01
www.radarbesuki.com
Indonesia adalah sebuah negara yang
terdiri dari kepulauan, beragam Ras, suku, agama dan keyakinan. Sebelum menjadi
sebuah nama yang kini menjadi panutan bangsa asing, kawasan ini bernama
Nusantara. Entah butuh berapa tahun lamanya, agar pulau –pulau ini menjadi
sebuah kesatuan, mencipta kekuatan, mewujudkan sebuah kemerdekaan. Dari
Nusantara ahirnya menjadi sebuah negara kebanggaan, Negara INDONESIA.
www.radarbesuki.comDari
proses yang tidak mudah itu, tersirat lalu terbentuk simbol –simbol, sebuah
nama yang menjadi kebanggaan pemiliknya. Kesadaran akan kesamaan tekad,
membuahkan satu kekuatan besar, misalnya berjayanya Majapahit denga Patih Gajah
Mada. Dengan apa yang dimilikinya, dapat menyatukan bumi Nusantara. Muncul
tokoh –tokoh yang peduli dengan tanah kelahirannya, meyerukan bahwa hidup harus
lepas dari sebuah kekakangan.
Terlepas berjalannya taqdir Ilahi Robby,
bumi Nusantara telah menjadi jujukan bangsa asing untuk mengeruk kekayaan,
sumber daya alam, demi negrinya diujung sana. Penduduk asli Nusantara (Pribumi)
dijadikan budak nafsu, sapi perahan, hingga diperas keringatnya tanpa belas
kasihan. Kita juga tahu ada kerja Romosa, tentunya tidak sedikit yang menjadi
korban kebiadaban sang penjajah.
Dari semua rentetan peristiwa demi kehidupan
dang penghidupan kala itu, tetntunya banyak nama –nama pejuang, pejuang demi
tanah kelahirannya, pejuang demi keluarganya, pejuang demi cita –citanya.
Berangkat dari ragam kepentingan dan cita –cita yang diseruakkan kepermukaan,
hingga tidak hanya manusia yang beridentitas pria, wanitapun tak mau kalah
dengan situasi dan kondisi yang sama. www.radarbesuki.com
Menyebut nama dari para pejuang,
bukanlah hal yang tak penting. Melainkan, hasil dari apa yang dilakukan
tetntunya menjadi legitimasi apa yang selama ini diupayakan untuk diraihnya.
Sebelum terbentuk sumpah pemuda, muncul perlawanan sengit dari putra –putri
Bumi Nusantara, mereka semua se irama dalam tujuannya, mengusir penjajah dari
bumi Nusantara. Mereka yakin, dengan korbankan darah dan nyawa, penduduk Nusantara
akan sejahtera.
Berguguranlah sang pejuang, satu persatu
mereka meninggalkan nama dan kebanggannya bagi manusia yang masih tinggal
dibumi Nusantara ini. Nama –nama pejuang yang setujuan dan sejiwa dalam niat,
diabadikan, tersirat dalam beragam buku sejarah. Nama –nama itu tetap hidup
dalam benak dan pikiran bagi penerusnya, penerus perjuangan demi kesejahteraan
penduduk Nusantara.
Kerajaan –kerajaan yang bermunculan
dengan pamer kekuatan, runtuh disaat ada dan berani membrantas pejuang yang
hanya mementingkan keluarganya. Tinggallah nama, serta masa kejayaannya dalam
siratan lontar yang tersebar disegala penjuru mata angin bumi Nusantara ini.
Kekuatan, kedigjayaan, serta kemampuan menguasai waktu dan masa, hingga saat
ini masih terlihat nyata dari sebagian yang pernah ada. www.radarbesuki.com
Dari semua itu, terlihatlah bahwa bumi
Nusantara ini meyimpan kekayaan yang luar biasa. Bukan hanya sumber daya alam
(SDA), melainkan sumber daya manusia (SDM), dari yang bernyali hingga yang
sakti madra guna. Penduduk Bumi Nusantara terbesar ada disebuah pulau yang
dikenal dengan pulau Jawa. Dari proses alam, keinginan sang pencipta, ahirnya
pulau itu menjadi 3 nama, Jawa bagian barat (Jawa Barat), Jawa yang ditengah (Jawa Tengah) lalu Jawa
bagian timur atau dikenal Jawa Timur.
Seiring itu pula, pulau –pulau yang
tersebar secara alamiah sudah berlebel dengan nama yang menjadi culture (budaya) disekitarnya. www.radarbesuki.com Ragam
nama itu bersimiliasi sejalannya waktu, hingga terwujud sebuah kawasan kesatuan
yang luas terbentang dengan kebanggan dan Culture serta Agma yang tidak selalu
sama. Dari proses inipun, secara disadari atau tidak, dari sejumlah pejuang
yang ada, matoritas mereka adalah manusia yang mengaku beragama Islam.
Sehingga tidak heran, peran ulama (tokoh
islam) dalam perjuangan membebaskan diri dari terali penjajah, tak dapat
dipungkri, apalagi dihilangkan. Pengorbnan yang mereka lakukan begitu besar
nilainya, lantaran tujuan dan hasratnya bukan demi kepentingan pribadi,
keluarga, kelompok, namun cita –cita penduduk PRIBUMI. Biar komunitas besar ini
di anggap bodoh dari sebagian hal, tapi yang jelas mereka pemilik negeri ini.
