Salam X- Kars
Bondowoso - Radar Besukib
Bondowoso terkenal dengan sebutan kota tape meski kini mendeklarasikan sebagai republik kopi .Tape yang dibuat dari bahan dasar singkong ini cukup dikenalb,sayangnya masih juga ada beberapa kendala ,salah satunya singkong atau ketela pohon yg selama ini menjadi andalan daerah kering di kabupaten Bondowoso sepertinya harus menelan ludah dan membuat para petani singkong menjerit. Pasalnya harga yg sangat murah dan cendrung tidak laku. Banyak petani yang membuat singkongnya menjadi gaplek, karena takut tidak bisa menanam lagi pada musim penghujan mendatang. Tentu harga dari penjualan gaplek lebih parah dibanding singkong.
" Harga gaplek di petani kalau berukuran kecil adalah Rp. 800,-, sedangkan yang berukuran besar dihargai Rp. 1.000,- per kg. Sedangkan 1 kwintal singkong hanya bisa diolah menjadi 40 kg gaplek kering."disebutkan salah seorang petani singkong yang enggan disebut namanya.
Konsumsi tape perkwintal normal 200 ribu. Tapi entah karena stok banyak atau bagaimana, harga tidak stabil. Ada yang masok 120 ribu kotor. Bersih bisa 80 ribu " Ujarnya.
Adapun yang selama ini dikenal sebagai salah satu desa penghasil singkong diantaranya desa Purnama ,Curahdami dan Jambe Ungu serta Tangulangin
Dilain tempat Busiri yang juga petani singkong menyampaikan "Anjloknya harga yang dialami petani singkong di daerahnya ini mirip dengan kejadian di tahun 1998, di mana saat itu harga singkong anjlok sedangkan harga pupuk naik dari Rp. 26.000,- menjadi Rp. 60.000,-."
"Kalau pada tahun lalu harga singkong mencapai 2 juta rupiah perton, sedangkan tahun ini hanya berkisar 1 juta rupiah saja. Hal ini berarti ada penurunan harga hingga 50%.
Kondisi ini otomatis berimbas pada kehidupan ekonomi para petani dan pengepul. "
"Semoga ada perhatian dari pemerintah agar petani singkong tidak merugi ."harapnya. Sangat disayangkan, kota yang selama ini identik dan dikenal dengan tape tapi tidak bisa mengangkat pendapatan para petani singkong yg merupakan bahan dasarnya.
(Rabi)