Jumat, 11 November 2016

ADVENTURE ALAS PINUS SONGGON BANYUWANGI

Salam X-Kars
Banyuwangi - radarbesuki.com
Hawa sejuk nan segar langsung menyambut begitu memasuki area Hutan Pinus yang lebat di Desa Sumber Buluh Kecamatan Songgon, Banyuwangi. Pikiran yang penat pun langsung fresh saat menghirup udara segar yang kaya akan oksigen di tempat ini. Tidak hanya cocok untuk refreshing , wisata Hutan Pinus ini juga recommended jadi spot selfie yang cantik.

Hutan Pinus Songgon terletak kurang lebih 30 KM dari kota Banyuwangi. Lokasinya yang berada di kaki Gunung Raung, membuatnya jadi destinasi wisata yang berhawa sejuk. Tempat ini juga semakin eksotik karena berada di sepanjang aliran Sungai X- Badeng (Kali Badeng-red) yang arusnya cukup menantang untuk aktifitas arung jeram.

Pengelola Wisata Hutan Pinus Songgon Yusuf Sugiono mengatakan areal Hutan Pinus Songgon memiliki luas 97 hektar, namun area utama yang dikembangkan sebagai wisata sebanyak tujuh hektar. Sejatinya, tempat wisata ini belum dilaunching secara resmi, meski demikian pengunjung yang datang sudah banyak. Perharinya sampai 200-300 orang, bahkan di moment weekend bisa mencapai 1000 orang.

“Kami baru membuka tempat ini pada 1 Oktober lalu, belum secara resmi, tapi yang datang sudah banyak,” kata Yusuf.
Saat ini dilokasi Hutan Pinus telah tersedia beberapa atraksi wisata yang bisa dinikmati. Seperti serunya naik ke atas rumah pohon, merasakan sensasi berkemah di alam terbuka dengan tenda yang bisa disewa, sampai berkeliling hutan pinus dengan naik kuda dengan harga yang sangat terjangkau. Bisa juga sekedar duduk-duduk di bangku-bangku kayu yang disediakan sambil menikmati segarnya hawa sejuk hutan pinus ditemani secangkir teh atau kopi hangat.

Selain itu yang tidak boleh dilewatkan, mengabadikan momen berwisata di spot-spot cantik yang telah disediakan. Diantaranya spot berfoto dibawah deretan payung merah, lampion warna-warni, sampai berfoto di depan gapura kayu yang dihiasi bunga-bunga.
“Kami sengaja menyediakan spot-spot tersebut untuk dipakai berfoto oleh pengunjung,” kata Yusuf.

Ditambahkan ketua LMDH Rimba Ayu, Komarudin, sebelum dikelola jadi tempat wisata, lokasi ini merupakan hamparan pinus yang tidak termanfaatkan kecuali diambil getah pohonnya. Sebab, tanah ditempat ini sudah tidak bisa digunakan lagi oleh masyarakat desa untuk bertani.
“Dulu warga bertani secara tumpangsari di hutan ini. Selain mengambil getah pinus, dibawah pohon ditanami berbagai komoditas seperti cabai, jahe, dan jagung. Tapi setelah pohon pinus semakin besar, sudah tidak bisa tumpangsari lagi. Hingga akhirnya muncul ide untuk dikembangkan jadi wisata,” kata Komarudin.
Pengelolaan tempat wisata ini, kata Komarudin hanya boleh dilakukan oleh anggota LMDH yang notabene adalah warga sekitar, yang jumlahnya sebanyak 350 orang. Memang tidak semua ikut terlibat namun, banyak yang mendapatkan manfaat dari pengoperasian wisata ini mulai dari berjualan makanan, jadi tur guide sampai jadi petugas parkir.

“Semua yang terlibat merupakan warga desa asli sini karena disini tidak hanya kami pakai untuk mencari ekonomi tapi juga kami jaga kelestariannya. Warga sini yang paling mengerti hal ini,” ujarnya.
Saat ditanya lebih menguntungkan mana bertani atau mengelola pariwisata, Komarudin dengan mantap menjawab pariwisata. “Lebih menguntungkan dari hasil pariwisata, banyak yang ikut merasakan dampaknya,” pungkas Komarudin.(Rabi)