Salam X-Kars
Nasional - Bencana tanah retak melanda lingkungan Dusun Njelok
RADAR BESUKI
Bencana tanah retak melanda lingkungan Dusun Njelok, Desa Parakan,
Kecamatan/Kabupaten Trenggalek. Tanah di belakang rumah Suroso warga
setempat tiba-tiba rengkak. Tanpa menunggu waktu lama retakan menjalar ke 23 rumah warga
lain, termasuk merusak satu buah rumah ibadah (musala). Khawatir celaka
puluhan warga memutuskan mengungsi. Mereka angkat kaki dan berpindah ke
rumah kerabat yang dinilai lebih aman.
“Kita memutuskan mengevakuasi ke tempat yang lebih aman,“ ujar
Koordinator Pusat Pengendalian Operasi Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Trenggalek Sarimumanti kepada wartawan.Lokasi permukiman warga adalah perbukitan yang berada di lereng
Gunung Wlilis. Sebagian besar kawasan ini kehilangan tanaman berakar
tunggang sehingga membuat kontur tanah menjadi labil.
Tidak hanya ambrol, curah hujan tinggi membuat tanah bergerak.
Menurut Sarimumanti, warga akhirnya memutuskan hengkang setelah melihat
lantai dan tembok rumahnya pecah.
“Saat retak terjadi di perbukitan warga masih nekat bertahan.
Namun, setelah lantai dan tembok rumah ikut retak, mereka akhirnya
memutuskan mengungsi,“ terang Sarimumanti.
Dari data yang dihimpun, bencana tanah retak juga terjadi di
wilayah Desa Dawuhan Kecamatan/Kabupaten Trenggalek. Retakan berpotensi
longsor mengancam tujuh rumah warga.
Selain wilayah kota, terjangan bencana banjir bandang dan longsor
juga hampir merata. Di antaranya di kawasan jalur lintas selatan, yakni
Kecamatan Watulimo, Panggul, Kampak, Dongko dan Munjungan. Bencana
seolah langganan di setiap musim penghujan.
Selain itu, di Kecamatan Tugu dan Bendungan. Bahkan, longsor di
Desa Nglinggis Kecamatan Tugu sempat melumpuhkan jalan propinsi antara
Trenggalek-Ponorogo. Bertubi tubinya bencana dan nyaris tidak berhenti
sempat memunculkan tudingan bahwa Bupati Trenggalek Emil Elestianto
Dardak tidak memiliki konsep penanggulangan (mitigasi) pascabencana yang
jelas.
Sementara Pemkab Trenggalek hanya membantu korban tanpa ada
rancangan pencegahan. Akibatnya, setiap musim penghujan datang bencana
terus terulang.
Menurut Sari, BPBD melakukan pantauan 24 jam di lokasi bencana.
Sebab, di pagi dan siang hari tidak sedikit warga menjenguk rumahnya dan
kembali mengungsi saat malam tiba. Pemkab menjadikan kantor desa sebagai tempat mengungsi bagi warga
yang tidak memiliki kerabat dekat. “Kita terus mengimbau untuk
meningkatkan kewaspadaan. Sebab, bencana bisa datang sewaktu waktu,“
terangnya.
Bersama aparat kepolisian dan TNI, BPBD serta warga membuat
selokan di sekitar rengkahan tanah. Tujuannya agar air hujan yang
tercurah tidak langsung masuk ke dalam rengkahan tanah.Hanung Kurniawan, warga Kecamatan Munjungan meminta BPBD
memetakan ulang kawasan bencana di Trenggalek. Dia berharap, pemkab
segera mempublikasikan ke khalayak. “Sebab masyarakat membutuhkan peta
bencana ini. Dan itu bisa untuk meningkatkan kewaspadaan, “ ujarnya.(Rabi)