Salam X-Kars
Padi Inbrida Varietas IPB 3S Dinilai Unggulan
Radar Besuki
Institut Pertanian Bogor (IPB) kembali melakukan sebuah penemuan pada
padi. Penemuannya kali ini adalah padi inbrida varietas IPB 3S.
Padi inbrida varietas IPB 3S mempunyai potensi hasil seperti layaknya padi hibrida yang mencapai 13 ton per hektare (ha), membangun startup industri benih secara profesional untuk mendukung kemandirian benih nasional dan pengembangan IPB Science Techno Park sebagai kawasan pengembangan inovasi di bidang pertanian, pangan dan biosains termaju di Indonesia.
"Hilirisasi hasil penelitian yang telah banyak dilakukan oleh peneliti kita adalah jawaban atas upaya untuk memenuhi kebutuhan negara di dalam penyediaan pangan nasional dan derivatnya bagi ratusan juta penduduk Indonesia," kata Direktur Utama BLST Meika Syahbana Rusli dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Rabu (12/10/2016).
Dalam kesempatan lain, penemu benih padi inbrida varietas IPB 3S Hajrial Aswidinnoor menilai padi varietas tersebut digadang-gadang oleh IPB akan menjadi varietas benih padi inbrida unggulan IPB karena potensi hasilnya yang nyaris menyamai padi hibrida. Selain itu, ia menyatakan bahwa IPB 3S termasuk dalam kategori padi tipe baru (new plant type rice) bukan hibrida.
Oleh karenanya arsitektur morfologinya berbeda, seperti anakan kurang tapi semuanya produktif, malai lebat hingga mencapai 300-350 bulir per tangkai, batang lebih besar dan kokoh, daun tegak dan tebal serta daun bendera lebih panjang.
Untuk upaya perbanyakan atau diproduksi secara massal, meski telah mengantongi SK Mentan tentang pelepasan varietas IPB3S, IPB tidaklah gegabah. Pengalaman di lapangan, sebaik apapun varietas benih padi yang ditemukan apabila tidak dikawal teknologinya maka benih padi tersebut akan hilang dengan sendirinya.
"Sudah ratusan benih padi yang telah dirilis, tetapi di lapangan yang banyak dipakai petani kita paling bisa dihitung dengan jari," jelas Direktur Seed Center Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB Abdul Qadir.
Atas dasar itu pula lah, lanjut Abdul, IPB harus membangun startup industri benih sekelas industrial yang dapat mengawasi dari mulai awal memproduksi benih hingga aplikasinya di masyarakat petani.
"Rangkaian pengawasan ini mutlak kami lakukan agar potensi produktivitas IPB 3S benar-benar tampak maksimal di lahan-lahan petani. Jadi petani senang IPB riang," jelasnya.
Untuk membangun startup produksi benih sekelas industrial, IPB menggandeng Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) agar proses litbang dan kualitas benih yang dihasilkan akan tetap prima.
Sementara untuk penyediaan benih IPB 3S baik untuk pasar pemerintah maupun pasar bebas akan langsung ditangani oleh perusahaan induk yang sudah dibentuk oleh IPB yakni PT Bogor Life Science & Technology atau disebut BLST. (rabi)
Padi inbrida varietas IPB 3S mempunyai potensi hasil seperti layaknya padi hibrida yang mencapai 13 ton per hektare (ha), membangun startup industri benih secara profesional untuk mendukung kemandirian benih nasional dan pengembangan IPB Science Techno Park sebagai kawasan pengembangan inovasi di bidang pertanian, pangan dan biosains termaju di Indonesia.
"Hilirisasi hasil penelitian yang telah banyak dilakukan oleh peneliti kita adalah jawaban atas upaya untuk memenuhi kebutuhan negara di dalam penyediaan pangan nasional dan derivatnya bagi ratusan juta penduduk Indonesia," kata Direktur Utama BLST Meika Syahbana Rusli dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Rabu (12/10/2016).
Dalam kesempatan lain, penemu benih padi inbrida varietas IPB 3S Hajrial Aswidinnoor menilai padi varietas tersebut digadang-gadang oleh IPB akan menjadi varietas benih padi inbrida unggulan IPB karena potensi hasilnya yang nyaris menyamai padi hibrida. Selain itu, ia menyatakan bahwa IPB 3S termasuk dalam kategori padi tipe baru (new plant type rice) bukan hibrida.
Oleh karenanya arsitektur morfologinya berbeda, seperti anakan kurang tapi semuanya produktif, malai lebat hingga mencapai 300-350 bulir per tangkai, batang lebih besar dan kokoh, daun tegak dan tebal serta daun bendera lebih panjang.
Untuk upaya perbanyakan atau diproduksi secara massal, meski telah mengantongi SK Mentan tentang pelepasan varietas IPB3S, IPB tidaklah gegabah. Pengalaman di lapangan, sebaik apapun varietas benih padi yang ditemukan apabila tidak dikawal teknologinya maka benih padi tersebut akan hilang dengan sendirinya.
"Sudah ratusan benih padi yang telah dirilis, tetapi di lapangan yang banyak dipakai petani kita paling bisa dihitung dengan jari," jelas Direktur Seed Center Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB Abdul Qadir.
Atas dasar itu pula lah, lanjut Abdul, IPB harus membangun startup industri benih sekelas industrial yang dapat mengawasi dari mulai awal memproduksi benih hingga aplikasinya di masyarakat petani.
"Rangkaian pengawasan ini mutlak kami lakukan agar potensi produktivitas IPB 3S benar-benar tampak maksimal di lahan-lahan petani. Jadi petani senang IPB riang," jelasnya.
Untuk membangun startup produksi benih sekelas industrial, IPB menggandeng Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) agar proses litbang dan kualitas benih yang dihasilkan akan tetap prima.
Sementara untuk penyediaan benih IPB 3S baik untuk pasar pemerintah maupun pasar bebas akan langsung ditangani oleh perusahaan induk yang sudah dibentuk oleh IPB yakni PT Bogor Life Science & Technology atau disebut BLST. (rabi)