Salam X-Kars
Edukasi - www.radarbesuki.com
Oleh: Hasanudin Abdurakhman
Judul
tulisan ini mengandung kesalahan. Sesungguhnya anak-anak itu jujur.
Kita orang dewasalah yang tidak jujur. Ketimbang mengajarkan kejujuran,
kita lebih sering mengajarkan sebaliknya kepada anak-anak kita.
Anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang memberi pelajaran kepada mereka
bahwa mereka harus berbohong atau tidak jujur.
Saat kita sedang berbincang sesama orang dewasa, tiba-tiba anak kita
yang masih kecil datang melapor dengan polos tentang sesuatu. Bagaimana
reaksi kita? Kita tertawa. Anak kita merasa heran, apa yang salah pada
ucapan saya tadi? Oh, ia akan sadar bahwa ia telah berkata jujur, dan
berkata jujur itu akan jadi bahan tertawaan.
Di lain waktu anak kita lapor, telah melakukan kesalahan. “Aku
memecahkan vas bunga kesayangan Mama.” Lalu, reaksi apa yang mereka
terima? Kita marah, lalu menghukum mereka. Bahkan tidak jarang kita
sampai memukul mereka. Apa yang dipelajari anak? Berbuat jujur itu
mendatangkan akibat yang menyakitkan.
Kita melakukan sesuatu yang ingin kita rahasiakan. Anak kita
kebetulan mengetahuinya. Lalu kita berkata,”Jangan bilang-bilang sama
Mama, ya..” Anak belajar bahwa mereka pun harus berbohong.
Kita melanggar peraturan lalu lintas. Polisi menilang kita. Tapi kita
enggan datang ke pengadilan. Lalu kita menyerahkan sejumlah uang kepada
polisi. Anak kita melihat itu, dan mereka belajar bahwa cara tidak
jujur bisa menyelesaikan masalah dengan cepat.
Kita tidak mengajari anak-anak soal kejujuran. Setiap hari kita
secara verbal menyuruh mereka untuk jujur, tidak boleh bohong. Tapi
pesan-pesan non-verbal kita terus-menerus meyakinkan mereka bahwa
berbohong itu perlu, bahkan sangat perlu. Setiap anak tumbuh persis
seperti kita, menyaksikan berbagai kebohongan, kemudian melakukannya.
Jadi, kalau kita mau menanamkan kejujuran pada anak, hal pertama yang
harus kita lakukan adalah menghindarkan reaksi negatif terhadap
kejujuran yang dilakukan anak. Baik itu berupa menertawakan, atau
memarahi mereka.
Bila anak telah melaporkan kesalahan dengan jujur, lebih penting bagi
kita untuk memberi penghargaan atas kejujuran itu, ketimbang menghukum
kesalahan yang mereka perbuat.
Yang tidak kalah penting adalah, menghindarkan anak-anak dari
menyaksikan perbuatan-perbuatan tidak jujur yang kita lakukan. Bagaimana
caranya?
Cara terbaik adalah dengan berhenti berbuat tidak jujur. Atau,
setidaknya jangan sampai terlihat oleh anak-anak kita. Bila ada indikasi anak kita melakukan ketidakjujuran atau berkata
bohong, sebaiknya kita selidiki dengan tuntas. Harus jelas, dia berkata
benar atau bohong. Anak harus terbiasa hidup dalam keyakinan bahwa
kebohongan pasti akan terungkap, sehingga mereka tidak lagi akan mencoba
melakukannya.
Kejujuran antara kita dengan anak hanya bisa kita bangun dalam sebuah
hubungan yang akrab dan hangat. Maka, usaha untuk mengajarkan kejujuran
tidak bisa dilakukan tanpa membangun hubungan yang akrab dan hangat.
Maka sebenarnya pendidikan kejujuran itu hanyalah suatu bagian dari
pendidikan terhadap anak. Kita mendidik anak-anak, membangun kedekatan
dan keakraban dengan mereka. Mereka merasa aman dan nyaman di dekat
kita. Mereka tidak merasa perlu berbohong kepada kita. Mau anak Anda jujur? Hadirlah bersama mereka. Jalinlah hubungan yang akrab dan hangat dengan mereka. (Rabi)