Rabu, 09 November 2016

Polemik Kebobrokan Menejemen RSUD Koesnadi





Sejumlah Dokter "Ngoceh" ke Publik

Salam X-Kars
Bondowoso, radarbesuki.com
         
Ketua Forum Spesialis RSUD Koesnadi, Dr. Andreas, memaparkan alasan pengunduran diri 22 dokter spesialis di RSUD Koesnadi Kabupaten Bondowoso,yang dimulai hari ini. Sebab, udah tidak ada cara lain lagi selain mengundurkan diri, karena pihak managemen sudah tidak ada kesesuaian dengan kita dan tidak mendukung kinerja kita dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

 
Andreas mengemukakan, dalam sebuah rumah sakit tidak ada yang lebih penting, baik fungsional, keberadaan dokter dan managemen sama –sama pentingnya. Jika di ibaratkan badan, maka semua penting dan memiliki tupoksi masing-masing.
“Jika salah satu sudah mengabaikan kepentingan bersama, maka fungsi sebuah rumah sakit sudah tidak normal,” katanya.

Menurutnya, tidak ada yang lebih penting, semuanya penting. Sejak awal Direktur sudah setuju akan menjalin kerjasama yang baik antara managemen dan fungsional (dokter spesialis) namun dalam perjalanan atau selama 4 tahun berjalan, masukan kita kok sering gak didengar. “Itulah yang membuat kami para dokter harus mengambil sikap, agar kita tidak selalu dijadikan sapi perahan,” ujarnya.

Dijelaskan, pihak RSUD seringkali mengabaikan kebutuhan peralatan medis yang diminta para dokter spesialis. Padahal, peralatan medis merupakan alat –alat  penting untuk memberikan pelayanan prima kepada pasien. Ia mencontohkan, kebutuhan peralatan operasi seperti gunting atau lainnya yang sudah bertahun –tahun dan harus diganti, tidak pernah dihiraukan.

“Menejemen  rumah sakit malah mendatangkan USG empat dimensi yang harganya mencapai milyaran, dan tidak begitu dibutuhkan. Soalnya yang tahu persis apa yang dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan adalah dokter. Tapi, usulan kita tidak pernah diakomodir, kita juga mengusulkan UPS untuk alat bantu nafas juga tidak pernah dihiraukan,” ujarnya

Dr. Andreas juga memaparkan, RSUD Koesnadi tidak melibatkan para dokter dalan merencanakan anggaran. Padahal, merekalah (dokter) yang bersentuhan langsung dengan penerima layanan (pasien). Rumah sakit ini tidak jelas mau dibawa kemana, apalagi dalam pembuatan rencana anggaran kita tidak pernah dilibatkan. “Padahal kalau ada masalah kita selalu memberi masukan tapi akhirnya tidak ada solusi, seperti antrean yang panjang, keberadaan ruang operasi, ICU dan ruang lainnya tidak ada solusinya,” katanya.

Ia mengaku, tidak bisa terus menerus bekerja dalam kondisi seperti ini. Dengan peralatan minim sangat beresiko memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Apalagi saat melakukan operasi memerlukan kelengkapan sarana prasarana mulai dari peralatan medis hingga jaminan listrik untuk tetap nyala. Sehingga, jika itu diteruskan terlalu beresiko melakukan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dijalankan secara auto pilot. Bayangkan, operasi tanpa ada kepastian listrik bisa terus nyala apa gak, di tengah –tengah operasi, misalkan kuret, ataupun pendarahan tiba –tiba listrik mati, kita tidak punya apa –apa.
“Padahal kita selalu bilang pastikan listrik selalu hidup. Standarnya adalah begitu listrik PLN mati, kita hanya punya waktu 7 detik supaya jenset nyala. Itu tidak bisa dilakukan, kadang –kadang 1 jam baru bisa nyala,” keluhnya.

