Salam X-Kars
Wisman Nikmati Tumpeng Gelar Songo
Radar Besuki
Tradisi warisan nenek moyang khas
Desa Glagah, Kecamatan Glagah yang bertajuk Gelar Songo kemarin (16/10)
kembali digelar. Dibandingkan tahun sebelumnya, ritual yang biasanya
diperingati tiap tanggal 9 Suro kali ini jauh lebih meriah.
Ratusan orang warga tumplek-blek
menyaksikan arak-arakan warga yang membawa hasil bumi dan beberapa
kesenian untuk meramaikan ritual bersih desa tersebut. Sebelum acara
puncak tradisi Gelar Songo, warga telah melakukan berbagai rangkaian
kegiatan.
Mulai dari dari pembacaan lontar Yusuf,
membaca Alquran dan selamatan di makam Buyut Kai atau biasa dikenal
dengan buyut Gringsing. Barulah setelah rangkaian ritual digelar, acara
puncak diisi dengan arak-arakan yang berisi berbagai kesenin seperti
barong, pembawa seserahan, tandun yang membawa pria dan wanita serta
penari waria berkostum mirip BEC.
Setelah itu, semua warga berkumpul di
balai desa untuk berdoa bersama. Di hadapan mereka sudah tersedia
puluhan pasang tumpeng lengkap dengan lauknya seperti sayur, pecel
pitik, tempe, telur dan mie. Tak ketinggalan buah-buahan hasil bumi
asli Desa Glagah seperti pisang, ketela pohon, kacang tanah dan
ubi-ubian lainnya disediakan sebagai pencuci mulut.Yang cukup menarik dan berbeda dari
sebelumnya, tahun ini ada beberapa wajah wisatawan mancanegara yang
hadir mengikuti tradisi Gelar Songo. Mereka tak sungkan ikut memanjatkan
tangan dan mencicipi beberapa makanan khas Oseng.
Begitu doa usai dipanjatkan para wisman
ini juga iku mengambil daun pisang untuk memindahkan nasi tumpeng dan
pecel pitik. “So spicy” ujar salah satu wisman yang duduk bersama Kasi
Adat Dinas Pariwisata Banyuwangi, Aekanu Haryono. Teguh Eko Rahadi,
ketua panitia tradisi Gelar Songo mengatakan, perayaan ritual tahun ini
terbilang lancar dan ramai.
Hal ini menunjukkan bahwa ritual
tersebut selain diterima masyarakat lokal, juga diterima oleh masyarakat
luar. “Kita sudah membuat sedemikian baik, sekarang apalagi yang
ditunggu kabupaten untuk memasukkan acara kita dalam B-Fest” ujar ketua
BPD Desa Glagah itu.Kabid Kebudayaan Dinas Pariwisata
Banyuwangi Choliqul Ridha menambahkan, ritual ini terbukti sudah mampu
menarik para wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Dia berharap
nantinya warga dapat memperoleh manfaat positif dengan perkembangan yang
ada.
“Ini adalah potensi yang kita miliki,
sekarang tinggal bagaimana nanti Desa Glagah bisa menjadi jujugan
wisatawan yang berangkat ke ijen. Terkait B-Fest, kita akan sampaikan ke
Bupati, karena acara ini kami rasa layak,” kata Ridha. Gelar Songo
sendiri, menurut penjelasan Kepala Desa Glagah, Muhammad Hairihi,
memiliki makna keterikatan dengan angka sembilan.Sembilan selain diambil dari Asmaul
Husna yang berjumlah 99, juga melambangkan sembilan lubang dalam tubuh
manusia yang menjadi simbol duniawi. “Kita harus menjaga sembilan lubang
ini agar hidup kita selamat,” ujarnya (Rabi)