Rabu, 14 Desember 2016

Telusur Nenek Rumah Batu Bondowoso

Gus A'ang Besokeh
Kurang lebih 15 tahun sang wanita berambut uban ini hidup dengan tumpukan batu. Meski dijemput warga dan kerabatnya, ia masih yakin kalau rumah batu adalah hunian terbaiknya.

                                           01                                                                  
Sakit Hati Setelah Ditinggal Suami
Perjalanan hidup rumah tangga manusia kadang tidak seirama dengan harapan. Jalinan hubungan resmi dibawah penghulu, sepertinya hanya sebagai syarat hukum adat disekitarnya. Misalnya, hidup Nenek yang akrab dipanggil Buk Sari ini. Dia hidup sebatang kara, tanpa suami dan anak dari hasil pernikahannya 43 tahun silam.www.radarbesuki.com
"Saya nikah dengan seorang pria yang saya tahu bernama Buradin. Kehidupan kami bahagia meskipun tak bergelimang harta. Saya hidup bertiga dengan ibu yang punya warisan ladang dan perkerbunan. Hanya saja, entah apa yang terjadi, mendadak suami saya pergi meninggalkan saya, entah kemana," tutur sang nenek yang rambutnya mulai memutih.
Misjani alias Buk Sari

Dengan ditemani tumpukan batu gunung yang menjadi alas beristirahat dan sekaligus menjadi pelindung dari panas dan hujan, sesekali nenek ini membenahi atap terpal rumah batunya. Dia seraya punya keyakinan kalau batu-batu iti adalah keluarga besarnya. "Batu ini ada laki ada perempuan, mereka berpasangan," jelentrehnnya.
Ketika ada warga yang tinggal agak jauh datang dari rumah batu si nenek ini, wanita berambut putih yang punya nama asli Misjani ini sesekali jawab obrolan sekenanya saja. Nasi yang diberikan oleh warga, bukan untuk dikonsumsi dirinya, melainkan dibagi-bagikan ke batu yang ditata berkelompok. Menurut keyakinan nenek Sari, batu itu hidup dengan keluarganya masing -masing.
"Begitulah mas. Dia bukan makan langsung apa yang kami kasihkan, baik nasi maupun kue dan lainnya. Dia lebih peduli dengan batu-batu itu. Meski hujan deras, panas saat kemarau, nenek itu selalu berada dirumah batu itu.www.radarbesuki.com Dia kadang datang kerumah ibu baratnya itu, hanya minta sekapur sirih untuk menginang," kata Pak Holifah, sambil menunjuk rumah ibunya.
Anehnya, mau dibilang setres, nenek ini diajak ngobrol layaknya warga yang lainnya. Dia bercerita bahwa ketika suaminya pergi meninggalkan dia, kondisi fisiknya masih segar dan rambutnya belum memutih. Dia juga ingat kalau punya ponakan bernama Buk Sie yang pernah jadi anak angkatnya.
Diatas lahan kosong area kebun sengon, Dusun Tegal Tengah, Kelurahan Curahdami, Kecamatan Curahdami, nenek berkalung barang antik ini menjadi teman hewan malam, lantaran tak ada listrik disekitarnya. Kabut mulai turun dan membuat kehidupan sekitar serasa akan membeku, sudah menjadi pemandangan rutin saben hari dikehidupannya. (Bersambung)