Andreas mengaku, hingga saat ini  memang tidak pernah ada kasus saat melakukan operasi tiba-tiba listrik mati, namun yang menjadi pertanyaan sampai kapan rumah sakit daerah ini mau memperbaiki pelayanannya, apakah menunggu kasus yang tidak diharapkan terjadi?, sehingga dalam melakukan tindakan sangat tidak aman dengan cara layanan seperti ini,
“Dan ini jelas bertentangan dengan tugas dan nurani seorang dokter, yang kita inginkan adalah memberikan pelayanan kesehatan yang bagus dan aman, oleh karenanya, jika managemen tidak diganti kita pastikan mengundurkan diri,” pungkasnya. 

Sementara itu, Direktur Rumah sakit, Agus Suwarjito, hingga saat ini sulit untuk  bisa ditemui. Namun, menurut juru bicara RSUD dr.Koesnadi, Yudho, direktur sedang ada acara, sehingga tidak bisa memberikan keterangan.“Maaf kalau masalah yang mencuat ini saya tidak tahu apa –apa,” katanya. (rabi)
Dokter Mengundurkan Diri Bertambah
Salam X-Kars
Bondowoso, radarbesuki.com
Seorang dokter spesialis di RSUD Koesnadi Bondowoso, Jawa Timur, mengemukakan bahwa pengunduran diri dokter spesialis di rumah sakit milik Pemkab setempat kini bertambah menjadi 22 orang pasca-tiga dokter sebelumnya beberapa lalu mengundurkan diri karena manajemen yang kurang bagus.

"Sebelumnya saya bersama dua dokter spesialis lainnya sudah mengundurkan terlebih dahulu. Saat ini 22 dokter spesialis lainnya juga turut akan mengundurkan diri dan pada hari hari Senin (7/11) semua dokter tersebut akan menyerahkan surat pengunduran dirinya secara resmi," kata Dokter Spesialis RSUD Koesnadi Bondowoso dr. Yus Priyatna di Bondowoso.

Pengunduran diri puluhan dokter itu, lanjut dia, dilakukan setelah dirinya bersama dua dokter spesialis lainnya mengundurkan diri lebih awal, sehingga memicu aksi solidaritas dari dokter spesialis lain sebagai bentuk protes terhadap manajemen rumah sakit yang tidak peduli terhadap kebutuhan dokter.


Salah satu bentuk protes pengunduran diri para dokter spesialis, kata dia, diantaranya manajemen rumah sakit kurang peduli terhadap lampu penerangan di ruang operasi, sehingga ketika listrik padam dokter menggunakan lampu senter telepon seluler. "Tidak hanya itu, di eternet atau plafon ruang poli atapnya ambrol saat dokter sedang menangani pasien dan bahkan juga di ruang salah satu dokter plafonnya juga ambrol," ucapnya.

Menurut Priyatna, dirinya bersama 21 dokter spesialis lainnya sudah sepakat untuk mengundurkan diri secara bersama-sama pada Senin pekan depan dan surat pengunduran diri itu akan diberikan kepada Direktur RSUD Koesnadi dan Dinas Kesehatan Bonowoso. "Pengunduran diri para dokter ini juga merupakan bentuk protes terhadap pengelolaan manajemen rumah sakit yang dianggap sudah tidak sejalan dengan pemikiran para dokter ataupun semua komponen di RSUD Koesnadi. Sedangkan pemerintah daerah seakan tidak merespon terhadap keinginan para dokter.

Ia mengatakan pada dua minggi lalu telah diundang oleh Bupati Amin Said Husni ke pendopo. Dan meminta agar Diektur RSUD Koesnadi Bondowoso segera diganti karena sudah tidak sesuai dengan pemikiran para dokter."Bupati berjanji akan segera menindaklanjuti, akan tetapi setelah dua minggu ditunggu belum juga meresponnya dan akhirnya kami (semua dokter) memilih mengundurkan diri rame-rame," katanya menjelaskan.

Ia menambahkan, banyak hal yang menjadi alasan para dokter mengundurkan diri, diantaranya tidak  adanya transparansi Direktur RSUD dalam pengelolaan manajemen rumah sakit serta cara direktur memperlakukan tenaga medis sangat tidak layak.