Nenek moyang mereka berjuang dengan sepenuh hati, meskipun belum ada kata
bersatu.www.radarbesuki.com
Memasuki meningkatnya kesadaran dan
konsumsi pengetahun, ahirnya generasi demi generasi PRIBUMI mulai menyamakan
tekad dan impian. Perjuangan tidak lagi sendiri –sendiri, tapi mulai
terorganisasi. Kegagalan pejuang seblumnya, menjadi refrensi untuk
berinspirasi. Bumi Nusantara harus bersatu, Pribumi tidak boleh ditunggangi.
Dengan bersatu akan menimbulkan kekuatan besar, sehingga mampu menyetarakan
kekutan. Dalam Proses ini pula, tokoh Islam (Ulama) terus membulatkan tekad,
PRIBUMI wajib MERDEKA.
Pertempuran demi pertempuran terjadi
antara PRIBUMI dengan penjajah yang selama ini merongrong kedulatan dan hasrat
persatuan. Tumpahan darahpun menghiasi permukaan bumi Nusantara. Ada yang
berteriak takbir www.radarbesuki.com
ALLAHU
AKBAR dengan iringan irama desing peluru dan meriam, sebagian menyiapkan sumber
daya alam (makanan dan minuman) demi berlangsungnya pertempuran. Cucuran keringat menjadi saksi bisu apa yang
mereka lakukan, hamparan dataran alam dan bukit pegunungan menatap semangat
juang para penerus bangsa ini.
Kepemahaman dan hasrat (spirit) yang
sama, terus membuat sang pejuang terbakar semangat. Dari sejumlah peristiwa
semakin menumbuhkan dalam hatinya, bahwa persatuan dan kesatuan benar menjadi
kekuatan besar yang tak terkalahkan. Mereka mengesampingkan keluarga, anak dan
istrinya, demi bumi Nusantara Tercinta. www.radarbesuki.com
Bagi
ulama atau Kyai, sesekali dengan rela meminggalkan santrinya, demi kesamaan
cita –cita besar sebuah NEGARA. Bumi Nusantara yang akan menjadi Negara
Kesatuan, satu dalam segalanya.
Proses perjuangan pun sudah terbentuk
menjadi satu simbol, mereka berjuangan demi bumi pertiwi, Negara kebanggaannya.
Demi leglitas negara ini, agar dunia mau mengakuinya, tidak sedikit pahlawan
–pahlawan yang datang dari daerahnya, gugur dalam perjungan bersama. Negara
harus MERDEKA, tanpa campur tangan warga asing, darah bangsa inipun
dipertaruhkannya. Puncaknya, dari sekian banyak perjuangan, yang telah menjadi
simbol persatuan adalah perjuangan menuju KEMERDEKAAN negara ini.
Dari siratan ini, terlepas disadari,
dipahami atau tidak, peras Ulama yang masyarakat Islam kenal tergabung dalam kelembagaan adalah
Nahdhatul Ulama (NU), berperan aktif dalam perjuangan demi Negara Merdeka.
Setelah Merdeka, tidak banyak para Pahlawan yang masih tersisa, peduli
dengan ummatnya. Melihat Islam Rohmatan Lil ‘Alamin, maka NU tetap kometmen dan
terus konsisten demi kejayaan Negara yang bernama Indonesia ini. Satu misal,
‘Ungkapan tokoh Islam, Tokoh NU dan Kyai Panutan asal Jawa Timur.
KHR. As’ad Syamsul Arifin, pengasuh
Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiyah –Safi iyah SUKOREJO, dengan lantang dan
begitu memukau mengatakan : Mengwal Negara dari Tapal Kuda. Konsistensi
ungkapan ini secara tidak langsung diakui oleh pemerintahan Orde Lama hingga
Orde Baru.
Sepanjang sejarah hingga kini masih
menjadi bukti nyata atas adanya ungkapan itu. Terkini, masyarakat INDONESIA dan
seluruh masyarakat di DUNIA tersentak, Presiden Joko Widodo menganugrahkan,
melegitimasi, meyakinkan ummat bahwa KHR AS’AD Syamsul Arifin adalah PAHLAWAN
NASIONAL bukan pahlawan tapal kuda
atau daerah.
Besuki......
Besuki secara tidak langsung adalah
cikal bakal wilayah yang ada di Tapal Kuda. Berangkat dari spirit kebersamaan
tekad dan tujuan sang Pahlawan, kekuatan dan keragaman Culture yang ada, Besuki
sempat menjadi Wilayah Karesidenan yang meliputi Banyuwangi, Jember, Lumajang,
Bondowoso dan Situbondo sendiri. Relvansi dengan Probolinggo dan Pasuruan
adalah Culture Relegius, yang bersumber dari kepulauan MADURA. Surabaya dan
sekitarnya, sangat ada keterkaitannya dengan Besuki, lantaran berada digaris
Jalur Pantura, serta dalam satu atau naungan NU yang tokoh besarnya dari
SUKOREJO.
Apa makna yang tersirat dalam kalimat :
Mengawal Negara dari TAPAL KUDA
Benarkah INDONESIA adalah TAMAN SARI
DUNIA
Ikuti......... dalam edisi berikutnya