zhen ren. Pada malan di hari ke 3 sebelum batas waktu berakhir, dengan
kesaktiannya taman istana yang sangat indah tiba-tiba muncul, hal ini membuat
semua orang terkejut dan membuat sang raja takut dan memerintahkan untuk
menangkap sang arsitek. 2 orang prajurit yang menjaganya di tahanan menganggap
sang arsitek tidak bersalah dan membawa chen
fu zhen ren kabur untuk kembali ke Blambangan.
Namun pelarian mereka diketahui dan dikejar hingga
menyebrangi selat bali. Dalam pertempuran melindungi sang arsitek, kedua
prajurit itu tewas dan dalam keadaan terkepung, tiba-tiba sang arsitek berubah
menjadi sebuah batu besar yang sekarang dinamakan “watu dodol”. Kedua prajurit
yang tewas tersebut oleh penduduk setempat dimakamkan di sebuah puncak bukit
tidak jauh dari “watu dodol” dan banyak dikunjungi hingga sekarang oleh
berbagai kalangan penganut agama dan kepercayaan. Ketiga, kisah pewayangan
“kyai semar” namun kisah ini dipercaya bukan berasal dari masyarakat asli Banyuwangi
( using) karena mereka tidak mengenal pewayangan. Kisahnya saat itu “kyai
semar” sedang berjualan di tepi pantai (kisahnya seperti diatas).
Apapun yang kita dengar, realitanya adalah watu
dodol merupakan batu besar yang bertengger ditengah jalan lintasan Besuki
menuju Banyuwangi, seblum masuk kawasan Ketapang. Unik, indah dan beragam
faslitas disediakan disini.
(radar besuki/rabi)