Selasa, 09 Agustus 2016

Perjuangkan Nasib Petani Tembakau Lokal, FPKB Temui Dua Perusahaan Rokok Nasional

Foto : Tohari S.Ag, anggota Komisi 2 dan Ketua FPKB Bondowoso ditemui oleh Sutanto Adi Darma selaku Wakil Direktur pembelian PT. Djarum Kudus (Selasa, 09/08/2016)

Radar Besuki
Tembakau masih menjadi salah satu komoditas pertanian yang sangat diandalkan oleh para petani di Indonesia. Termasuk para petani yang tinggal di Kabupaten Bondowoso. Di daerah yang terkenal dengan produk tapenya ini, pertanian memang menjadi sektor mata pencaharian terbesar masyarakat. Dianugerahi lahan pertanian yang sangat luas, dengan karaketrsitik tanah yang subur, menjadikan Bondowso sebagai salah satu daerah agraris yang menjadi lumbung pertanian nasional.
Delapan puluh persen populasi masyarakat Bondowoso bekerja pada sektor pertanian. Dengan sebagian di antaranya memilih tembakau sebagai komoditas pertaniannya. Karena itulah, potensi ekonomi dari produksi tembakau di Bondowoso sebenarnya cukup besar. Apalagi, hampir semua daerah kecamatan di Bondowoso memiliki lahan pertanian tembakau yang tidak sedikit.
Hanya saja, ketidakpastian harga tembakau yang diderita oleh para petani belakangan ini, telah mengakibatkan kerugian yang cukup siginifikan terhadap mereka. Harga yang mereka dapatkan tidak bisa menutupi modal produksi pertanian yang mereka keluarkan. Pada tahun 2015, sebagian masyarakat yang menjadi petani tembakau di Bondowoso mengaku menderita kerugian hingga seratus persen yang salah satunya diakibatkan oleh rendahnya harga jual tembakau dari para pelaku industri besar.
Hal inilah yang ditangkap oleh Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) DPRD Kabupaten Bondowoso. Tohari mengatakan, FPKB Bondowoso memberikan perhatian yang serius terhadap eksistensi petani tembakau di Bondowoso. “Ketidakpastian harga tembakau di tingkat petani menjadi perhatian khusus bagi fraksi PKB” kata Ketua FPKB DPRD Bondowoso ini menjelaskan.   Masih bergairahnya industri pertembakauan nasional, seharusnya bisa membawa dampak positif bagi kesejahteraan petani tembakau lokal. Sayangnya, rendahnya daya tawar petani ketika berhadapan dengan para pelaku industri tembakau , menyebabkan tidak mampunya mereka mempengaruhi harga tembakau.
“Akhirnya, para petani mendapatkan harga yang jauh dari yang seharusnya mereka dapatkan”, tambahnya.
Karena itulah, kesenjangan daya tawar ini harus bisa ditekan. Salah satunya dengan fasilitasi pemerintah pasca panen untuk dapat memastikan para pelaku industri tembakau memberikan harga yang adil kepada para petani lokal. Fraksi PKB menilai, penanganan pasca panen memang masih belum mendapatkan porsi perhatian yang besar dari pemerintah.
Atas dasar komitmen memperjuangkan kepentingan petani tembakau inilah, anggota FPKB melalui Komisi 2 DPRD Bondowoso, Selasa 9 Agustus 2016, melakukan kunjungan guna menjalin komunikasi dengan dua pelaku utama industri rokok nasional yaitu PT Djarum Kudus dan PT Sampoerna. Diketahui, kedua perusahaan tersebut tercatat sebagai mitra pembeli bahan baku tembakau Bondowoso untuk produksi rokok mereka.
“Komunikasi awal dalam rangka memastikan harga dan kuota kebutuhan pabrik terhadap tembakau Bondowoso”, kata politisi yang juga Sekretaris DPC PKB Bondowoso ini menambahkan.
Komunikasi awal ini penting, agar para petani tembakau di Bondowoso bisa mendapatkan harga jual yang pantas bagi mereka.  Meski baru awal, namun pertemuan tersebut membawa hasil yang menggembirakan bagi para petani tembakau. “Alhamdulillah PT. Djarum Kudus akan membeli 1000 ton tembakau rajang Maesan”, syukur Tohari.
Karena itulah, kabar gembira ini harus direspon oleh petani dengan menjaga produksi tembakau lokal. Tohari meminta, agar para petani tembakau di Bondowoso bisa menjaga produktivitas dan kualitas tembakau sesuai kebutuhan perusahaan.  Di samping itu, FPKB juga berharap kepada PT Djarum untuk membeli secara langsung tembakau Bondowoso kepada para petani di Bondowoso.  “ Jadi jangan membeli tembakau Bondowoso di luar daerah Bondowoso”, pungkasnya. ( rabi )