Salam X-Kars
Radar Besuki
Dalam prasasti Kui (840M)
disebutkan bahwa di Jawa terdapat banyak pedagang asing dari mancanagara
untuk berdagang misal Cempa (Champa), Kmir (Khmer-Kamboja), Reman (Mon),
Gola (Bengali), Haryya (Arya) dan Keling.
Untuk kebutuhan administrasi,
terdapat para pejabat lokal yang mengurusi para pedagang asing tersebut, misal Juru
China yang mengurusi para pedagang dari China dan Juru Barata
yang mengurusi para pedagang dari India. Mereka seperti Konsul yang
bertanggung jawab atas kaum pedagang asing.
Di dalam catatan sejarah, kita
mengenal gelar “Sang Haji (Sangaji)” merupakan gelar dibawah “Sang
Ratu”, seperti contoh Haji Sunda pada Suryawarman (536M) dari
Taruma, Haji Dharmasetu pada Maharaja Dharanindra (782M)
dari Medang. Haji Patapan pada Maharaja Samaratunggadewa
(824M) dari Medang.
Legenda Ajisaka
Dalam legenda tanah Jawa, kita mengenal nama tokoh Ajisaka. Ajisaka
sangat mungkin, berasal dari kata Haji Saka, bermakna
Perwakilan Negara (Duta) atau Konsul yang bertanggung jawab atas para pedagang
asing, yang berasal dari negeri Saka (Sakas).
Lalu dimanakah Negeri Sakas itu?
Di dalam sejarah India, dikenal negara Sakas
atau Western Satrap. Pada tahun 78M Western
Satrap (Sakas) mengalahkan Wikramaditya dari Dinasti
Wikrama India. Kemenangan pada tahun 78M dijadikan
sebagai tahun dasar dari penanggalan (kalender) Saka. Wilayah Western
Satrap mencakup Rajastan, Madya Pradesh, Gujarat, dan
Maharashtra.
Para raja dari Western Satrap biasanya memakai dua bahasa
yaitu Sankrit (Sansekerta) dan Prakit serta
dua aksara yaitu Brahmi dan Yunani dalam
proses pembuatan prasasti dan mata uang logam
kerajaan. Sejak pemerintahan Rudrasimha (160M-197M), pembuatan
mata uang logam kerajaan selalu mencantumkan tahun
pembuatannya berdasarkan pada Kalender Saka.
Keberadaan Sakas dengan Kalender Saka-nya,
nampaknya bersesuaian dengan Legenda Jawa, yang menceritakan Ajisaka
(Haji Saka), sebagai pelopor Penanggalan Saka di
pulau Jawa.
Dewawarman I, bukan Ajisaka
Di dalam Naskah Wangsakerta, kita mengenal seorang pedagang
dari tanah India, yang bernama Dewawarman I. Beliau dikenal
sebagai pendiri Kerajaan Salakanagara. Ada sejarawan
berpendapat, bahwa Dewawarman I adalah
indentik dengan Haji Saka (Ajisaka). Akan tetapi apabila kita
selusuri lebih mendalam, sepertinya keduanya adalah dua orang yang berbeda.
Ajisaka (Haji Saka), tidak dikenal sebagai pendiri sebuah
Kerajaan, melainkan dikenal membawa pengetahuan penanggalan, bagi penduduk
Jawa. Sebaliknya Dewawarman I adalah pendiri Kerajaan
Salakanagara, dan tidak ada riwayat yang menceritakan, bahwa beliau
pelopor Kalender Saka.
Dewawarman I di-indentifikasikan berasal dari Dinasti
Pallawa (Pahlavas), beliau berkebangsaan Indo-Parthian,
yang berkemungkinan salah satu leluhurnya adalah Arsaces I (King) of
PARTHIA. Dan jika diselusuri silsilahnya akan terus menyambung kepada Artaxerxes
II of Persia bin Darius II of Persia bin Artaxerxes I of Persia bin Xerxes I
“The Great” of Persia bin Atossa of Persia binti Cyrus II “The Great” of Persia
(Zulqarnain).
Sementara Ajisaka (Haji Saka), di-identifikasikan berasal
dari Sakas (Western Satrap), beliau berkebangsaan Indo-Scythian,
dimana susur galurnya besar kemungkinan, menyambung kepada keluarga kerajaan di
India Utara (King Moga/Maues).
Namun ternyata, kedua Leluhur masyarakat Sunda
dan Jawa ini, memiliki satu persamaan, yakni : Dewawarman
I (Indo-Parthian) dan Ajisaka (Indo-Scythian),
sesungguhnya merupakan Zuriat (Keturunan) dari Nabi
Ishaq bin Nabi Ibrahim (Bani Ishaq), yaitu melalui dua anaknya Nabi
Yakub (Jacob) dan Al Aish (Esau).
WaLlahu a’lamu bishshawab