Kamis, 08 September 2016

Ajari Anak

Cara Menanamkan Nilai Keagamaan pada Anak

Radar Besuki

Mengajarkan nilai-nilai agama kepada anak menjadi salah satu tugas wajib orang tua. Psikolog Najeela Shihab menjelaskan langkah yang tepat agar anak dapat menerapkan nilai keagamaan dalam kehidupan sehari –hari.


Psikolog Najeela Shihab

Pertama, jangan hanya fokus pada ritual, tetapi juga makna sesungguhnya, yaitu berkomunikasi dengan Tuhan.

“Terkadang anak hanya diajarkan untuk menghapal doa atau ritual beribadah sehingga esensi yang terpenting, yaitu berkomunikasi dengan Tuhan tak ditangkap oleh anak,” ujarnya dalam edukasi kesehatan di Jakarta.

Kedua, pendekatan seputar agama juga memberi pengaruh pada anak. Beberapa orang tua mengajarkan agama dengan menakuti anak –anak. Misalnya, siapa tak ibadah akan masuk neraka.
"Seharusnya anak beribadah karena mereka paham dengan agama mereka dan cinta pada Penciptanya, bukan karena takut," terangnya.
Jika pun berhasil, metode tersebut biasanya tak akan berlanjut hingga dewasa.

Terakhir, berdiskusilah dengan anak. Masih banyak orang tua mengabaikan pertanyaan anak, karena beranggapan melakukan ibadah menjadi hal yang tak perlu lagi dipertanyakan. 

Najeela sendiri menyayangkan banyak orang tua di Indonesia yang tidak senang anaknya memiliki sifat kritis, terutama jika banyak bertanya tentang agama.

“Padahal anak zaman sekarang kan kritis, banyak pertanyaan. Kalau dilarang bertanya, bagaimana bisa menumbuhkan minat mereka pada agama?” kata dia.


Disisi lain, mendidik si kecil di rumah bisa jadi berbeda dengan cara mendidik anak yang lainnya. Psikolog anak, remaja, dan keluarga Efnie Indrianie, M. Psi, mengatakan bahwa memang secara umum kita harus menstimulasi perkembangan otak anak secara optimal. Namun, hal yang sering terlewatkan adalah pembentukan karakternya. 


Psikolog yang juga dosen di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung ini juga memberikan beberapa cara  mendidik yang tepat, yaitu dengan memperhatikan karakter yang dimiliki oleh anak. 
Efnie mengatakan, bahwa mendidik anak berkaitan dengan sistem kerja otak anak, dan ada beberapa tipe karakter (sifat yang dibawa sejak lahir dan sifat tersebut relatif menetap).  
Lebih lanjut lagi ia menambahkan, jika dikaitkan dengan struktur otak (triune brain) terdapat 3 macam karakter secara umum, yaitu: 

- Instinktif. Anak yang memiliki karakter ini pada dasarnya lebih senang melakukan sesuatu berdasarkan keinginannya sendiri. Keras, cuek, tidak mudah dipengaruhi, dan sulit diubah pendiriannya. Pada umumnya, anak dengan karakter seperti ini tidak terlalu sulit dalam menghadapi situasi baru.

- Intuitif. Anak dengan karakter ini pada dasarnya didominasi oleh perasaan, sensitif, sedikit emosional. Anak dengan karakter ini yang biasanya sulit untuk beradaptasi saat berada di lingkungan baru. 

- Logis. Anak dengan karakter ini pada dasarnya didominasi oleh logika. Anak dengan tipe ini akan lebih termotivasi jika hal-hal yang ia kerjakan memperoleh rewards. Anak dengan karakter ini juga biasanya tidak terlalu sulit untuk beradaptasi di lingkungan baru.

Mengembalikan Rasa Percaya Diri Anak yang Terkena Bullying

Pelecehan atau biasa disebut bullying adalah salah satu masalah sosial yang kini kerap dialami oleh anak-anak, baik secara fisik maupun mental.

Di saat kecil, biasanya jenis bully yang dialami berkaitan dengan fisik, misalnya karena obesitas atau kegemukan.

Sebagai orangtua, sikap apakah yang harus dilakukan agar anak tetap tegar?

"Pada umumnya, korban bully akan mengalami penurunan rasa percaya diri. Oleh karena itu, orangtua berperan dalam mengembalikan rasa percaya diri tersebut," ungkap Dra. Naomi Soetikno, Psi., M.Pd, psikolog klinis anak dalam forum Ngobras bertema Mencegah Obesitas Anak dengan Aktif Bergerak, Selasa (23/8/2016).

Ia menjelaskan, orangtua sebaiknya menanamkan paham agar anak dapat menerima diri apa adanya.

Orangtua sebaiknya menuntun anak untuk mengetahui bakatnya, baik di bidang akademis maupun seni, agar memandang dirinya berharga. Selain itu, orangtua juga harus menanamkan paham agar anak merasa dirinya dicintai.

Selanjutnya, orangtua mengajak anak untuk melihat kondisi tubuhnya. Jika anak memang mengalami obesitas, berikan pemahaman tentang pentingnya memiliki tubuh sehat.

Hal itu membantu membuka pikiran anak agar mau bergerak.
"Salah satu trik nya, orang tua boleh menantang anaksupaya mau lebih banyak beraktivitas atau mencoba mengurangi makanan manis, instan, atau berlemak," sarannya.
Secara mental, coba berikan anak tips dan trik saat perasaannya sedih karena di-bully.
Mendengarkan apa yang dilakukan anak dalam menghadapi tekanan tersebut adalah salah satu cara positif.


Bila anak dapat menyikapinya dengan baik, seperti tidak membalas, atau bersikap acuh tak acuh pada pembully, tak ada salahnya memberikan hadiah sebagi bentuk apresiasi pada sikap bijak anak.

Beberapa dukungan semacam ini bisa membuat anak kembali percaya diri dan mencoba menjalani pola hidup sehat. (rabi)