Salam X- Kars
Banyuwangi - Radar Besuki
Hiruk pikuk penyembelihan hewan kurban masih saja terus berkumandang sementara neraca daging sapi di Banyuwangi saat ini masih mengalami surplus. Produksi daging sapi harian Banyuwangi sebesar 4,40 ton per hari, sedangkan konsumsi daging sapi masyarakat Banyuwangi sebesar 4,27 ton per hari.
Demikian ditegaskan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Peternakan Banyuwangi, drh. Benny Handarwanto, Rabu (14/9). Hal itu membuat dinas Peternakan setempat untuk memacu agar populasi sapi terus meningkat.
"Angka ketersediaan dan konsumsi daging, kita masih surplus 0,13 ton. Angka ini terus kita pacu. Meningkatkan populasi sapi dengan menghasilkan anakan sapi yang berkualitas dalam waktu serempak,” ungkap drh. Benny.
Menurut Benny, peningkatan populasi ini penting karena ke depan kan pasti kebutuhan daging akan terus naik. Hal itu seiring perbaikan ekonomi warga dan peningkatan jumlah penduduk.
Program peningkatan populasi sapi dengan menghasilkan anakan dalam waktu serempak tersebut dilakukan secara masal pada 1.200 sapi betina produktif se-Banyuwangi.
Pelaksanaannya, urai Benny mengatakan , dilakukan melalui dua langkah, yaitu proses sinkronisasi birahi dan kawin suntik alias inseminasi secara serentak. Dalam tahap sinkronisasi ini, sapi-sapi yang dipilih diberi suntikan hormon agar siap dibuahi. Tahap ini telah dilakukan pada Mei-Juni 2016.
Setelah siap, sapi-sapi tersebut diinseminasi sekitar empat hari pasca sinkronisasi birahi lewat pelaksanaan Pekan Inseminasi Buatan," jelasnya. .
Menurut Benny, sapi yang menjadi target program ini sebelumnya sudah diperiksa dan dipastikan tidak mengalami gangguan reproduksi, sehingga bisa berhasil dalam program inseminasi.
“Hasilnya, dalam sembilan bulan ke depan setelah sinkronisasi birahi, akan lahir ribuan pedhet (anak sapi) unggulan secara bersamaan di seluruh kecamatan. Kami prediksi, kelahiran pedhet-pedhet ini akan terjadi pada April 2017,” terangnya.
Di samping menjadi penyedia daging, anak sapi yang lahir juga disiapkan sebagai sapi indukan yang berkualitas unggul. Salah satu ciri sapi unggulan adalah saat lahir bobotnya minimal 25 kg dan tidak ada cacat fisik.
“Program ini, kualitas sapinya bisa dipastikan bagus, bahkan dewasa nanti bobotnya bisa capai satu ton. Sehingga daging yang dihasilkan juga banyak,” imbuh Benny.
Saat ini jumlah sapi yang ada di Banyuwangi sekitar 120 ribu ekor, dengan rincian 72 ribu sapi betina dan 48 ribu sapi jantan. Untuk melindungi sapi betina yang produktif, pemerintah memberikan kompensasi Rp500.000 per sapi betina yang bunting kepada peternak agar tidak disembelih.
Benny mengakui, cukup terbantu dengan kehadiran Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (Unair) Kampus Banyuwangi. Banyak mahasiswa Unair yang terlibat membantu berbagai permasalahan sektor peternakan di Banyuwangi.(Rabi)