Berikut 22 dokter spesialis RSUD Koesnadi Bondowoso yang mengundurkan diri diantaranya;

1. dr. Andreas Andrianto, Sp. B (K) Onk
2. dr. Marzuki, Sp. M
3. dr. LP Sri Tresnasih, Sp. A
4. dr. Gede Sumardana, Sp. OG
5. dr. Rini Widyastuti, Sp. THT
6. dr. H. R.Kamilka Taufiq, Sp. S 
7. dr. DP. Astiti Sudewi, Sp. Rad
8. dr. Suharto, Sp. PD
9. dr. Sujono Kardis, Sp. KJ
10. dr. Eka Widiyanta, Sp. BM
11. dr. Gunawan Suratmadji, Sp. PD
12. dr. Siti Kharidah, Sp. PA
13. dr. Wahyu Prabowo, Sp. B
14. dr. Rina Setiowati, Sp. Ort., MPH
15. dr. Nurwahyudi, Sp. JP
16. dr. Yus Priyatna, Sp. P
17. dr. Puji Elmiasih, Sp. PK
18. dr. Irma Kurniawati, Sp. KFR
19. dr. Karinda Dwiworo, Sp. OG
20. dr. Rudi Dewantara, Sp. OT
21. dr. Yus Deny, Sp. PD
22. dr. Dian Ika, Sp. AN 
By : radarbesuki.com  


Ini Alasan Para Dokter RSU dr H Koesnadi

Salam X-Kars
Bondowoso, radarbesuki.com
Alasan mundurnya 22 dokter specialis RSUD Dr. Koesnadi, Bondowoso, selain karena menejemennya yang tidak sesuai, dan menunggaknya pembayaran tunjangan untuk dokter spesialis hingga mencapai Rp 1, 32 miliar selama setahun.

Hal itu diungkapkan oleh salah satu dokter Spesialis Penyakit Dalam, Yus Deny Lanasakti, bahwa jumlah itu berdasar perhitungan belum dibayarnya tunjangan selama setahunan untuk 22 dokter spesialis. “Tidak cairnya tujangan kepada 22 orang dokter specialis, hingga kami menyatakan mundur dari rumah sakit  Itu juga menjadi salah satu alasan mundur, selain masalah manajemen, ditambah sarana prasarana alat kesehatan dan infrastruktur RSUD Dr. Koesnadi,”kata Yus Deny.

Ia juga mengemukakan, tentang jasa medik itu bukan alasan utama kami. Tapi memang tidak bisa dipungkiri itu jadi masalah, dan hal itu perlu digaris bawahi juga. Sebab, sejak ia masuk bulan Februari 2016, jasa medik sudah nunggak 5 bulan, hak lain adalah insentif dokter spesialis yang tidak dibayar sejak Desember 2015. “Kita tidak minta naik bayaran, tapi yang menjadi hak kami, karena kami sudah bekerja tolong dibayar," keluhnya.

Soal jasa medik yang tidak dibayarkan, menurut Yus Deny, bukan hanya dokter spesialis saja, tapi semua petugas yang bekerja di RSUD. Padahal, anggaran untuk pembayaran berbagai kewajiban RSUD tersebut sudah tersedia, dan anggaran itu sudah ada. Tapi tidak dibayarkan. “Setelah kami posting keluhan di medsos baru ditanggapi dan hanya dibayar 1 bulan. Tapi setelah itu nunggak lagi," ujarnya.

Sementara itu, dokter Spesialis Ortopedi, Rudi Dewantara juga mengungkapkan hal yang sama, dirinya baru mengetahui sejak sebulan lalu bahwa terkait berkas Jasa Raharja untuk pasien trauma sama sekali tidak mendapat perhatian dari pihak RSUD sejak 2015 lalu, sehingga menjadi pertanyaan."Saya sendiri sebenarnya tidak tahu soal itu, karena yang saya urusi hanya pasien. Bagaimana pasien itu  cepat ditangani dan tidak bingung soal administrasi, dan itu baru diketahui bulan kemarin, ternyata RSUD tidak pernah membuka berkas jasa raharja sejak 2015,” katanya.


