Sabtu, 01 Oktober 2016

Pemugaran Makam Tan Malaka

Salam X-Kars
Kediri - Radar Besuki
Makam yang diduga kuat sebagai peristirahatan terakhir tokoh perjuangan RI Datuk Sutan Ibrahim atau Tan Malaka di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri telah dipugar. Gundukan tanah memanjang dengan sebongkah batu sungai sebagai penanda itu kini telah memiliki nisan. Yakni pondasi semen segi empat memanjang dengan bendera merah putih berbahan plat logam menancap di atasnya.

“Perubahan makam berlangsung belum ada sebulan ini. Dan tidak ada yang tahu siapa yang melakukan,“ tutur Musripah warga setempat yang setiap hari mencari rumput pakan ternak di sekitar makam. Potongan surat Al Baqarah ayat 156 “Innalillahi wainailaihi rojiun” dengan huruf hijaiyah tampak menghias permukaan nisan. Sesungguhnya kami kepunyaan Allah, dan kepada Allah jualah kami kembali, demikianlah tafsirnya.
Di bawahnya bertulis “Ibrahim Datuk Tan Malaka, Pahlawan Kemerdekaan Nasional Republik Indonesia” serta tulisan Keppres No 53 Tahun 1963, 28 Maret 1963. Pemikiran dan gerakan perjuangan tokoh kiri ini banyak menginspirasi para pejuang kemerdekaan 1945, termasuk Soekarno, Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir.  

Dalam keadaan dikejar kejar intel kolonial di Kowloon Cina April 1925, Tan masih sempat menulis buku Naar de Republik Indonesia (Menuju Republik Indonesia). Buku bergaris besar nasionalisme itu menjadi bacaan wajib para tokoh pergerakan nasional, termasuk Soekarno. Sebagai Ketua Komunis Internasional (Komintern) wilayah Asia, Tan juga pernah membuat heboh dengan menyampaikan gagasan mendukung PAN Islamisme.  
Di Kongres kedua Komintern Juli 1920 Moskow itu dia menjelaskan bahwa dukungan kepada Islam dalam rangka memerangi imperialisme dan kolonialisme dunia.

“Berdampingan dengan bulan sabit, bintang bintang Soviet menjadi lambang pertempuran besar dari sekitar 250 juta muslim di Sahara, Arab, Hindustan dan Hindia kita” menjadi propagandanya yang terkenal. Kepada dwitunggal Soekarno-Hatta Tan selalu menegaskan Merdeka persen
.  
Pikiran pikiran radikalnya itu yang membuat dia berselisih paham dengan Soekarno-Hatta. Tan lahir di Nagari Pandan Gadang Suliki Sumatera Barat 1894. Dia terbunuh 21 Februari 1949 di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri. Ironisnya justru tentara republik yang mengeksekusi hidupnya.
“Semua warga tahu kalau itu makam pahlawan Tan Malaka,“ terang Musripah.(Rabi)