Salam X-Kars
Kediri - Radar Besuki
Makam yang diduga kuat sebagai peristirahatan terakhir tokoh
perjuangan RI Datuk Sutan Ibrahim atau Tan Malaka di Desa Selopanggung,
Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri telah dipugar. Gundukan tanah memanjang dengan sebongkah batu sungai sebagai
penanda itu kini telah memiliki nisan. Yakni pondasi semen segi empat
memanjang dengan bendera merah putih berbahan plat logam menancap di
atasnya.
“Perubahan makam berlangsung belum ada sebulan ini. Dan tidak ada
yang tahu siapa yang melakukan,“ tutur Musripah warga setempat yang
setiap hari mencari rumput pakan ternak di sekitar makam. Potongan surat Al Baqarah ayat 156 “Innalillahi wainailaihi rojiun” dengan
huruf hijaiyah tampak menghias permukaan nisan. Sesungguhnya kami
kepunyaan Allah, dan kepada Allah jualah kami kembali, demikianlah
tafsirnya.
Di bawahnya bertulis “Ibrahim Datuk Tan Malaka, Pahlawan
Kemerdekaan Nasional Republik Indonesia” serta tulisan Keppres No 53
Tahun 1963, 28 Maret 1963. Pemikiran dan gerakan perjuangan tokoh kiri
ini banyak menginspirasi para pejuang kemerdekaan 1945, termasuk
Soekarno, Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir.
Dalam keadaan dikejar kejar intel kolonial di Kowloon Cina April
1925, Tan masih sempat menulis buku Naar de Republik Indonesia (Menuju
Republik Indonesia). Buku bergaris besar nasionalisme itu menjadi bacaan
wajib para tokoh pergerakan nasional, termasuk Soekarno. Sebagai Ketua
Komunis Internasional (Komintern) wilayah Asia, Tan juga pernah membuat
heboh dengan menyampaikan gagasan mendukung PAN Islamisme.
Di Kongres kedua Komintern Juli 1920 Moskow itu dia menjelaskan
bahwa dukungan kepada Islam dalam rangka memerangi imperialisme dan
kolonialisme dunia.
“Berdampingan dengan bulan sabit, bintang bintang
Soviet menjadi lambang pertempuran besar dari sekitar 250 juta muslim di
Sahara, Arab, Hindustan dan Hindia kita” menjadi propagandanya yang
terkenal. Kepada dwitunggal Soekarno-Hatta Tan selalu menegaskan Merdeka
persen
.
Pikiran pikiran radikalnya itu yang membuat dia berselisih paham
dengan Soekarno-Hatta. Tan lahir di Nagari Pandan Gadang Suliki Sumatera
Barat 1894. Dia terbunuh 21 Februari 1949 di Desa Selopanggung,
Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri. Ironisnya justru tentara republik
yang mengeksekusi hidupnya.
“Semua warga tahu kalau itu makam pahlawan Tan Malaka,“ terang Musripah.(Rabi)