Padahal, sambung Rudi, ada biaya yang harus dikeluarkan untuk setiap tindakan medik. Meski tidak mempengaruhi pasien karena sudah tertangani. Tidak tertibnya berkas Jasa Raharja itu dapat menyebakan kerugian pada RSUD Dr. Koesnadi.“Itulah yang membuat saya timbul tanda tanya, karena selalu saja ada persoalan administrasi yang amburadul,”tegasnya.

Sementara itu, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koesnadi Kabupaten Bondowoso, Dr. Agus Suwardjito saat dikonfirmasi sejumlah wartawan terkait pengunduran diri 22 dokter spesialis RSUD Koesnadi, termasuk ungkapan berbagai macam kasus, enggan berkomentar. Sebab pengelolaan managemen rumah sakit telah diambil alih oleh Bupati Bondowoso, Amin Said Husni.
“Saat ini manajemen rumah sakit untuk sementara diambil alih oleh Bupati yang mendelegasikan kepada dewan pengawas rumah sakit,”kata Direktur RSUD, kepada sejumlah wartawan.

Mantan Kadis Kesehatan ini mengaku tidak berhak memberikan klarifikasi soal pengunduran diri dokter spesialis itu, yang berhak adalah Bupati selaku owner RSUD Bondowoso. Namun, Agus Suwardjito memastikan terkait pelayanan di RSUD masih berjalan dengan baik. “22 orang dokter spesialis yang dikabarkan mengundurkan diri, hari ini masih memberikan pelayanan kepada pasien. Bisa dilihat di tempat pelayanan masing-masing dokter, mereka saat ini masih memberikan pelayanan kok,” ujarnya. (rabi)

Bupati Ambil Alih Managemen RSU
Salam X-Kars
Bondowoso, radarbesuki.com
Paska pengunduran diri puluhan dokter yang ada di rumah sakit umum (RSU) dr Koesnadi Bondowoso, sejumlah masyarakat dicekam kekhawatiran yang cukup tinggi. Betapa tidak, para dokter yang kompak mengajukan mundur dari jabatannya di RSU tersebut mayoritas dokter specialis.

       
Menanggapi kondisi ini, maka secara tegas Bupati Bondowoso mengambil alih management RSU. Pemkab tidak mau masyarakat bondowoso resah berkepanjangan, serta berjanji akan menetralisir keadaan. “Untuk sementara, terkait management RSU diambil alih oleh Bupati,” kata dr. Agus S, M.Kes.

Menurutnya, dalam pengambil alihan ini guna menetralisir keadaan yang menurut bupati akan mengancam kenyamanan masyarakat Bondowoso. “Untuk penyelesaian masalah yang ada, maka Bupati menyerahkannya kepada Dewan Pengawas RS, jelasnya langsung kepada Bupati,” tukasnya.
          
Informasinya, munculnya permasalahan management di RSU dr. Koesnadi memnbuat situasi kurang kondusip. Meskipun begitu, pelayanan dirumah sakit ini tetap berjalan seperti biasa. Para pasien rawat inap juga mendapat pelayanan dari para perawat yang bertugas.
          
Guna mengatasi hal yang tidak di inginkan, maka H. Amin Said Husni, Bupati Bondowoso mengambil alih pimpinan management. Kabarnya, lantaran kurang responsipnya direktur RSU, maka puluhan dokter yang ada rame –rame mengajukan surat pengunduran diri.
          
Akibatnya, banyak asumsi yang berkembang ditengah masyarakat, ada sebagian yang mengatakan bahwa semua ini dampak dari mulai tersentuhnya kasus dugaan korupsi  tambah daya listrik (TDL) yang kemudian menetapkan 2 tersangka, diantaranya adalah pihak kontraktor.
          
