Rabu, 05 Oktober 2016

Bunuh diri

Salam X-Kars
Rentetan Aksi Bunuh Diri Aparat



Radar Besuki
Fenomena polisi bunuh diri masih saja terjadi di Indonesia. Penyebabnya macam-macam. Kasus paling anyar adalah aksi anggota Brimob Polda DI Yogyakarta Bripka Iwan Rudiyanto (35) yang menembakkan kepalanya sendiri hingga tewas.
Sebelum mengakhiri hidupnya, Iwan Rudiyanto bersama tiga rekannya diduga pesta minuman keras di sebuah rumah di Kelurahan Pradureso, Purworejo, Jawa Tengah, pada Senin 3 Oktober 2016 malam. Diduga dalam keadaan mabuk, Iwan mengeluarkan senjata apinya dari tas lalu menembak ke udara sebelum mengarahkan ke kepalanya sendiri dan menekan pelatuknya hingga ia tewas bersimbah darah.
"Kita prihatin dan menyesalkan peristiwa ini terjadi,” kata Kabag Penerangan Umum Divisi Humas Mabes Polri, Kombes Martin Sitompul usai diskusi live streaming ‘Redbons: Menelisik Penipuan ala Dimas Kanjeng Taat Pribadi’ di Kantor Redaksi Okezone, Lantai 12 Gedung iNewsTV, Kompleks MNC Media, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (4/10/2016). “Kita juga berharap bahwa peristiwa ini yang terakhir terjadi,” lanjut Martinus.


Ya, ini bukan kali pertama polisi Indonesia bunuh diri. Okezone mencatat, sebelum kasus Bripka Iwan terjadi, anggota Sabhara Polda Metro Jaya Brigadir Heri Budianto juga tewas diduga usai menembakkan dirinya sendiri dengan senapan angin.
Aksi itu dilakukannya di kamar rumahnya di Kompleks Pondok Maharta, Blok F3, Pondok Kacang, Pondok Aren, Tangerang Selatan, pada Senin 4 Juli 2016. Ia sempat mengurungkan diri di kamar, hingga akhirnya ditemukan dalam kondisi berdarah oleh ibunya.
Dua bulan sebelumnya, aksi polisi bunuh diri juga menggegerkan Bali. Anggota Polres Karangasem, Bripka I Made Swartawan, mengakhiri hidup dengan menembakkan keningnya sendiri di halaman rumahnya di Dusun Tiyingtali Kelod, Desa Tiyingtali, Abang, Karangasem, pada Senin 2 Mei 2016.
Tragisnya, aksi itu dilakukan di depan istri dan kedua orangtuanya. Pemicunya diduga masalah keluarga. Swartawan sempat ribut dengan istrinya, sebelum memasukkan amunisi dalam pistol lalu memuntahkan ke keningnya hingga terkapar tak bernyawa.
Sebelumnya, anggota polisi bernama Aiptu Suparno juga menghabisi hidupnya dengan cara tak wajar. Ia ditemukan tewas gantung diri di rumahnya Kompleks Perumahan Green Lontar B5, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, pada Jumat 18 Maret 2016. Sebelum tewas, anggota Shabara Polres Metro Jakarta Barat itu sempat menghilang dari rumah hingga istrinya was-was.
Pada 2 Maret 2016, anggota Polda Jawa Timur Ipda Nanang Eka juga melakukan percobaan bunuh diri dengan cara menyayat lehernya sendiri menggunakan cutter. Ia pun langsung dilarikan ke rumah sakit dalam keadaan kritis.
Sebulan sebelumnya, Kanit Resmob Polres Kota Bandar Lampung, Iptu M Syahrir Perdana juga tewas diduga usai menembak kepalanya sendiri di Asrama Polisi Polres setempat, pada Sabtu 6 Februari 2016. Lulusan Akpol 2012 itu diduga mengakhiri hidup karena frustasi dengan penyakit dideritanya.
Awal tahun lalu, aksi bunuh diri anggota Polsek Skanto, Kabupaten Keerom, Papua, bernama Mulyono Irianto juga bikin heboh. Ia merenggang nyawa usai menembakkan pistol ke tubuhnya sendiri pada Kamis 21 Januari 2016. (rabi)

Angka Polisi Bunuh Diri Meningkat
Radar Besuki
Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S. Pane mengatakan terjadi peningkatan jumlah kasus polisi bunuh diri pada tahun ini. Berdasarkan data IPW, sejak Januari hingga Maret 2016, terjadi enam peristiwa polisi bunuh diri. Padahal sepanjang 2015 hanya ada lima kasus. “Fenomena tersebut sistemik dan harus segera dievaluasi,” ujar Neta kepada Tempo, kemarin.


Menurut Neta, meningkatnya jumlah kasus polisi bunuh diri disebabkan buruknya sistem rekrutmen. Hal itu terlihat dari banyaknya kandidat polisi yang mengalami gangguan kejiwaan, tapi tetap lolos seleksi. Selain itu, kata Neta, beban kerja polisi dianggap berat lantaran ada yang bekerja lebih dari 12 jam sehari. Kondisi itu mengakibatkan polisi mudah stres dan emosional saat berinteraksi dengan masyarakat. “Beban kerja berlebih, gaji minim,” tuturnya.
Sabtu dua pekan lalu, anggota Brigade Mobil (Brimob) Polda Metro Jaya menembak kepala istrinya di Kampung Tegaldanas Tower, Desa Hegarmukti, Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi. Polisi berpangkat brigadir itu kemudian mencoba bunuh diri. Namun ia selamat dan sempat dirawat di Rumah Sakit Polri Kramat Jati. Empat hari dirawat, dia akhirnya meninggal.
Jumat pekan lalu, anggota Samapta Bhayangkara (Sabhara) Kepolisian Resor Jakarta Selatan, Ajun Inspektur Satu Suparno, tewas gantung diri. Jasad Suparno ditemukan anaknya di sebuah rumah kosong di Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Menurut anggota Kepolisian Sektor Jagakarsa, Suparno bunuh diri lantaran masalah ekonomi. “Usaha es krimnya bangkrut dan dia terjerat utang,” ucapnya.
Menurut Neta, peristiwa itu menunjukkan minimnya kesejahteraan anggota kepolisian. Dia mengimbau kepolisian dapat mengelola anggaran supaya dapat meningkatkan taraf hidup anggotanya. “Banyak anggaran yang belum tepat sasaran,” tuturnya.
Menurut anggota Komisi Hukum DPR, Teuku Taufiqulhadi, saat ini kesejahteraan polisi sudah cukup baik dibanding sebelumnya. “Kondisi anggota polisi lebih baik dibanding TNI,” ujarnya. Menurut politikus Nasional Demokrat ini, banyaknya kasus bunuh diri dan pembunuhan oleh polisi disebabkan tak beresnya sistem rekrutmen.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Anton Charliyan mengatakan bagian sumber daya manusia kepolisian segera merumuskan sistem baru untuk mendeteksi gangguan kejiwaan yang dialami polisi. “Kami tengah membahas bagaimana supaya sistem tersebut dapat mendeteksi itu (gangguan jiwa),” ujarnya. (rabi)

Baca pula aksi bunuh diri brimob dan anggota Polri lainnya