Banyuwangi Jadi Percontohan Industri Kreatif Berbasis Desa
Banyuwangi - Radar Besuki
Kabupaten Banyuwangi menjadi pilot project pengembangan industri kreatif berbasis desa.Kerja sama tersebut tertuang dalam nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) antara Pemkab Banyuwangi dan Badan ekonomi kreatif (Bekraf) untuk mengembangkan industri berbasis desa, di antaranya di Desa Tamansari di Kecamatan Licin, Desa Gintangan di Kecamatan Rogojampi, dan Desa Sumberbuluh di Kecamatan Songgon.
"Bekraf nantinya akan membantu mengembangkan serta meningkatkan kualitas produk ekonomi kreatif di desa tersebut mulai dari pelatihan, bantuan alat, modal, pemasaran serta pendampingan dan melibatkan komunitas yang ada di desa desa yang menjadi pilot project tersebut," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas kepada Kompas.com, Senin (10/102016).
Kerja sama ini mengenai pengembangan dan fasilitas ekonomi kreatif berbasis desa di Banyuwangi.
Ada tujuh ruang lingkup yang diatur dalam kesepakatan tersebut, yaitu riset, edukasi dan pengembangan ekonomi kreatif, akses permodalan, infrastruktur, pemasaran, regulasi, dan hubungan antarlembaga dan wilayah.
Sinergi tersebut akan langsung fokus ke desa-desa karena salah satu tantangan terbesar untuk pengembangan ekonomi kretaif di desa desM dan infratruktur penunjang.
"Penandatanganan MOU ini akan mempermudah kami untuk mengembangan desa yang ada di Banyuwangi," kata Anas.
Sementara itu, Kepala Bekraf Triawan Munaf mengatakan sudah mengunjungi beberapa pelaku ekonomi kreatif di Banyuwangi. Ia menilai bahwa produk Banyuwangi bisa dikembangkan karena potensinya besar.
"Potensinya cukup besar dan sudah kualitas ekspor tapi masih di labeli dari Jakarta dan Bali bukan dari Banyuwangi. Nanti kami akan mengirim tim untuk mendampingi mulai modal sampai pemasaran," jelas Triawan.
Bekraf telah merumuskan ada 16 subsektor kreatif, yaitu fashion, kriya (kerajinan), arsitektur, aplikasi-pengembangan game, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, film, seni pertunjukan, seni rupa, kuliner, musik, penerbitan, periklanan, televisi, dan radio.
Dari 16 subsektor tersebut, Banyuwangi fokus pada tujuh subsektor, yaitu fashion, kriya, seni rupa, seni pertunjukan, kuliner, musik, dan desain komunikasi visual.
Pilihan terhadap tujuh subsektor tersebut menyesuaikan dengan kebutuhan Banyuwangi dan subsektor yang paling berdampak besar terhadap perekonomian masyarakat.
"Kita punya potensi besar pada tujuh subsektor tersebut. Khusus desain komunikasi visual, itu untuk menunjang semuanya. Produk bagus tapi kalau komunikasi visualnya tak bermutu, produknya tak akan laku di pasar," kata Anas.(Rabi)