Sementara, menurut sumber rabi, kekompakan sekitar 20 an dokter yang mayoritas dokter speciaalis tersebut, lantaran kuran responnya direktur RSU dalam menampung dan menanggapi usulan kebutuhan para dokter. Bahkan, hal itu terjadi sejak desember 2015 lalu.
Sekadar diketahui, sebanyak 22 orang dokter yang mengajukan mundur hari Senin, (7/11), mendapat tanggapan serius dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso. Ia mengatakan jika para dokter specialis tersebut benar –benar  mundur, maka merupakan bencana bagi Bondowoso.
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso, dr. Muhammad  Imron, kepada sejumlah wartawan, bahwa 22 dokter specialis tersebut belum menyampaikan alasan utama kepada Dinas Kesehatan. Jadi yang ditangkapnya seperti itu.
Masalah yang terjadi di RSU itu urusan internal rumah sakit, termasuk kabar tentang permasalahan terkait management. Hanya saja, pihak Dinkes tidak bisa melakukan intervensi kepada RSUD, karena disana sudah ada dewan pengawas yang akan memfasilitasi internal rumah sakit, dan kembalinya nanti kepada Bupati sebagai Kepla Daerah Bondowoso untuk memutuskan. (rabi)
Penegak Hukum Didesak Usut RSU
Salam X-Kars
Bondowoso, radarbesuki.com
Isu mundurnya 22 orang dokter specialis di RSUD dr.Koesnadi Bondowoso, mendapat perhatian serius dari masyarakat. Pasalnya kejadian tersebut  berkaitan dengan menejemen dan berdampak kepada pengelolaan keuangan.
Praktisi Hukum Bondowoso, Sido Gatot SH, mengatakan, mundurnya 22 orang dokter RSUD tersebut ada persoalan yang harus diungkap oleh penegak hukum. Masalahnya, yang menjadi alasan lain sehingga para dokter specialis itu mengajukan mundur adalah masalah tunjangan yang konon katanya dipotong oleh menejemen.


         
“Nah disitu ada unsur pidananya, karena yang menjadi hak para dokter dipotong, akibatnya mereka dirugikan, dan ini pidana murni yang harus diungkap oleh Kepolisian,”kata Sido Gatot.
Selain itu, karena pengelolaan keuangan RSUD berkaitan dengan penggunaan APBD, maka Unit Tipikor Polres atau seksi pidana khusus Kejaksaan Negeri Bondowoso memanggil menejemen RSUD untuk melakukan penyelidikan.
“Masyarakat sudah mengetahui semua kasus yang terjadi di RSUD, apalagi setiap hari selalu muncul di media masa. Kalau penegak hukum tidak mengambil sikap masyarakat akan bertanya-tanya,”terangnya.
         
Masih Sido Gatot, seperti yang diungkapkan oleh salah dokter specialis, Yus Deny, bahwa tunjangan dokter spesialis yang katanya belum dibayar. Padahal uangnya ada, ditambah lagi adanya alat CT-Scan yang mangkrak dan beberapa alat medis lainnya yang menghabiskan anggaran tidak sedikit.
“Polisi atau Jaksa bisa mengorek keterangan dari semua dokter specialis itu, dan ini peluang bagi penegak hukum untuk mengungkap dugaan korupsi dirumah sakit plat merah itu,”tegasnya.

Namun, semuanya terserah penegak hukum, apa harus menunggu laporan atau mau mengungkap. Meski begitu, menurut salah satu pengacara ini, penegak hukum jangan setengah hati untuk mengungkap kasus RSUD ini. Karena tidak jarang kasus RSUD hilang ditengah jalan hanya alasan tidak cukup bukti.
“Apalagi, Direkturnya pernah tersandung kasus dugaan korupsi pembangunan Puskesmas Pujer beberapa tahun yang lalu hingga saat ini tidak jelas kasusnya,”ungkpanya.
         
Kendati demikian, pihaknya tidak bisa memaksa penegak hukum Bondowoso untuk menyeret menejeman RSUD menjadi pesakitan, karena kewenangan untuk memeriksa orang yang diduga melakukan tindak pidana adalah Polisi dan Kejaksaan.
Namun, ketika mengingat pernyataan Presiden Joko Widodo, Hukum harus ditegakkan dan tidak boleh tumpul keatas, karena menurut Presiden saat itu hukum diatas segala-galanya dan tidak memandang orang kecil dan besar.
“Ketika melakukan kesalahan, apalagi menyalagunakan keuangan milik Negara, maka harus diusut tuntas ke akar-akarnya.”imbuhnya. (rabi)