Selasa, 15 November 2016

Gusdurian Akan Bumikan 9 Nilai Pemikiran Gus Dur



Salam X-Kars
Bondowoso, radarbesuki.com
Jaringan Gusdurian Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur akan memperingati Hari Toleransi. Hal ini guna mengenang dan sekaligus mengingat kembali pemikiran –pemikiran Gus Dur yang begitu filosofis. Salah satunya dengan nonton bareng (nobar) film “Cahaya Timur, Kota Teror”.
Kegiatan tersebut akan dilaksanakan di Akademi Komunitas Negeri pada Rabu 16 November 2016, (hari ini). Kordinator Jaringan Gusdurian Bondowoso, Daris Wibisono Setiawan mengatakan film tersebut berdurasi kurang lebih satu setengah jam. “Kita akan nonton bareng (Nobar) guna menyegarkan ingatan kita,” ujarnya.


Selain itu, kata Daris, nobar tersebut akan melibatkan penonton dari tokoh lintas agama, ormas, organisasi kepemudaan (OKP) delegasi dari OSIS, dan mahasiswa Akademi Komunitas Negeri Bondowoso. “Semua tokoh agama mulai dari Islam hingga non Islam kami undang untuk nobar kali ini,” tambahnya.
Pihaknya juga akan tonjolkan potensi daerah dalam momen yang tersirat makna filosofi dan pelajaran budaya kehidupan dengan implimentasi pemikiran Gus Dur. Ia berharap dari kegiatan tersebut  menumbuhkan semangat menghargai perbedaan, memperluas jaringan semangat GusDurian dan membumikan 9 nilai –nilai Gus Dur.

Informasinya, dalam gelar nobar ini akan ada hiburannya dari penampilan –penampilan  di antaranya ada tari tradisional yang spektakuler, akustik dan kesenian singo ulung. Yang dimaksud dengan 9 nilai –nilai pemikiran Gus Dur adalah : Ketauhidan, bersumber dari keimanan kepada Allah sebagai yang Maha Ada, satu –satunya Dzat hakiki yang Maha Cinta Kasih, yang disebut dengan berbagai nama.

            Lalu, Kemanusiaan, Keadilan, Kesetaraan, Pembebasan, Kesederhanaan, Persaudaraan, Keksatriaan dan Kearifan Lokal. Kearifan lokal bersumber dari nilai –nilai sosial –budaya yang berpijak pada tradisi dan praktik terbaik kehidupan masyarakat setempat. Kearifan lokal Indonesia di antaranya berwujud dasar negara Pancasila, Konstitusi UUD 1945, prinsip Bhineka Tunggal Ika, dan seluruh tata nilai kebudayaan Nusantara yang beradab.

Gus Dur menggerakkan kearifan lokal dan menjadikannya sebagai sumber gagasan dan pijakan sosial –budaya –politik dalam membumikan keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan, tanpa kehilangan sikap terbuka dan progresif terhadap perkembangan peradaban. Lokasi pagelaran adalah di sekitar LA (Alun –alun kota), RBH Ki Ronggo.