Salam X-Kars
Kisah Aji Saka Dalam Arti
dan Makna (01)
Radar Besuki
Karya klasik berbentuk puisi tembang macapat, dan berbahasa
Jawa Baru. Isi teks tentang cerita mitos yang dimulai dengan kedatangan Aji
Saka dari Arab ( bumi Majeti )ke Tanah Jawa atau Medhang Kamulan. Diceritakan
pula tentang kematian Prabu Dewatacengkar oleh Aji Saka yang kemudian
menggantikannya sebagai raja di Medhang Kamulan dengan gelar Prabu Jaka. Cerita
ini diakhiri dengan peperangan antara para Adipati Brang Wetan (pesisir timur)
melawan Prabu Banjaransari di Kerajaan Galuh.Aji Saka dalam perjalanannya ke
Medhang Kamulan singgah di rumah seorang janda bernama Sengkeran. Ditempat
inilah banyak orang yang berguru kepada Aji Saka. Raja Medhang Kamulan, Prabu
Dewatacengkar, senang sekali melihat banyak orang ditempat tersebut kesukaannya
memakan daging manusia. Oleh karena itu orang-orang menjadi takut.Aji Saka
menawarkan dirinya lewat Patih Trenggana agar dihadapkan sebagai santapannya.
Ia mengajukan persyaratan meminta tanah seluas ikat kepala yang dimilikinya
untuk dibentangkan di tanah tersebut.
Raja Dewatacengkar menyanggupinya sehingga ikat kepala yang
dibentangkan tadi memenuhi wilayah Medhang Kamulan. Dewatacengkar terdesak dan
akhirnya sampai di pantai selatan hingga tercebur dalam samudera dan berubah
wujud menjadi buaya putih. Selanjutnya Aji Saka kembali ke Medhang Kamulan dan
menggantikan kedudukannya sebagai raja dengan gelar prabu Jaka atau Prabu Anom
Aji Saka. Sepeninggal Dewatacengkar kerajaan Medhang Kamulan menjadi aman
tenteram dan damai kekuasaan Aji Saka. Ia dapat membuat manusia dengan tanah
dan menciptakan aksara Jawa yang disebut Dhentawyanjana. Diceritakan pula
mengenai naga Nginglung yang mengaku dirinya sebagai putra prabu Jaka. Ia
disuruh untuk membunuh buaya putih di samudera yang merupakan penjelmaan
Dewatacengkar. Naga tersebut dapat membunuh buaya putih sehingga diakui sebagai
putranya dan diberi nama Tunggul Wulung.
Raden Daniswara di Panungkulan bermaksud ingin merebut
Kerajaan Medhang. Ia disarankan oleh Hyang Sendhula agar meminta bantuan kepada
ratu Kidul yang bernama Ratu Angin-Angin. Ia kemudian dapat menjadi raja di
tanah Jawa dengan sebutan Raja Daniswara atau Srimapunggung. Ki Jugulmudha
dijadikan patih dengan gelar Adipati Jugulmudha. Langkah selanjutnya adalah
ingin menaklukan pesisir mencanegara. Setelah selesai tugasnya ia kembali ke
Panungkulan dan selanjutnya berniat menaklukan Medhang. Akhirnya Aji Saka moksa
bersama dengan kerajaannya sedangkan Medhang dibawah kekuasaan Srimapunggung.
Setelah Srimapunggung moksa kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Sri
Kandhihuwan. Setelah Sri Kandhihuwan moksa kemudian digantikan oleh prabu
Kelapagadhing. Selanjutnya kekuasaan secara berturut-turut digantikan oleh :
(1) Prabu Andhong, (2) Sri Andhongwilis, (3) Prabu Banakeling, (4) Sri
Banagaluh, (5) Sri Awulangit, (6) Ratu Tunggul, (7) Selaraja, (8)
Mundhingwangi, (9) Mundhigsari, (10) Jajalsengara, (11) Gilingwesi, (12) Sri
Prawatasari, (13) Wanasantun, (14) Sanasewu, (15) Raja Tanduran, (16) Rama
Jayarata, (17) Raja Ketangga, (18) Raja Umbulsantuin, (19) Raja Padhangling,
(20) Ratu Prambanan, (21) Resi Getayu, (22) Lembu Amiluhur, (23) Raden Laleyan,
dan (24) Raden Banjaransari). Pusat kerajaan di Medhang Pangremesan atau
Jenggala.
Pada saat pemerintahan Raden Banjaransari, ia mendapatkan
wangsit dari dewa Sang Hyang Narada agar meninggalkan kerajaan untuk pergi ke
arah barat yang akhirnya sampai di Gua Terusan untuk bertapa. Ditempat inilah
ia dapat bertemu dengan kakeknya, Sang Hyang Sindula, yang akhirnya dapat
menjadi raja di Kerajaan Galuh. Disebutkan…..(Asambung…..)